Panggung

Jum'at, 01 Maret 2019 - 08:03 WIB
Panggung
Panggung
A A A
Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

DALAM pengertian generiknya, panggung adalah bangunan papan agak tinggi dari permukaan tanah. Di Kalimantan, misalnya, banyak ditemukan rumah panggung yang dibangun di atas rawa-rawa sungai sehingga aman dari terpaan banjir ketika permukaan air naik.

Juga penghuninya terhindar dari binatang liar. Tidak hanya di Kalimantan, di berbagai wilayah Indonesia juga mudah dijumpai rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu.

Bagi masyarakat perkotaan, panggung dibuat untuk kepentingan yang berbeda, umumnya untuk pertunjukan. Dengan posisinya yang ditinggikan, orang yang tampil di panggung akan mudah terlihat dan menonjol di mata penontonnya.

Dalam dunia pertunjukan, biasanya panggung dibuat sedemikian rupa akan menarik mata penonton. Orang yang akan naik panggung pun sadar bahwa dirinya akan dilihat banyak orang, maka dia mesti menata pakaiannya, penampilannya, dan tutur katanya. Kalau perlu, mesti bisa akting layaknya pemain sandiwara atau sinetron.

Bagi seorang guru, meski tempat duduk dan berdiri tingginya sejajar dengan para siswa, ketika mengajar sesungguhnya dia juga tengah akting di atas panggung kelas dan jadi sorotan mata para muridnya. Maka seorang guru mesti menata pakaian, cara duduk, berjalan, berdiri, berbicara, dan tatapan matanya.

Kata dan konsep panggung, lalu bermetamorfosa pengertiannya ketika masuk ke ranah politik dan kehidupan secara lebih luas. Kita pun terbiasa mendengar ungkapan "panggung politik" dan "panggung sandiwara".

Orang yang berkarier di bidang politik memiliki dorongan dan kebutuhan untuk menonjolkan diri di atas panggung agar terlihat oleh orang lain. Terlebih lagi sekarang ini ketika kita mendekati pilpres dan pileg.

Para politisi berkepentingan membuat dan membeli panggung sekalipun biayanya sangat mahal. Lewat panggung itu, mereka tampil berpidato di atas mimbar agar wajahnya dilihat orang dan suaranya didengar orang, dengan harapan masyarakat akan menyalurkan dukungannya saat hari pencoblosan nanti.

Tak segan-segan para politisi itu harus juga bersandiwara menampilkan dirinya semenarik mungkin, meskipun harus berbasa-basi atau berbohong. Oleh karena itu, panggung bisa memberikan hiburan jika yang tampil itu artis dan penyanyi.

Bisa memberikan pencerahan hidup jika yang tampil itu juru dakwah yang mumpuni dan ikhlas. Tapi bisa juga menjadi panggung provokasi, adu domba, dan penipuan jika yang tampil adalah politisi busuk yang target utamanya hanya jabatan dan materi layaknya orang berburu harta karun.

Sejak zaman Yunani Kuno, panggung itu digemari masyarakat sebagai tempat hiburan dan adu retorika. Bahkan di tempat ibadah, semua agama juga dikenal panggung yang namanya mimbar, untuk menyampaikan khotbah keagamaan dan kehidupan.

Di era modern, peran panggung yang menonjol adalah untuk hiburan, bisnis, dan politik. Ketiganya saling berkait berkelindan. Panggung politik selalu menghadirkan artis agar menarik ditonton dan menampilkan orator untuk mempengaruhi massa, yang oleh sebagian orang keduanya itu semata diposisikan sebagai pendukung untuk menyukseskan "bisnis politik".

Seorang teman calon anggota legislatif cerita, biaya caleg sekarang ini biaya dan pasarannya naik hampir dua kali lipat. Pertama, disebabkan oleh lamanya masa kampanye sehingga memerlukan "siraman uang" lebih banyak, di samping juga pesaingnya meningkat. Banyaknya jumlah parpol dan caleg membuat persaingan semakin mahal biayanya.Fakfor kedua adalah tampilnya caleg yang berduit––entah dari kantong pribadi atau sponsor––dan berani membagi uang lebih banyak ke calon pemilih. Kesemuanya ini membuat biaya pencalonan menjadi mahal.
Jadi, panggung politik yang sedemikian mahal baik dari sisi uang maupun kerusakan mental bangsa akibat keretakan sosial, memunculkan pertanyaan: apakah hasil yang akan diraih nanti seimbang dan menjanjikan untuk perbaikan nasib rakyat dan kemajuan bangsa? Silakan masing-masing mengamati, merenungi, dan menemukan jawabannya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4162 seconds (0.1#10.140)