Perubahan Ritme Hidup

Jum'at, 22 Februari 2019 - 07:55 WIB
Perubahan Ritme Hidup
Perubahan Ritme Hidup
A A A
Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

SAMBIL makan siang, teman saya yang seorang bankir, sebut saja Agus Katon namanya, bercerita membandingkan ritme hidup dirinya dan orang tuanya yang berprofesi sebagai guru di Malang.

Dulu seorang guru di desa ritme hidupnya dijalani dengan damai dalam suasana penuh kehangatan dan keakraban dengan lingkungan sosialnya, muridnya, orang tua murid, dan warga desanya. Tak ada sekat-sekat waktu dan tembok rumah sehingga mudah bertemu dan saling tegur sapa.

Biasanya, jam satu siang ayahnya sudah di rumah. Meskipun statusnya pegawai negeri sipil (PNS), namun sehabis kerja ayahnya masih bisa istirahat tidur siang atau menengok sawah ladangnya. Sedangkan pada malam harinya bisa mengajari anak-anaknya mengaji.

Bagi generasi anaknya yang berkarier di kota semacam Jakarta, ritme hidup demikian itu hanyalah kenangan belaka yang tidak bisa ditiru dan diulangi oleh dirinya dan generasi sebayanya. Mungkin peluang paling besar untuk berkumpul keluarga adalah saat Idul Fitri. Itu pun waktunya terbatas karena ikatan kerja di kantornya.

Ada pula yang mengajak orang tua di desa untuk tinggal di Jakarta. Tetapi, katanya, pada umumnya orang tua tidak betah tinggal di kota besar. Mereka merasa terasing di tengah keramaian. Pagi-pagi anak dan cucu sudah keluar rumah untuk ke kantor dan sekolah.

Orang tua tidak tega melihat anaknya bekerja sibuk membanting tulang, pergi pagi pulang malam. Di samping kemacetan lalu lintas, banyak eksekutif muda kerja lembur atau sengaja pulang agak malam setelah jalanan tidak terlalu macet.

Coba saja amati ritme dan gaya hidup di rumah kompleks. Tembok pagar kompleks itu telah memisahkan dari lingkungan sekitar, suatu hal tidak terjadi di desa. Lalu setiap rumah di dalam kompleks juga ada tembok pemisah dari tetangganya sehingga sulit untuk saling berhubungan.

Dalam satu keluarga pun untuk bisa berkumpul bareng masih sering terdapat hambatan. Mereka punya jadwal berbeda dan ketika sampai rumah sudah lelah, masing-masing masuk kamar untuk mendapatkan ‘me time’ di dalam ‘gua’.

Lalu, kapan bisa kumpul santai bersama anggota keluarga secara utuh? Ada yang merasakan kehangatan ketika pagi-pagi sarapan bareng. Atau sekali-kali makan malam.

Saking tidak mudahnya kumpul layaknya generasi tua dulu sewaktu di kampung, maka hari libur Sabtu dan Minggu sangat berharga bagi keluarga urban. Namun, pada praktiknya, ‘family hours’ itu pun terampas oleh undangan menghadiri acara sosial, seperti pernikahan dan acara lain yang urgen untuk dihadiri. Untuk menuju ke tempat hajatan pun kerap kali perlu perjuangan keras menembus kemacetan akhir pekan.

Kehangatan keluarga makin sulit tercipta. Belum lagi anak-anaknya juga memiliki kegiatan sendiri. Untunglah sekarang ini ada fasilitas gawai untuk telepon atau video call setiap saat dan tempat sehingga di tengah kesibukan masing-masing masih bisa bertegur sapa. Namun, kehangatan komunikasi langsung sesama anggota keluarga tetap tak tergantikan nilainya oleh teknologi gawai, secanggih apa pun.

Cerita singkat di atas membuka mata dan mengingatkan kita semua bahwa antara orang tua yang tinggal dan beraktivitas di desa serta generasi anaknya yang menjadi sarjana dan berkarier di kota memiliki gaya dan ritme kehidupan sangat berbeda. Relasi sosial yang terbangun di kota lebih bersifat fungsional-kontraktual karena hubungan kerja. Orang dengan mudah berganti komunitas dan identitas karena ganti jabatan serta pindah tempat kerja. Dengan demikian, ikatan tradisional mengendur, sementara yang baru pun sifatnya cair.

Situasi ini mendorong orang bersikap egoistik-individualistik dan sibuk bermain di media sosial (medsos). Peristiwa dan tempat yang membuat mereka berkumpul pada umumnya adalah tempat ibadah, peringatan hari-hari besar nasional, takziah ketika ada tetangga meninggal, atau kerja bakti di kompleks saja.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5116 seconds (0.1#10.140)