Debat Perdana Capres, Pengamat Sebut Jokowi Banyak Menyerang
A
A
A
JAKARTA - Pengamat politik dari UIN Jakarta, Adi Prayitno menilai, bila dilihat dari gaya debat calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) terlihat banyak menyerang dengan intonasi dan mimik yang tak biasanya. Sementara capres nomor urut 02 Prabowo Subianto terlihat lebih kalem dan bisa menahan diri.
"Efek kehati-hatian itu membuat pernyataan Prabowo kurang 'nendang'. Malah Jokowi yang banyak nyerang balik," ujar Adi saat dikonfirmasi, Jumat (18/1/2019).
Namun Adi menilai secara umum debat pertama capres-cawapres membosankan karena kedua pasangan calon, baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak bisa mengelaborasi proposal kebijakan yang akan mereka lakukan lima tahun ke depan jika mereka terpilih.
"Kedua Paslon di babak awal terlihat kaku dan 'jaim'. Ini sangat terkait peraturan KPU yang rigit hingga mempersempit ruang manuver paslon," kata Adi.
Selain itu, Adi mengungkapakan, secara substansi ada tiga isu yang berbeda cara menyikapinya yang kurang diekspolitasi, yakni isu deradikalisasi, tumpang tindih aturan, dan reformasi birokrasi.
Menurutnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf menyikapi deradikalisasi dengan pendekatan holistik seperti agama, sosial, dan ekonomi. Sementara Prabowo perspektifnya lebih pada fokus keamanan," ujar Indonesia ini.
Lalu menyikapi tumpang tindih aturan Jokowi-Ma'ruf selain revisi dan evaluasi, paslon 01 itu akan membentuk Badan Pusat Legislasi Nasional yang terintegrasi satu pintu di bawah pengawasan presiden. Sementara Prabowo Sandi lebih fokus sinkronisasi dan tak tebang pilih.
"Sementara reformasi birokrasi Jokowi-Ma'ruf lebih mengedepankan transparansi, submit online, rekrutmen berbasis miritokrasi dan profesionalisme. Sedangkan Prabowo-Sandi lebih pada peningkatan kesejahteraan aparatus negara yang dianggap kurang layak," ungkapnya.
Di level cawapres, kata Adi, Sandi tampil memukau yang bisa berbagi peran dengan Prabowo. Bahkan dalam banyak sesi, justru pernyataan Sandi lebih fokus dan terukur.
"Sementara Ma'ruf Amin lebih banyak diam dan hanya mengamini Jokowi. Hanya sekali saja statementnya menukik tajam soal solusi deradikalisasi. Debat selanjutnya porsi Ma'ruf mesti lebih banyak karena secara substansi menguasai," jelasnya.
Analis Politik Parameter Politik Indonesia ini menambahkan, Prabowo membuat blunder" bikin "gol bunuh diri" dengan bilang Jateng lebih luas daripada Malaysia. "Ini debat mesti hati-hati soal data," tandasnya.
"Efek kehati-hatian itu membuat pernyataan Prabowo kurang 'nendang'. Malah Jokowi yang banyak nyerang balik," ujar Adi saat dikonfirmasi, Jumat (18/1/2019).
Namun Adi menilai secara umum debat pertama capres-cawapres membosankan karena kedua pasangan calon, baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak bisa mengelaborasi proposal kebijakan yang akan mereka lakukan lima tahun ke depan jika mereka terpilih.
"Kedua Paslon di babak awal terlihat kaku dan 'jaim'. Ini sangat terkait peraturan KPU yang rigit hingga mempersempit ruang manuver paslon," kata Adi.
Selain itu, Adi mengungkapakan, secara substansi ada tiga isu yang berbeda cara menyikapinya yang kurang diekspolitasi, yakni isu deradikalisasi, tumpang tindih aturan, dan reformasi birokrasi.
Menurutnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf menyikapi deradikalisasi dengan pendekatan holistik seperti agama, sosial, dan ekonomi. Sementara Prabowo perspektifnya lebih pada fokus keamanan," ujar Indonesia ini.
Lalu menyikapi tumpang tindih aturan Jokowi-Ma'ruf selain revisi dan evaluasi, paslon 01 itu akan membentuk Badan Pusat Legislasi Nasional yang terintegrasi satu pintu di bawah pengawasan presiden. Sementara Prabowo Sandi lebih fokus sinkronisasi dan tak tebang pilih.
"Sementara reformasi birokrasi Jokowi-Ma'ruf lebih mengedepankan transparansi, submit online, rekrutmen berbasis miritokrasi dan profesionalisme. Sedangkan Prabowo-Sandi lebih pada peningkatan kesejahteraan aparatus negara yang dianggap kurang layak," ungkapnya.
Di level cawapres, kata Adi, Sandi tampil memukau yang bisa berbagi peran dengan Prabowo. Bahkan dalam banyak sesi, justru pernyataan Sandi lebih fokus dan terukur.
"Sementara Ma'ruf Amin lebih banyak diam dan hanya mengamini Jokowi. Hanya sekali saja statementnya menukik tajam soal solusi deradikalisasi. Debat selanjutnya porsi Ma'ruf mesti lebih banyak karena secara substansi menguasai," jelasnya.
Analis Politik Parameter Politik Indonesia ini menambahkan, Prabowo membuat blunder" bikin "gol bunuh diri" dengan bilang Jateng lebih luas daripada Malaysia. "Ini debat mesti hati-hati soal data," tandasnya.
(maf)