Elektabilitas Capres-Cawapres, Pilihan Publik Mulai Mengerucut
A
A
A
JAKARTA - Pemilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) mulai mengerucut. Artinya sebagian besar publik sudah menentukan pilihannya dan kemungkinan tidak akan terlalu banyak berubah. Gambaran itu terlihat berdasarkan hasil survei Alvara Research Center.
Survei yang dilakukan pada 11-24 Desember 2018 itu memperlihatkan elektabilitas pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Kiai Ma’ruf Amin (KMA), sebesar 54,3%, unggul atas pa sangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, yang berada di angka 35,1%.
Dari persentase tersebut, ada selisih sekitar 19%, sementara responden yang belum menentukan pilihan sebesar 10,6%.
“Jika dibandingkan survei sebelumnya, naik turunnya selisih (gap) elektabilitas antara kedua pasangan calon cenderung tidak berubah karena selalu berada di bawah margin error. Saat ini pemilih sudah makin mengkristal menentukan pilihannya. Hal ini juga terlihat dari semakin tingginya pemilih yang tidak mengubah pilihan,” ujar CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali Hasan saat merilis hasil survei di Jakarta kemarin.
Menurut Hasan, bila dilihat dari soliditas pemilih atau pemilih yang tidak mungkin mengubah pilihannya, sebanyak 64,4% pemilih Jokowi-KMA solid atau tidak akan mengubah pilihannya. Begitu juga pemilih Prabowo-Sandiaga, sebanyak 67,1% juga menyatakan tidak akan mengubah pilihannya alias solid.
Sementara itu jika pilihan dilihat dari sisi wilayah, di se - bagian besar wilayah pasangan Jokowi-KMA unggul. Hanya di wilayah Sumatera saja pasangan Prabowo-Sandi unggul (lihat infografis). Dia mengatakan, di Jawa dan Sulawesi, pemilih yang belum memutuskan lebih dari 10%.
Hal ini menjadi kerja keras bagi tim sukses masing-masing untuk mempertahankan dan dapat memperbesar angka elektabilitas. Sementara di wilayah lain yang semakin sedikit pemilih yang belum memutuskan, tim sukses masing-masing harus benar-benar dapat mempertahankan elektabilitas yang sudah didapatkan.
“Secara umum pasangan Jokowi-KMA masih lebih tinggi daripada Prabowo-Sandi di semua generasi. Namun ada temuan dari riset kami, strategi yang dilakukan tim sukses pasangan 02 mampu sedikit menaikkan elektabilitasnya di gen milenial.
Adapun strategi tim sukses 01 secara signifikan menaikkan elektabilitasnya di pemilih pemula,” tuturnya. Pada gen Z (usia 17-21 tahun), pemilih pasangan 01 naik menjadi 54% bila dibandingkan dengan survei Oktober (47,9%), sementara pemilih pasangan 02 tetap mendapat 36,1% bila dibandingkan dengan survei Oktober (36%).
Adapun yang belum memutuskan turun menjadi 9,9%, turun dari survei Oktober 2018 (16,2%). Hasan mengatakan, riset ini menggunakan multi-stage random sampling dengan melakukan wawancara terhadap 1.200 responden yang berusia 17 tahun ke atas.
“Sampel diambil di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan jumlah sampel tiap provinsi proporsional terhadap jumlah penduduk. Rentang margin of error sebesar 2,88% dengan tingkat kepercayaan 95%,” urainya.
Dari sisi popularitas dan citra kandidat, seiring kampanye yang sudah dilakukan kandidat masing-masing, tingkat popularitas kedua pasangan calon sudah mendekati 100%. Dikatakannya, untuk mendapatkan elektabilitas tinggi harus didukung persepsi masyarakat terhadap tokoh.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KMA Arya Sinulingga mengaku senang melihat hasil survei ini. Menurutnya, dengan berbagai upaya yang dilakukan kubu lawan selama ini, ternyata peningkatan elektabilitas pasangan 02 hanya 1,2%.
“Berarti masyarakat sudah bosen (dengan cara kampanye Prabowo-Sandi). Mereka sudah mengunjungi 1.000 titik, tapi kenaikan tak ada. Banyaknya isu hoaks dan lain-lain ternyata tak mendongkrak suara,” kata politikus Partai Perindo itu. (Abdul Rochim)
Survei yang dilakukan pada 11-24 Desember 2018 itu memperlihatkan elektabilitas pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Kiai Ma’ruf Amin (KMA), sebesar 54,3%, unggul atas pa sangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, yang berada di angka 35,1%.
Dari persentase tersebut, ada selisih sekitar 19%, sementara responden yang belum menentukan pilihan sebesar 10,6%.
“Jika dibandingkan survei sebelumnya, naik turunnya selisih (gap) elektabilitas antara kedua pasangan calon cenderung tidak berubah karena selalu berada di bawah margin error. Saat ini pemilih sudah makin mengkristal menentukan pilihannya. Hal ini juga terlihat dari semakin tingginya pemilih yang tidak mengubah pilihan,” ujar CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali Hasan saat merilis hasil survei di Jakarta kemarin.
Menurut Hasan, bila dilihat dari soliditas pemilih atau pemilih yang tidak mungkin mengubah pilihannya, sebanyak 64,4% pemilih Jokowi-KMA solid atau tidak akan mengubah pilihannya. Begitu juga pemilih Prabowo-Sandiaga, sebanyak 67,1% juga menyatakan tidak akan mengubah pilihannya alias solid.
Sementara itu jika pilihan dilihat dari sisi wilayah, di se - bagian besar wilayah pasangan Jokowi-KMA unggul. Hanya di wilayah Sumatera saja pasangan Prabowo-Sandi unggul (lihat infografis). Dia mengatakan, di Jawa dan Sulawesi, pemilih yang belum memutuskan lebih dari 10%.
Hal ini menjadi kerja keras bagi tim sukses masing-masing untuk mempertahankan dan dapat memperbesar angka elektabilitas. Sementara di wilayah lain yang semakin sedikit pemilih yang belum memutuskan, tim sukses masing-masing harus benar-benar dapat mempertahankan elektabilitas yang sudah didapatkan.
“Secara umum pasangan Jokowi-KMA masih lebih tinggi daripada Prabowo-Sandi di semua generasi. Namun ada temuan dari riset kami, strategi yang dilakukan tim sukses pasangan 02 mampu sedikit menaikkan elektabilitasnya di gen milenial.
Adapun strategi tim sukses 01 secara signifikan menaikkan elektabilitasnya di pemilih pemula,” tuturnya. Pada gen Z (usia 17-21 tahun), pemilih pasangan 01 naik menjadi 54% bila dibandingkan dengan survei Oktober (47,9%), sementara pemilih pasangan 02 tetap mendapat 36,1% bila dibandingkan dengan survei Oktober (36%).
Adapun yang belum memutuskan turun menjadi 9,9%, turun dari survei Oktober 2018 (16,2%). Hasan mengatakan, riset ini menggunakan multi-stage random sampling dengan melakukan wawancara terhadap 1.200 responden yang berusia 17 tahun ke atas.
“Sampel diambil di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan jumlah sampel tiap provinsi proporsional terhadap jumlah penduduk. Rentang margin of error sebesar 2,88% dengan tingkat kepercayaan 95%,” urainya.
Dari sisi popularitas dan citra kandidat, seiring kampanye yang sudah dilakukan kandidat masing-masing, tingkat popularitas kedua pasangan calon sudah mendekati 100%. Dikatakannya, untuk mendapatkan elektabilitas tinggi harus didukung persepsi masyarakat terhadap tokoh.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KMA Arya Sinulingga mengaku senang melihat hasil survei ini. Menurutnya, dengan berbagai upaya yang dilakukan kubu lawan selama ini, ternyata peningkatan elektabilitas pasangan 02 hanya 1,2%.
“Berarti masyarakat sudah bosen (dengan cara kampanye Prabowo-Sandi). Mereka sudah mengunjungi 1.000 titik, tapi kenaikan tak ada. Banyaknya isu hoaks dan lain-lain ternyata tak mendongkrak suara,” kata politikus Partai Perindo itu. (Abdul Rochim)
(nfl)