Intelektual NU: Negara-negara Islam Hancur karena Tak Punya Pancasila

Minggu, 16 Desember 2018 - 03:34 WIB
Intelektual NU: Negara-negara Islam Hancur karena Tak Punya Pancasila
Intelektual NU: Negara-negara Islam Hancur karena Tak Punya Pancasila
A A A
LANGKAT - Intelektual muda Nahdatul Ulama (NU), Zuhairi Misrawi, menganggap, kehadiran Ideologi Pancasila yang menjadi konsensus bersama telah mengokohkan Islam di Indonesia. Ia memandang, banyak negara Islam gagal menyatukan warga bangsanya karena tak memiliki ideologi yang mempersatukan seperti Pancasila, sehingga dengan mudah disusupi radikalisme dan ekstremisme.

Hal tersebut disampaikan Zuhairi saat didaulat Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto untuk berbicara mengenai Islam dan Pancasila dalam safari kebangsaan dan konsolidasi DPC PDIP Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Sabtu (15/12/2018).

"Fenomena radikalisme, ekstrimisme, bukan hanya fenomena Indonesia. Ini terjadi di Turki, Arab Saudi, Mesir, Yaman, Suriah, Libya. Semua dunia Islam itu sedang hancur berantakan," kata Zuhairi.

Cendekiawan lulusan Universitas Al Azhar Kairo, Mesir itu menambahkan, upaya kelompok ekstrem dan radikal menghancurkan Indonesia kian terlihat nyata. Indikasinya adalah maraknya penganut radikalisme dan ekstremisme yang getol membuat ujaran untuk menyudutkan Pancasila.

"Dan mereka menyasar Indonesia. Salah satunya adalah menghancurkan rumah Pancasila, yaitu kita, PDIP," tegasnya.

Pria yang kini menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPR dari PDIP untuk daerah pemilihan DKI Jakarta II meliputi Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan itu menyebut, seharusnya tidak ada dikotomi antara Islam dengan Pancasila. Bahkan, kader PDIP harus melawan berbagai upaya untuk memisahkan Pancasila dengan Islam.

"Seluruh kader PDIP harus lugas, tegas menjelaskan bahwa jati diri PDIP adalah Pancasila. Kalau kita berbicara Pancasila, maka sesungguhnya kita berbicara Islam. Karena seluruh sila dalam Pancasila adalah nilai-nilai Islam," tuturnya.

Menurut Zuhairi, kader PDIP tak boleh berdiam diri ketika difitnah karena berupaya menegakkan Pancasila. "Karena sesungguhnya kita menegakkan Islam yang rahmatan lil alamin," tuturnya di hadapan sejumlah elite PDIP, termasuk Hasto Kristiyanto dan Djarot S Hidayat yang ikut dalam Safari Politik Kebangsaan III di Sumut.

Zuhairi juga menceritakan keputusannya bergabung dengan PDIP pada 2006. Kala itu, ada politikus senior PDIP, M Taufiq Kiemas, yang mengajak Zuhairi mendirikan Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) yang menjadi organisasi sayap partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Namun, Zuhairi menanyakan telebih dahulu tugasnya jika masuk ke PDIP. Saat itulah Zuhairi tersentuh oleh jawaban mendiang Taufiq Kiemas. “Tugas sampean adalah tugas NU, tugas Bung Karno, tugas umat Islam Indonesia adalah menjaga Pancasila,” kata Zuhairi menirukan jawaban almarhum Taufiq Kiemas.

Zuhairi lantas menceritakan gelar doktor kehormatan dari almamaternya kepada Bung Karno pada 1960. Saat menerima gelar kehormatan itu, Bung Karno menyampaikan pidato tentang Pancasila.

"Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir 1956 - 1970, red) waktu itu sangat terkagum-kagum dengan Pancasila. Hampir saja Mesir menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Sayangnya Gamal Abdul Nasser cepat jatuh karena kalah perang dengan Israel. Jika tidak, maka Pancasila akan menjadi ideologi Mesir," kata Zuhairi yang juga Ketua DPP Bamusi.

Oleh karena itu, Zuhairi meyakini kegagalan negara-negara Islam karena mereka tidak punya Pancasila. Itulah yang membedakan Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas muslim dengan negara-negara Islam.

"Indonesia bisa bertahan, bisa maju karena kita punya Pancasila yang sesuai dengan nilai islam. Maka kita butuh punya bapak bangsa, Bung Karno,” pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9539 seconds (0.1#10.140)