Reuni Massa 212 dan Pengaruhnya dalam Pilpres 2019

Selasa, 04 Desember 2018 - 10:34 WIB
Reuni Massa 212 dan...
Reuni Massa 212 dan Pengaruhnya dalam Pilpres 2019
A A A
PANGI SYARWI CHANIAGO
Analis Politik, Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting

CAPRES petahana Jokowi sepertinya sedang galau, bagaimana tidak upaya kubu petahana dalam satu tahun terahir untuk mencitrakan diri terkesan dekat dengan umat tiba-tiba saja buyar dalam sekejap. Reuni 212 adalah salah satu pokok perkaranya.Upaya serius Jokowi untuk meredam citra negatif terhadap pemerintahannya satu tahun terakhir sangat gencar dilakukan.

Citra rezim anti Islam dan tuduhan meng-kriminalisasi ulama menjadi titik lemah Jokowi untuk kembali terulang pertarungan lama head to head antara Jokowi vs Prabowo dalam pilpres 2019 mendatang.Sadar akan citra negatif tersebut, Jokowi dan partai pengusungnya melakukan pendekatan yang intensif kepada simpul-simpul basis massa pemilih muslim.

Kunjungan ke pesantren menjadi agenda rutin sang presiden dengan intensitas yang cukup tinggi untuk kembali meyakinkan para ulama dan kiyai di pesantren bahwa pemerintahannya berpihak pada umat dan bukan anti Islam seperti yang dituduhkan selama ini. Salah satu bukti keberpihakan Jokowi terhadap umat, menit-menit terahir (last minute) Jokowi memutuskan memilih ulama yaitu Kiyai Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden pendampingnya.

Pilihan politik ini tentu punya motif yang sangat jelas, Jokowi ingin meredam sentimen anti Islam yang dicitrakan pada dirinya dan sekaligus merespon isu SARA yang dituduhkan selama ini.

Apakah Ma’ruf Amin sebetulnya gagal atau berhasil dongkrak elektabilitas Jokowi di mata umat? Saya mencermati Kiyai Ma’ruf Amin yang diharapkan Jokowi mampu mengambil empati ceruk segmen pemilih muslim dianggap belum berhasil, belum menemukan isu dan momentumnya, kesimpulan yang tidak terlalu prematur.

Apakah ada aroma politis dalam reuni 212? Saya katakan tentu ada, gerakan moral melawan kriminalisasi ulama, penistaan agama dan ghiroh persaudaraan, persatuan sesama umat adalah agenda utamanya. Sementara konsolidasi politik mengarah pada salah satu capres hanya bagian dari bonus saja.

Penolakan secara halus dengan pelbagai alasan penyelenggara reuni 212 sehingga tidak jadi mengundang Jokowi dalam reuni tersebut jelas bau amis aroma politisnya. Hilang aroma politisnya apabila Jokowi dan Prabowo hadir dalam reuni tersebut, menyusun kata dan diksi yang meneduhkan, menyejukkan dan menyematkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Prabowo hadir, apakah Prabowo diuntungkan secara elektoral? Prabowo mendapat panggung sehingga tercitrakan sebagai capres yang empati, peduli dan bagian dari umat, hadir memberikan semangat, menyapa dan menyalami massa reuni 212. Prabowo angkat topi dan sangat bangga dengan persaudaraan dan persatuan umat Islam. Itu yang saya maksud bahwa Prabowo cukup berhasil memainkan, mengelola perasaan sentimen umat.

Pertanyaan sederhana, seberapa besar pengaruh massa alumni 212 dalam Pilpres 2019? Benarkah suara mereka lebih cenderung ke Prabowo? Sulit secara logika sehat massa reuni 212 memilih Jokowi.

Ada hubungan kausalitas sebab akibat, karena pemerintah terkesan membiarkan kriminalisasi terhadap ulama dan penistaan agama terus berlanjut, sehingga memantik gerakan reuni massa 212 terulang dan nampaknya akan terus membesar sampai menemukan titik momentumnya, yang jelas massa reuni 212 anti tesis dari Jokowi, mereka menyampaikan pendapat, pikiran, aspirasi dan berkumpul dalam peristiwa tersebut.

Ketidak-hadiran Jokowi dalam reuni 212 apakah merugikan elektabilitas Jokowi? tentu sangat merugikan dirinya, di mana panggung "gratis" ummat Islam menjadi milik Prabowo, alumni 212 dan umat Islam semakin solid menguatkan dukungannya pada Prabowo karena soal sikap dan keberpihakan Prabowo terhadap umat.

Tidak bisa dinafikan show of force reuni 212 mengerdilkan Jokowi, acara peringatan Maulid Nabi di Mesjid Istiqlal dihadiri sedikit orang. Jokowi tidak bisa menandingi ghiroh reuni 212. Lagi-lagi langkah keliru, salah langka (jebakan batman) menggapa Jokowi harus menghadiri hajatan Maulid Nabi di Mesjid Istiqlal yang waktunya bersamaan dengan konsolidasi massa reuni 212?

Semestinya Jokowi jangan membiarkan panggung "besar" umat Islam tersebut dinikmati Prabowo. Dengan kehadiran Jokowi dapat dipastikan panggung itu akan menjadi miliknya layaknya aksi 212 terdahulu, semua sorot mata dan kamera akan tertuju pada Jokowi, Prabowo hanya akan menjadi pelengkap saja.

Tidak hanya itu, kehadiran Jokowi dalam reuni tersebut bisa menjadi pertimbangan kembali sebagian massa reuni 212 memilih Jokowi. Namun setelah Jokowi tidak hadir dalam peristiwa monumental reuni 212, sudah dipastikan massa reuni 212 dan umat Islam semakin mantap meninggalkan Jokowi.

Nasi sudah jadi bubur, momentum politik sudah berlalu dan Prabowo mendapat poin istimewa. Selain Prabowo menemukan momentumnya dan berhasil melakukan konsolidasi politik menjelang hajatan pilpres lima tahunan. Jokowi dan timnya harus harus mengakui kepiawaian dan kemahiran tim lingkaran Prabowo menggoreng sintemen dan berselancar dengan papan isu.

Tidak ada kata lain selain tim Jokowi segera berbenah diri dan lebih jeli membaca fenomena dan peristiwa penting hajatan politik jika tidak ingin terus-terusan tergilas oleh kuatnya arus yang meng-inginkan perubahan. Kita juga patut apresiasi sikap pemerintah yang tidak menghalang-halangi, tidak represif dan reaktif, menjamin keamanan peserta reuni 212 sehingga pulang dengan selamat ke rumah masing-masing.

Pemerintah sudah memberikan ruang yang cukup luas bagi umat Islam untuk kebebasan berpendapat (freedom of expression), kebebasan berbicara (freedom of speech), bergerak dalam persaudaraan (solidarity) sesama umat dengan tetap menyematkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Semoga, Islam Rahmatal Lil Alamin terwujud di Bumi Indonesia, setia menjaga pancasila, persatuan, kebhinekaan, toleransi, pluralisme dan keberagaman.

(pur)
Berita Terkait
Pancasila Sakti
Pancasila Sakti
Opini Guru Besar Anti-TWK
Opini Guru Besar Anti-TWK
Kaum Disabilitas Vs...
Kaum Disabilitas Vs Kaum OJOL
Larangan Mudik untuk...
Larangan Mudik untuk Keselamatan Publik
Korona Hadiah Terbesar...
Korona Hadiah Terbesar di Hari Kesehatan Dunia
Kartini Masa Kini di...
Kartini Masa Kini di Tengah Pandemi
Berita Terkini
Brevet dan Penghargaan...
Brevet dan Penghargaan Komjen Imam Sugianto, Eks Ajudan Presiden SBY yang Kini Jabat Waka BIN
7 menit yang lalu
PPP Siap Muktamar, Sekjen:...
PPP Siap Muktamar, Sekjen: Tak ada Pergantian Pengurus Wilayah dan Cabang
8 jam yang lalu
2 Rumah Tersangka Korupsi...
2 Rumah Tersangka Korupsi Bank BJB Digeledah KPK, 3 Mobil dan 1 Motor Disita
10 jam yang lalu
Kapolri Perwirakan Aiptu...
Kapolri Perwirakan Aiptu Jimmi Farma Polisi Pemilik Pesantren Gratis
10 jam yang lalu
Layakkah Soeharto Diberi...
Layakkah Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional?
10 jam yang lalu
Pelunasan Biaya Haji...
Pelunasan Biaya Haji Reguler Diperpanjang hingga 2 Mei Khusus untuk 4 Provinsi
10 jam yang lalu
Infografis
Pakistan dan India Diambang...
Pakistan dan India Diambang Perang Habis-habisan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved