Impor dan Perekonomian
A
A
A
Muh Tunjung Nugroho
Kasubdit Perencanaan Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu
KONDISI ekonomi suatu negara merupakan suatu hasil akumulasi dari praktik-praktik ekonomi dan kebijakan ekonomi dari dahulu sampai dengan saat ini. Termasuk ekonomi di Indonesia merupakan resultante dari praktik dan kebijakan ekonomi masa lalu sampai dengan sekarang. Kondisi ekonomi suatu negara tidak bisa hanya dibangun pada suatu titik, tetapi harus dibangun dalam rentang waktu yang cukup dan konsistensi serta berkelanjutan.
Kue ekonomi (PDB) kita saat ini didominasi kontribusinya oleh konsumsi dan pengeluaran pemerintah. Kontribusi dari investasi dan ekspor belum meningkat signifikan. Ekspor yang ada pun komoditi, bukan ekspor yang bernilai tambah tinggi sebagai hasil produksi domestik.
Padahal sesungguhnya investasi dan ekspor inilah sebagai pencipta nilai tambah ekonomi yang berkualitas serta menciptakan lapangan kerja. Terlebih lagi investasi dan produk ekspor tersebut menggunakan konten lokal yang tinggi bukan konten impor. Hal inilah yang harusnya terus didorong dan dibangun secara signifkan konsisten dan berkelanjutan sehingga kita menjadi mandiri.
Harus ada policy yang orisinil betul-betul fokus serta dibuktikan roadmap yang jelas dan konsisten serta tidak boleh digoyang-goyang oleh siapapun pemerintahnya. Roadmap membangun investasi dan ekpor harus betul-betul diwujudkan dan konsisten dijalankan. Ekonomi Indonesia harus dibangun dalam pondasi investasi dan ekspor yang kuat.
Ekonomi (PDB) yang dibangun (tergantung) pada konsumsi apalagi konsumsinya berasal dari Impor tidak akan sustainable dan akan mudah goyang karena sangat bergantung pada mata uang negara lain. Masih oke jika konsumsi dilakukan atas produk dalam negeri sehingga akan mendorong produksi dan investasi dalam negeri.
Oleh karena itu, untuk memperkuat pondasi ekonomi dalam negeri konsumsi barang impor harus ditekan seminimal mungkin. Demikian juga ketergantungan impor atas bahan baku juga harus dikurangi sehingga konten lokal untuk produksi harus konsisten dijalankan. Kita harus menjadikan Indonesia bangga yang mandiri.
Kue ekonomi (PDB) dari government expenditure (pengeluaran pemerintah) juga harus terus secara konsisten ditata. Pengeluaran pemerintah harus juga dialokasikan untuk hal-hal yang mendorong investasi dan ekspor. Pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk konsumsi harus diefisienkan walaupun dalam jangka pendek konsumsi memang akan menambah PDB.
Saat ini masih banyak ruang efisiensi atas pengeluaran pemerintah yang dapat dilakukan. Inefisiensi pada instansi dan lembaga pemerintah harus terus ditekan sehingga ribuan trilyun APBN kita tidak habis sesaat karena konsumsi tapi beralih ke sektor produktif yang berjangka panjang.
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan penduduk besar sehingga bonus demografi tersebut akan menciptakan tingkat konsumsi yang tinggi. Peluang konsumsi yang tinggi ini harusnya bisa dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sendiri dengan secara sistemik mendorong konsumsi produksi sendiri.
Bukan malah dimanfaatkan oleh bangsa lain untuk mengkonsumsi produk negara lain. Korea, Jepang, India, dan China merupakan negara yang mampu memaksa secara sistemik penduduknya untuk mengkonsumsi produksi sendiri sehingga mendorong investasi dan produk-produk lokal bukan tergantung impor.
Janganlah Indonesia menjadi bangsa konsumen sehingga menjadi tempat konsumsi saja. Kita jangan cuma memajukan negara lain dengan mengkonsumsi barang barang impor dengan alasan konsumerisme dan hedonisme.
Impor adalah perusak ekonomi dan perusak mata uang rupiah terhadap dolar. Segera hentikan ketergantungan Indonesia atas barang-barang impor baik barang konsumsi maupun bahan baku. Jika kita memang akan menjadi negara maju.
Impor hanya akan semakin melemahkan kita baik dari sisi mental maupun ekonomi. Impor apalagi barang-barang mewah dan lifestyle hanya akan menciptakan hedonisme dan mendorong peluang terciptanya penyelundupan. Terlebih lagi masih banyak lubang-lubang tikus di wilayah Indonesia yang kadang sulit dijangkau oleh pengawasan. Atau bahkan kadang muncul persekongkolan di antara banyal pihak.
Oleh karena itu, langkah Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengendalikan impor produk-produk tertentu melalui instrumen pajak harus didukung bahkan harus diperluas serta konsisten dan berkelanjutan untuk dilakukan. Ini sebagai langkah untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Kalau tidak dilakukan, maka aktivitas ekonomi Indonesia yang menciptakan nilai tambah (aktivitas produksi) tidak akan ada kemajuan. Akibatnya investasi akan begitu-begitu saja. Konten produk lokal akan terus minim sehingga bergantung pada impor. Sehingga pembentuk kue ekonomi kita (PDB) akan rentan dengan nilai mata uang Asing.
Indonesia adalah milik kita sehingga harus kita bangun bersama dengan memulai mendorong produk lokal dan konsumsi lokal. Tujuannya menekan ketergantungan pada impor dan produk asing karena impor merupakan virus ekonomi jika tidak dikendalikan dengan baik.
Kasubdit Perencanaan Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu
KONDISI ekonomi suatu negara merupakan suatu hasil akumulasi dari praktik-praktik ekonomi dan kebijakan ekonomi dari dahulu sampai dengan saat ini. Termasuk ekonomi di Indonesia merupakan resultante dari praktik dan kebijakan ekonomi masa lalu sampai dengan sekarang. Kondisi ekonomi suatu negara tidak bisa hanya dibangun pada suatu titik, tetapi harus dibangun dalam rentang waktu yang cukup dan konsistensi serta berkelanjutan.
Kue ekonomi (PDB) kita saat ini didominasi kontribusinya oleh konsumsi dan pengeluaran pemerintah. Kontribusi dari investasi dan ekspor belum meningkat signifikan. Ekspor yang ada pun komoditi, bukan ekspor yang bernilai tambah tinggi sebagai hasil produksi domestik.
Padahal sesungguhnya investasi dan ekspor inilah sebagai pencipta nilai tambah ekonomi yang berkualitas serta menciptakan lapangan kerja. Terlebih lagi investasi dan produk ekspor tersebut menggunakan konten lokal yang tinggi bukan konten impor. Hal inilah yang harusnya terus didorong dan dibangun secara signifkan konsisten dan berkelanjutan sehingga kita menjadi mandiri.
Harus ada policy yang orisinil betul-betul fokus serta dibuktikan roadmap yang jelas dan konsisten serta tidak boleh digoyang-goyang oleh siapapun pemerintahnya. Roadmap membangun investasi dan ekpor harus betul-betul diwujudkan dan konsisten dijalankan. Ekonomi Indonesia harus dibangun dalam pondasi investasi dan ekspor yang kuat.
Ekonomi (PDB) yang dibangun (tergantung) pada konsumsi apalagi konsumsinya berasal dari Impor tidak akan sustainable dan akan mudah goyang karena sangat bergantung pada mata uang negara lain. Masih oke jika konsumsi dilakukan atas produk dalam negeri sehingga akan mendorong produksi dan investasi dalam negeri.
Oleh karena itu, untuk memperkuat pondasi ekonomi dalam negeri konsumsi barang impor harus ditekan seminimal mungkin. Demikian juga ketergantungan impor atas bahan baku juga harus dikurangi sehingga konten lokal untuk produksi harus konsisten dijalankan. Kita harus menjadikan Indonesia bangga yang mandiri.
Kue ekonomi (PDB) dari government expenditure (pengeluaran pemerintah) juga harus terus secara konsisten ditata. Pengeluaran pemerintah harus juga dialokasikan untuk hal-hal yang mendorong investasi dan ekspor. Pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk konsumsi harus diefisienkan walaupun dalam jangka pendek konsumsi memang akan menambah PDB.
Saat ini masih banyak ruang efisiensi atas pengeluaran pemerintah yang dapat dilakukan. Inefisiensi pada instansi dan lembaga pemerintah harus terus ditekan sehingga ribuan trilyun APBN kita tidak habis sesaat karena konsumsi tapi beralih ke sektor produktif yang berjangka panjang.
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan penduduk besar sehingga bonus demografi tersebut akan menciptakan tingkat konsumsi yang tinggi. Peluang konsumsi yang tinggi ini harusnya bisa dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sendiri dengan secara sistemik mendorong konsumsi produksi sendiri.
Bukan malah dimanfaatkan oleh bangsa lain untuk mengkonsumsi produk negara lain. Korea, Jepang, India, dan China merupakan negara yang mampu memaksa secara sistemik penduduknya untuk mengkonsumsi produksi sendiri sehingga mendorong investasi dan produk-produk lokal bukan tergantung impor.
Janganlah Indonesia menjadi bangsa konsumen sehingga menjadi tempat konsumsi saja. Kita jangan cuma memajukan negara lain dengan mengkonsumsi barang barang impor dengan alasan konsumerisme dan hedonisme.
Impor adalah perusak ekonomi dan perusak mata uang rupiah terhadap dolar. Segera hentikan ketergantungan Indonesia atas barang-barang impor baik barang konsumsi maupun bahan baku. Jika kita memang akan menjadi negara maju.
Impor hanya akan semakin melemahkan kita baik dari sisi mental maupun ekonomi. Impor apalagi barang-barang mewah dan lifestyle hanya akan menciptakan hedonisme dan mendorong peluang terciptanya penyelundupan. Terlebih lagi masih banyak lubang-lubang tikus di wilayah Indonesia yang kadang sulit dijangkau oleh pengawasan. Atau bahkan kadang muncul persekongkolan di antara banyal pihak.
Oleh karena itu, langkah Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengendalikan impor produk-produk tertentu melalui instrumen pajak harus didukung bahkan harus diperluas serta konsisten dan berkelanjutan untuk dilakukan. Ini sebagai langkah untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Kalau tidak dilakukan, maka aktivitas ekonomi Indonesia yang menciptakan nilai tambah (aktivitas produksi) tidak akan ada kemajuan. Akibatnya investasi akan begitu-begitu saja. Konten produk lokal akan terus minim sehingga bergantung pada impor. Sehingga pembentuk kue ekonomi kita (PDB) akan rentan dengan nilai mata uang Asing.
Indonesia adalah milik kita sehingga harus kita bangun bersama dengan memulai mendorong produk lokal dan konsumsi lokal. Tujuannya menekan ketergantungan pada impor dan produk asing karena impor merupakan virus ekonomi jika tidak dikendalikan dengan baik.
(poe)