MUI Lakukan Pendekatan ke Remaja untuk Tangkal Radikalisme

Kamis, 04 Oktober 2018 - 10:10 WIB
MUI Lakukan Pendekatan...
MUI Lakukan Pendekatan ke Remaja untuk Tangkal Radikalisme
A A A
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan melakukan pendekatan ke remaja untuk menangkal paham radikalisme. Edukasi akan dikedepankan kepada remaja agar paham radikalisme tidak berkembang lebih luas di Indonesia.

Wakil Ketua MUI, Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan pemberantasan paham radikalisme sampai saat ini masih terfokus pada aspek hilir yakni tindakan terorismenya. Kata dia, masih belum ada evaluasi bagaimana seseorang itu bisa menjadi teroris atas aspek hulunya.

"Kami akan masuk ke hulu. Setelah diteliti mereka mengenal paham ekstrimisme dan radikalisme sejak SMA hingga perguruan tinggi," ujarnya pada seminar nasional Penanggulangan Bahaya Radikalisme dan Ekstrimisme di Indonesia di Jakarta, Rabu (3/10/2018).

Ketua Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme MUI ini menjelaskan, MUI melalui badan yang dia pimpin akan memberikan edukasi ke kelompok yang belum terpapar paham radikalisme secara ekstrim. Kenapa dengan edukasi, kata dia, sebab untuk mengubah pemikiran seseorang itu tidak bisa dengan serta merta melainkan dengan pendekatan yang edukatif.

Zainut menerangkan, remaja memang rawan mengenal paham radikalisme. Apalagi di era digital seperti saat ini remaja sangat mudah mengenal banyak hal termasuk paham-paham yang menyeret mereka ke kekerasan.

"Mereka bisa bersentuhan dengan internet. Berdiam diri di dalam kamar namun tanpa sepengetahuan orangtua anak bisa berkomunikasi dengan dunia luar," jelasnya.

Zainut menuturkan, pihaknya akan bekerja sama dengan Polri. Polisi, kata dia, bisa memberikan informasi-informasi yang berguna dalam hal pencegahan paham ini merasuk ke dunia remaja. Pihaknya juga akan memberikan sosialisasi yang berkenaan dengan Islam yang sesuai dengan kultur Islam di Indonesia.

MUI juga telah mendirikan Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) melalui pendekatan keagamaan. TPT MUI bertugas menyusun konstruksi pemikiran guna melakukan upaya pelurusan pemahaman keagamaan terhadap ajaran dan makna jihad.

"Umat Islam perlu disadarkan kembali tentang ajaran dan makna jihad yang benar seperti yang diajarkan Rasullulah SAW dan para ulama sepanjang zaman," paparnya.

Wakil Kepala Badan Intelejen dan Keamanan Mabes Polri, Irjen Pol Suntana mengatakan kerja sama dengan MUI memang sangat dibutuhkan sebab bisa membantu kepolisian untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme. Jika MUI bisa memberikan pemahaman dari ayat suci Alquran, maka polisi bisa berbicara dari aspek hukum dan sosialnya.

"Karena kami tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada elemen masyarakat yang bersinergi dengan kita," ujarnya.

Suntana menjelaskan, gerakan radikalisme di Indonesia masih menjadi sel yang tidak akan pernah mati. Terorisme sendiri, katanya, berkembang dan dianut sekelompok orang yang pemahamannya agak keras.

Terorisme juga berkembang dengan berkolaborasi dengan paham di negara lain seperti ISIS. Karena itu, paham radikalisme merupakan ancaman bersama sehingga harus dilakukan pencegahan secara terus menerus.

Masih kata dia, kepolisian tidak hanya melakukan tindakan hukum kepada pelaku terorisme. Namun para mantan pelaku terorisme juga terus diberikan pencerahan agar paham radikalisme bisa ditekan dan tidak terus berkembang di Indonesia.

"Kami harap dari seminar ini ada satu rekomendasi tegas yang bisa mendorong semua aparat dan masyarakat bisa bersama mencegah radikalisme dan meningkatkan keamanan dan ketertiban," jelasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0866 seconds (0.1#10.140)