Basis Pemilih Perempuan Jadi Rebutan
A
A
A
JAKARTA - Suara pemilih perempuan kerap menjadi rebutan dalam setiap pemilihan umum (Pemilu). Selain berjumlah besar, suara perempuan kerap menjadi patokan bagi para pemilih laki-laki dan pemilih pemula. Jumlah pemilih potensial perempuan dalam Pemilu 2019 berdasarkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencapai 92.796.375 pemilih dari total 185.639.674 pemilih.
Angka ini berbeda tipis dengan pemilih potensial laki-laki sebesar 92.843.299 pemilih. Tingginya potensi suara kaum perempuan dalam Pemilu 2019 sangat disadari kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi)-KH Maíruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno.
Kemarin, misalnya, pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin yang digawangi politikus senior perempuan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ida Fauziyah mendeklarasikan gerakan Super Jokowi (Suara Perempuan untuk Jokowi-KH Ma’ruf Amin) di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta.
Gerakan ini menyatukan kekuatan perempuan dengan berbagai latar belakang seperti aktivis perempuan, para pegiat usaha mikro kecil menengah (UMKM), pegiat kegiatan sosial dan kesehatan, aktivis lingkungan hidup, jamaah majelis taklim, dan berbagai latar belakang lainnya di seluruh penjuru Tanah Air.
Pakar komunikasi politik Uni versitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, dengan tingginya potensi suara perempuan, pasangan capres-cawapres yang berhasil menarik simpati pemilih perempuan maka mereka sangat berpotensi memenangkan Pilpres 2019.
“Ceruk pemilih perempuan ini porsinya sangat besar dan sifatnya cair. Karena itu, pilihan mereka kerap dipengaruhi political treatment yang dilakukan pasangan calon. Pilihan kelompok pemilih perempuan ini sangat bergantung pada aspek psikologis. Apa yang menarik dari pasangan calon itulah yang menarik bagi mereka. Karena itu, jangan heran ada efek pesona calon yang dilihat secara fisik, cara komunikasinya, tampilan di media, dan lain-lain. Ceruk terbesarnya faktor psikologis,” kata Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini.
Namun, ada pula kelompok pemilih perempuan yang memilih dengan pertimbangan rasionalitas berdasarkan aspek sosiologis atau kedekatan dengan komunitas atau kelompok tertentu. Sementara itu, Ida Fauziyah mengatakan bahwa Super Jokowi benar-benar merupakan gerakan perempuan yang di inisiasi oleh dan dari perempuan sendiri.
“Kalau ditanya uang dari mana untuk membuat gerakan ini, adalah uang dari sahabat-sahabat Super Jokowi sendiri. Saya berterima kasih sahabat-sahabat perempuan Indonesia tanpa ada paksaan meyakini Jokowi dan Kiai Ma’ruf bisa mengatasi masa depan rakyat Indonesia,” ujar Ida Fauziyah yang juga Ketua DPP PKB saat Deklarasi Super Jokowi di Hall Nyi Ageng Serang, Jakarta, kemarin.
Pendiri Kaukus Perempuan Parlemen ini mengatakan, pada tahun politik seperti sekarang, hadirnya perempuan dalam pesta demokrasi akan menjadikan suhu politik yang panas menjadi sejuk. Ida menuturkan saat ini gerakan ini sudah tersebar di 34 provinsi.
Gerakan ini tidak hanya di perkotaan, tapi juga akan didorong hingga desa-desa di seluruh Indonesia. “Kami hadir karena kami percaya Pak Jokowi mampu membangun negara yang berkualitas lewat keluarga berkualitas.
Dan semakin kuat, ketika Pak Jokowi berpasangan dengan Kiai Ma’ruf, ulama yang kharismatik. Pasangan ini menjadi contoh,” tuturnya. Wakil Ketua Koordinator Nasional Super Jokowi Luluk Hamidah berharap perempuan-perempuan yang tergabung di organisasi mana pun akan bergerak bersama-sama karena kita tujuannya sama.
“Baik dari suara kalangan nahdliyin, LSM, Muhammadiyah, Persis, kita harapkan akan bertemu,” kata Wasekjen DPP PKB ini. Sebelumnya, dalam sambutannya seusai mendaftar sebagai pasangan capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jumat (10/8) lalu, Sandiaga menyebutkan selain didukung sejumlah partai politik (parpol), kubunya juga didukung “partai emak-emak”.
“Ada begitu banyak partai di sini yang belum ada adalah partai emak-emak. Partai emak-emak juga terepresentasikan di sini. Kami akan berjuang buat partai emak-emak. Kami ingin harga-harga terjangkau. Ka mi ingin harga-harga stabil,” katanya yang langsung disambut antusias pendukung pasangan ini, terutama dari kalangan perempuan.
Sementara itu, Jokowi sebagai capres petahana lebih dulu digemari kalangan emak-emak. Kendati begitu, upaya untuk mendapatkan dukungan dari basis suara kaum perempuan ini terus digenjot.
Angka ini berbeda tipis dengan pemilih potensial laki-laki sebesar 92.843.299 pemilih. Tingginya potensi suara kaum perempuan dalam Pemilu 2019 sangat disadari kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi)-KH Maíruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno.
Kemarin, misalnya, pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin yang digawangi politikus senior perempuan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ida Fauziyah mendeklarasikan gerakan Super Jokowi (Suara Perempuan untuk Jokowi-KH Ma’ruf Amin) di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta.
Gerakan ini menyatukan kekuatan perempuan dengan berbagai latar belakang seperti aktivis perempuan, para pegiat usaha mikro kecil menengah (UMKM), pegiat kegiatan sosial dan kesehatan, aktivis lingkungan hidup, jamaah majelis taklim, dan berbagai latar belakang lainnya di seluruh penjuru Tanah Air.
Pakar komunikasi politik Uni versitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, dengan tingginya potensi suara perempuan, pasangan capres-cawapres yang berhasil menarik simpati pemilih perempuan maka mereka sangat berpotensi memenangkan Pilpres 2019.
“Ceruk pemilih perempuan ini porsinya sangat besar dan sifatnya cair. Karena itu, pilihan mereka kerap dipengaruhi political treatment yang dilakukan pasangan calon. Pilihan kelompok pemilih perempuan ini sangat bergantung pada aspek psikologis. Apa yang menarik dari pasangan calon itulah yang menarik bagi mereka. Karena itu, jangan heran ada efek pesona calon yang dilihat secara fisik, cara komunikasinya, tampilan di media, dan lain-lain. Ceruk terbesarnya faktor psikologis,” kata Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini.
Namun, ada pula kelompok pemilih perempuan yang memilih dengan pertimbangan rasionalitas berdasarkan aspek sosiologis atau kedekatan dengan komunitas atau kelompok tertentu. Sementara itu, Ida Fauziyah mengatakan bahwa Super Jokowi benar-benar merupakan gerakan perempuan yang di inisiasi oleh dan dari perempuan sendiri.
“Kalau ditanya uang dari mana untuk membuat gerakan ini, adalah uang dari sahabat-sahabat Super Jokowi sendiri. Saya berterima kasih sahabat-sahabat perempuan Indonesia tanpa ada paksaan meyakini Jokowi dan Kiai Ma’ruf bisa mengatasi masa depan rakyat Indonesia,” ujar Ida Fauziyah yang juga Ketua DPP PKB saat Deklarasi Super Jokowi di Hall Nyi Ageng Serang, Jakarta, kemarin.
Pendiri Kaukus Perempuan Parlemen ini mengatakan, pada tahun politik seperti sekarang, hadirnya perempuan dalam pesta demokrasi akan menjadikan suhu politik yang panas menjadi sejuk. Ida menuturkan saat ini gerakan ini sudah tersebar di 34 provinsi.
Gerakan ini tidak hanya di perkotaan, tapi juga akan didorong hingga desa-desa di seluruh Indonesia. “Kami hadir karena kami percaya Pak Jokowi mampu membangun negara yang berkualitas lewat keluarga berkualitas.
Dan semakin kuat, ketika Pak Jokowi berpasangan dengan Kiai Ma’ruf, ulama yang kharismatik. Pasangan ini menjadi contoh,” tuturnya. Wakil Ketua Koordinator Nasional Super Jokowi Luluk Hamidah berharap perempuan-perempuan yang tergabung di organisasi mana pun akan bergerak bersama-sama karena kita tujuannya sama.
“Baik dari suara kalangan nahdliyin, LSM, Muhammadiyah, Persis, kita harapkan akan bertemu,” kata Wasekjen DPP PKB ini. Sebelumnya, dalam sambutannya seusai mendaftar sebagai pasangan capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jumat (10/8) lalu, Sandiaga menyebutkan selain didukung sejumlah partai politik (parpol), kubunya juga didukung “partai emak-emak”.
“Ada begitu banyak partai di sini yang belum ada adalah partai emak-emak. Partai emak-emak juga terepresentasikan di sini. Kami akan berjuang buat partai emak-emak. Kami ingin harga-harga terjangkau. Ka mi ingin harga-harga stabil,” katanya yang langsung disambut antusias pendukung pasangan ini, terutama dari kalangan perempuan.
Sementara itu, Jokowi sebagai capres petahana lebih dulu digemari kalangan emak-emak. Kendati begitu, upaya untuk mendapatkan dukungan dari basis suara kaum perempuan ini terus digenjot.
(don)