Inspirasi dari Joni

Senin, 20 Agustus 2018 - 07:30 WIB
Inspirasi dari Joni
Inspirasi dari Joni
A A A
BANGSA Indonesia disuguhi beberapa peristiwa heroik dalam hari-hari terakhir ini. Peristiwa tersebut terasa sangat bermakna karena terjadi pada saat bangsa ini tengah memperingati hari kemerdekaannya yang ke-73.

Peristiwa pertama yang banyak menyita perhatian publik Tanah Air tak lain adalah aksi Yohanes “Joni” Ande Kala Marcal. Remaja 14 tahun ini menjadi perbincangan dan viral di media sosial karena aksinya memanjat tiang bendera saat berlangsung upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Desa Silawan, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Saat itu sang saka Merah Putih akan dikibarkan di tiang bendera, namun tiba-tiba tali pemintas tak bergerak lantaran tersangkut di ujung tiang alias keluar dari as roda. Agar Merah Putih tetap bisa berkibar, Joni yang sedang berada di tenda kesehatan karena menderita sakit perut lalu berinisiatif memanjat tiang bendera.

Dengan berani dia mengabaikan risiko kecelakaan yang sewaktu-waktu bisa menimpanya. Karena keberaniannya, Joni mendadak jadi “bintang”. Sebagai bentuk apresiasi, sejumlah pihak memberinya hadiah, baik uang tunai maupun janji beasiswa hingga ia tamat kuliah.

Dia bahkan diboyong ke Jakarta untuk dipertemukan dengan Presiden Joko Widodo yang rencananya dilakukan pada Senin (20/8/2018) hari ini. Aksi heroik Joni ini benar-benar mengharukan karena dilakukan seorang remaja kampung secara spontan, tanpa ada skenario, tanpa sutradara. Dia sendiri yang berinisiatif mengambil sebuah keputusan yang dampaknya bisa jadi dia sendiri tak pernah bayangkan sebelumnya.

Dua hari berselang setelah aksi Joni, bangsa Indonesia kembali dibuat bangga oleh pencapaian atlet-atletnya yang berlaga di Asian Games 18. Kemarin atlet taekwondo Defia Rosmaniar berhasil menyumbangkan emas pertama untuk kontingen Indonesia dari cabang olahraga taekwondo di nomor Poomsae Individu Putri.

Prestasi yang membanggakan dan bisa menjadi pelecut semangat atlet lain karena diraih pada hari pertama setelah pembukaan Asian Games. Beberapa jam sebelum Defia meraih emas, kontingen Indonesia lebih dulu meraih medali perak melalui Edgar Xavier Marvelo dari cabang wushu nomor Changquan.

Pencapaian dua atlet ini seolah melengkapi kebanggaan kita sebagai bangsa setelah acara Opening Ceremony Asian Games di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu (18/8) malam yang berlangsung spektakuler. Banyak yang memuji keberhasilan acara pembukaan ini.

Apa yang dilakukan Joni dan atlet-atlet Indonesia yang sedang berjuang mengharumkan nama bangsa di Asian Games tentu sama berharganya. Mereka sedang berbuat untuk nama baik bangsa. Meski medannya berbeda, mereka memiliki tujuan yang sama,yaitu ingin mengibartinggikan sang saka Merah Putih.

Kembali ke Joni, semangat patriotisme yang spontan dari remaja SMP ini terasa menjadi sindiran di tengah hiruk-pikuk dan ramainya perdebatan publik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Meski dua pasangan calon presiden dan wakil presiden belum ditetapkan Komisi Pemilihan Umum, polarisasi di masyarakat sudah terjadi, bahkan jauh sebelum pendaftaran pilpres dilakukan.

Sangat memiriskan ketika persaingan antarpendukung capres, terutama di media sosial, sudah mengarah ke ihwal yang bersifat fitnah dengan tujuan membunuh karakter pribadi lawan. Agenda perebutan kekuasaan oleh para elite tak seharusnya menyeret warga masuk ke dalam medan persaingan yang sangat vulgar dan mengabaikan sikap saling menghormati.

Sangat memprihatinkan ketika nilai-kearifan dan kebijakan, etika, sopan santun, dan tata krama yang sejak dulu menjadi identitas bangsa kini menjadi barang langka. Tak seharusnya politik menyeret banyak orang menjadi pragmatis, berjuang hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Tak pelak aksi heroik Joni ini layak menjadi renungan bagi semua pihak. Dia hadir menggedor ruang kesadaran kita sebagai bangsa. Pertanyaan mendasarnya, dalam sejarah kehidupan sosial kita, sudahkah kita bersikap patriotik?

Dalam situasi seperti itu menjadi penting untuk mengingatkan pesan sang Proklamator Bung Karno, “Jangan tanya apa yang telah diberikan negara ini kepadamu, tapi apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu.”
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5023 seconds (0.1#10.140)