Ma'ruf Amin dan Sandi Jadi Penentu 'Rematch' Jokowi vs Prabowo

Rabu, 15 Agustus 2018 - 16:22 WIB
Maruf Amin dan Sandi...
Ma'ruf Amin dan Sandi Jadi Penentu 'Rematch' Jokowi vs Prabowo
A A A
JAKARTA - Tanding ulang atau rematch antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto akan terjadi pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019.

Sebagai dua kontestan lama, keberadaan calon wakil presiden dianggap menjadi pembeda antara dua calon presiden (capres) antara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 dengan lima tahun lalu.

Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto mengatakan, yang menjadi pembeda antara Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 adalah keberadaan Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno, dua cawapres yang masing-masing telah ditunjuk Jokowi dan Prabowo.

"Jokowi-Prabowo pernah diuji di 2014. Polarisasi dukungannya juga sudah terjadi sejak saat itu. Kini yang menjadi pembeda adalah wakil mereka, Ma'ruf Amin dan Sandiaga," kata Gun Gun dalam diskusi bertema Rematch Jokowi vs Prabowo di Litera Cafe, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (15/8/2018).

Ada sejumlah kelebihan dan kekurangan yang menempel pada sosok cawapres. Sosok pertama yang dibedah adalah Ma'ruf Amin.

Gun Gun mengatakan, Ma'ruf Amin memiliki kelebihan sebagai titik simpul dan penjaga keseimbangan politik pagi Jokowi. Di tengah fragmentasi politik parpol pengsusung Jokowi, Ma'ruf dianggap bisa menjadi jalan tengah.

"Banyak partai menghendaki Pilpres 2024 berlangsung tanpa tuan, karena akan ada alih generasi di sana. Keberadaan Mahfud MD di bursa cawapres membuat un happy parpol pendukung Jokowi karena dianggap akan mengunci tiket Pilpres 2024," ucap Gun Gun.

Tidak hanya dianggap mampu mencegah turbulensi politik partai pendukung Jokowi, Ma'ruf juga menguasai ceruk besar dari pemilih muslim di Indonesia. Sebagai kiai NU, Ma'ruf memiliki kekuatan kultural dan struktural di kalangan santri.

Meski memiliki akses terhadap ceruk pemilih muslim, ada ceruk besar lain yang sulit dijangkau Ma'ruf, pemilih milenial. Gun Gun mengatakan, ada sekitar 100 juta pemilih dari generasi Y dan Z yang punya hak pilih di Pilpres 2019.

"Karakter generasi Y dan Z adalah komunikatif, lebih cair afiliasi politiknya, dan tak terlalu suka dengan teknokrat. Karakter itu menjadi kelemahan Kiai Ma'ruf," kata Analis komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Sekadar informasi, generasi Y lahir di atas 1980-an hingga 1997. Sementara generasi Z lahir lahir pada tahun 1995.

Berbanding berbalik dengan Kiai Ma'ruf, Sandiaga justru memiliki keunggulan di kalangan milenial. Sandiaga, kata Gun Gun, memiliki kemampuan memiliki basis pemilih muda melalui komunitas-komunitas.

Kelebihan lainnya, soal logistik. Gun Gun menduga, isu logistik ikut mewarnai pembentukan koalisi Prabowo di Pilpres 2019.

Kelebihan lainnya, terkait panggung publisitas politik yang diperoleh Sandiaga di Pilgub DKI Jakarta. Gun Gun mengatakan, Pilkada DKI bukan hanya menjadi ajang pencarian pemimpin di Jakarta, tapi juga telah menyita perhatian masyarakat di seluruh penjuru Indonesia.

"Di antara kelemahan Sandi, dia belum punya portofolio kepala daerah yang dianggap punya pengalaman birokrasi," kata Gun Gun.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7288 seconds (0.1#10.140)