Sekjen MDHW Sambut Baik Pasangan Jokowi-KH Ma'ruf

Kamis, 09 Agustus 2018 - 19:36 WIB
Sekjen MDHW Sambut Baik...
Sekjen MDHW Sambut Baik Pasangan Jokowi-KH Ma'ruf
A A A
JAKARTA - Teka-teki siapa calon pendamping Jokowi pada Pilpres 2019 hinga kini masih misteri. Padahal pendaftaran capres-cawapres sudah dibuka dimulai tanggal 4-10 Agustus 2018.

Kendati demikian, info terakhir yang beredar, cawapres Jokowi kemungkinan besar berasal dari kelompok Islam. Hal itu ditegaskan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), Hery Haryanto Azumi, Kamis (9/8/2018).

Menurut Hery, pilihan cawapres dari kelompok Islam merupakan perpaduan sangat ideal bagi konsep pembangunan Indonesia di masa mendatang. Hal itu mengingat Indonesia memang terdiri dari dua kelompok besar, yakni kelompok nasionalis dan Islamis. Keduanya, menurut Hery, harus bersatu padu dalam membangun bangsa.

"Sejauh ini kombinasi kelompok nasionalis dan Islam dapat meredam potensi konflik sosial, karena keduanya merupakan kekuatan terbesar di republik ini. Sejarah juga mencatat Indonesia didirikan oleh para founding fathers yang terdiri dari kelompok nasionalis dan Islam," kata Hery Haryanto Azumi, Kamis (9/8/2018).

Saat ditanya siapa cawapres yang layak mendampingi Jokowi dari kelompok Islam, Hery menjawab bahwa sebaiknya cawapres tersebut diambil dari kelompok ulama yang mewakili semua umat. Salah satu nama yang paling masyhur saat ini adalah ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU) bernama KH Ma’ruf Amin.

"Nama Kiai Ma’ruf saya pikir perlu dipertimbangkan secara serius dan matang. Beliau ini selain ulama, juga seorang teknokrat. Beliau ini ahli ekonomi Islam. Pandangan-pandangan beliau soal ekonomi kerakyatan juga sangat luar biasa. Kiai Ma’ruf menurut saya adalah ulama plus," terang Hery.

Menurut Hery, Kiai Maruf telah mempromosikan pendekatan baru dalam bidang pembangunan ekonomi Indonesia, yaitu apa yang disebut sebagai "Arus Baru Ekonomi Indonesia".

"Kiai Ma'ruf punya pendekan baru dalam bidang ekonomi, yakni Arus Baru Ekonomi Indonesia. Pendekatan ini menyelamatkan Indonesia dari konflik yang tidak perlu antara pengusaha, pemerintah dan rakyat. Ini adalah pendekatan yang sangat genuine," tambah Hery.

Lebih dari itu, Kiai Maruf selalu mengkritik model "trickle down effect" yang ternyata tidak terbukti. "Cara terbaik untuk menghindari kesenjangan ekonomi adalah melalui pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang mampu mengangkat posisi ekonomi mereka," sambungnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7145 seconds (0.1#10.140)