Menhan Minta Negara Indo-Pasifik Bersatu
A
A
A
BANDUNG - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Raycudu menilai, perlunya persatuan dan komitmen bersama dari negara-negara Indo
Pasifik untuk menghadapi ancaman global.
Hal itu ditegaskan Ryamizard saat memberikan pembekalan kepada Perwira Siswa Pendidikan Reguler XLV Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, di Sesko TNI, Bandung, Jawa Barat, kemarin. Pembekalan yang mengambil tema “Menyikapi Dinamika Perkembangan Lingkungan Strategis dan Pengaruhnya Terhadap Pertahanan Negara” ini diikuti oleh 150 Pasis Sesko TNI.
Hadir dalam acara tersebut Dansesko TNI Letjen TNI Mar. RM Trusono dan Irjen Kemhan Letjen TNI Thamrin Marzuki. “Kunci utama dalam merespons berbagai bentuk tantangan dan ancaman keamanan bersama adalah sebuah resolusi dan komitmen kerja sama bilateral maupun multilateral yang lebih konkret dan tepat sasaran,” ujarnya.
Perkembangan strategis di kawasan Indo-Pasifik saat ini tidak bisa dilepaskan dari persaingan kepentingan antarnegara serta perebutan pengaruh kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Rusia, dan bahkan new emerging superpower China dalam bingkai era globalisasi baru.
“Ini konsekuensi logis dari perubahan akibat proses modernisasi yang sarat dengan pola persaingan ekonomi antarbangsa. Persaingan yang bersifat dinamis ini dapat berdampak terhadap perubahan sistem politik, hukum, mental dan budaya, serta penghayatan ideologi,” ungkapnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menilai, semua negara di kawasan Indo Pasifik saat ini berupaya menciptakan keamanan yang
dinamis dan stabil untuk menjamin kepentingan nasionalnya. “Persaingan ini berdampak terhadap perkembangan geopolitik dan geo-strategis kawasan Indo-Pasifik yang memunculkan ancaman baru bersama dan bersifat lintas negara,” katanya.
Untuk itu, strategi pertahanan Indonesia dalam menyikapi dinamika perkembangan lingkungan strategis tidak bisa dipisahkan dari strategi pembangunan dan kepentingan nasional. Termasuk menjaga tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ryamizard menambahkan, penilaian terhadap kekuatan pertahanan negara tidak bisa dinilai dari besarnya anggaran dan kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista). “Kekuatan tersebut tertumpu pada persatuan dan kesatuan rakyat yang dilandasi kecintaannya kepada bangsa dan negaranya. Karena rakyat merupakan basis kekuatan bangsa,” ujarnya.
Ryamizard menyebut, ancaman ke depan tidak lagi bersifat perang terbuka antarnegara. Ancaman nyata yang sudah berada di depan mata dan dapat terjadi sewaktu-waktu adalah terorisme dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam serta pelanggaran wilayah perbatasan.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Totok Sugiharto menambahkan, terorisme dan radikalisme merupakan ancaman yang tidak mengenal batas negara dan tidak mengenal waktu. Dalam melakukan aksinya mereka tidak memilih korbannya. “Ancaman ini memiliki sifat alamiah yaitu berbentuk sel-sel tidur serta operasi berdiri sendiri atau lone wolf dan radikalisasi dengan online serta media sosial,” katanya. (Sucipto)
Pasifik untuk menghadapi ancaman global.
Hal itu ditegaskan Ryamizard saat memberikan pembekalan kepada Perwira Siswa Pendidikan Reguler XLV Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, di Sesko TNI, Bandung, Jawa Barat, kemarin. Pembekalan yang mengambil tema “Menyikapi Dinamika Perkembangan Lingkungan Strategis dan Pengaruhnya Terhadap Pertahanan Negara” ini diikuti oleh 150 Pasis Sesko TNI.
Hadir dalam acara tersebut Dansesko TNI Letjen TNI Mar. RM Trusono dan Irjen Kemhan Letjen TNI Thamrin Marzuki. “Kunci utama dalam merespons berbagai bentuk tantangan dan ancaman keamanan bersama adalah sebuah resolusi dan komitmen kerja sama bilateral maupun multilateral yang lebih konkret dan tepat sasaran,” ujarnya.
Perkembangan strategis di kawasan Indo-Pasifik saat ini tidak bisa dilepaskan dari persaingan kepentingan antarnegara serta perebutan pengaruh kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Rusia, dan bahkan new emerging superpower China dalam bingkai era globalisasi baru.
“Ini konsekuensi logis dari perubahan akibat proses modernisasi yang sarat dengan pola persaingan ekonomi antarbangsa. Persaingan yang bersifat dinamis ini dapat berdampak terhadap perubahan sistem politik, hukum, mental dan budaya, serta penghayatan ideologi,” ungkapnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menilai, semua negara di kawasan Indo Pasifik saat ini berupaya menciptakan keamanan yang
dinamis dan stabil untuk menjamin kepentingan nasionalnya. “Persaingan ini berdampak terhadap perkembangan geopolitik dan geo-strategis kawasan Indo-Pasifik yang memunculkan ancaman baru bersama dan bersifat lintas negara,” katanya.
Untuk itu, strategi pertahanan Indonesia dalam menyikapi dinamika perkembangan lingkungan strategis tidak bisa dipisahkan dari strategi pembangunan dan kepentingan nasional. Termasuk menjaga tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ryamizard menambahkan, penilaian terhadap kekuatan pertahanan negara tidak bisa dinilai dari besarnya anggaran dan kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista). “Kekuatan tersebut tertumpu pada persatuan dan kesatuan rakyat yang dilandasi kecintaannya kepada bangsa dan negaranya. Karena rakyat merupakan basis kekuatan bangsa,” ujarnya.
Ryamizard menyebut, ancaman ke depan tidak lagi bersifat perang terbuka antarnegara. Ancaman nyata yang sudah berada di depan mata dan dapat terjadi sewaktu-waktu adalah terorisme dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam serta pelanggaran wilayah perbatasan.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Totok Sugiharto menambahkan, terorisme dan radikalisme merupakan ancaman yang tidak mengenal batas negara dan tidak mengenal waktu. Dalam melakukan aksinya mereka tidak memilih korbannya. “Ancaman ini memiliki sifat alamiah yaitu berbentuk sel-sel tidur serta operasi berdiri sendiri atau lone wolf dan radikalisasi dengan online serta media sosial,” katanya. (Sucipto)
(nfl)