Bamsoet Nilai Paham Radikal Jadi Peringatan bagi Pemerintah
Senin, 11 Juni 2018 - 21:01 WIB

Bamsoet Nilai Paham Radikal Jadi Peringatan bagi Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo menganggap, rilis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menyebutkan tujuh kampus telah terpapar paham radikalisme menjadi peringatan bagi pemerintah agar bekerja keras menanggulangi paham radikalisme di kampus.
Pasalnya, kehidupan dan pola hidup masyarakat telah mengalami suatu pergeseran dari nilai yang cenderung disusupi ideologi yang ingin merusak dan menentang ideolagi pancasila.
Hal itu dikatakan politikus yang biasa disapa Bamsoet ini, saat menjadi pemateri dalam diskusi aktivis lintas generasi yang bertajuk "Strategi Kebangsaan Mangatasi Radikalisme di Universitas", di Aula Perkumpulan Gerakan Kebangsaan, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
"Dulu gerakan mahasiswa kampus, kita radikal tapi menuntut sesuatu kepada ketidakadilan. Bukan kepada sebuah ideologi kekerasan yang mengancam NKRI," kata Bamsoet, Senin (11/6/2018).
Bamsoet menilai, masuknya paham radikalisme di kampus yang menyerang pikiran mahasiswa tidak sebanding lurus dengan arus teknologi yang sangat pesat, membuat hidup semakin instan.
"Zaman sekarang anak-anak milenial ke mana-mana pegang handphone, enggak ada lihat televisi, baca koran. Ini justru bahayanya, merusak pemikiran adik-adik kita yang tengah mencari jati diri," imbuhnya.
Dengan demikian, Bamsoet meminta pemerintah dan perguruan tinggi agar lebih berhat-hati dalam melakukan rekrutmen dosen, untuk mencegah paham radikalisme yang akan menyebar luas di Perguruan Tinggi.
"Proses seleksi dosen-dosen juga harus jadi perhatian. Karena bagaimanapun harus waspada, dosen juga berperan penting dalam pengembangan pemikiran mahasiswanya," jelas Bamsoet.
Pasalnya, kehidupan dan pola hidup masyarakat telah mengalami suatu pergeseran dari nilai yang cenderung disusupi ideologi yang ingin merusak dan menentang ideolagi pancasila.
Hal itu dikatakan politikus yang biasa disapa Bamsoet ini, saat menjadi pemateri dalam diskusi aktivis lintas generasi yang bertajuk "Strategi Kebangsaan Mangatasi Radikalisme di Universitas", di Aula Perkumpulan Gerakan Kebangsaan, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
"Dulu gerakan mahasiswa kampus, kita radikal tapi menuntut sesuatu kepada ketidakadilan. Bukan kepada sebuah ideologi kekerasan yang mengancam NKRI," kata Bamsoet, Senin (11/6/2018).
Bamsoet menilai, masuknya paham radikalisme di kampus yang menyerang pikiran mahasiswa tidak sebanding lurus dengan arus teknologi yang sangat pesat, membuat hidup semakin instan.
"Zaman sekarang anak-anak milenial ke mana-mana pegang handphone, enggak ada lihat televisi, baca koran. Ini justru bahayanya, merusak pemikiran adik-adik kita yang tengah mencari jati diri," imbuhnya.
Dengan demikian, Bamsoet meminta pemerintah dan perguruan tinggi agar lebih berhat-hati dalam melakukan rekrutmen dosen, untuk mencegah paham radikalisme yang akan menyebar luas di Perguruan Tinggi.
"Proses seleksi dosen-dosen juga harus jadi perhatian. Karena bagaimanapun harus waspada, dosen juga berperan penting dalam pengembangan pemikiran mahasiswanya," jelas Bamsoet.
(maf)