Drama Penyanderaan 40 Jam di Mako Brimob
A
A
A
DEPOK - Penyanderaan sejumlah anggota Polri yang dilakukan para tahanan kasus terorisme di Rutan Cabang Salemba Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat berakhir pukul 07.15 WIB kemarin. Penyanderaan berlangsung hampir 40 jam sejak Selasa (8/5/2018) malam.
Sandera terakhir yang dibebaskan adalah Bripka Iwan Sarjana sekitar pukul 00.00 WIB dalam keadaan hidup. Iwan mengalami luka lebam di muka dan beberapa bagian tubuhnya.
Selain Iwan, para tahanan teroris juga menyandera lima anggota polisi lainnya hingga akhirnya tewas. Mereka adalah Bripda Wahyu Catur Pamungkas, Bripda Syukron Fadhli, Iptu Yudi Rospuji, Bripka Denny, dan Briptu Fandi. Satu orang lainnya juga tewas, yaitu napi terorisme bernama Benny Syamsu Tresno. Atas keberanian lima anggota yang tewas dalam insiden tersebut dan sebagai apresiasi, Polri memberikan kenaikan pangkat luar biasa.
Drama dua malam itu diakhiri dengan menyerahnya 155 tahanan terorisme. Insiden di Markas Korps Brimob Kelapa Dua itu berawal dari keributan antara tahanan dan petugas kepolisian.
Keributan bermula dari penolakan pihak keluarga napi terorisme saat polisi hendak memeriksa makanan yang dibawa. Pihak keluarga bermaksud menjenguk Wawan Kurniawan alias Abu Afif, salah seorang tahanan dari Jamaah Ansharut Daulah asal Sumatera Selatan. Selasa (8/5/2018) sore, ruangan di Blok C tiba-tiba ramai oleh teriakan napi terorisme dan napi lainnya.
Wawan marah kepada petugas karena makanan yang diantarkan keluarganya tak juga datang. Seorang polisi bernama Muhammad Ramdani bilang makanan Wawan baru bisa diberikan sehabis waktu isya. "Sipir anjing!" teriak Wawan menumpahkan kekesalannya. Cerita tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal.
Rupanya teriakan Wawan memicu aksi napi lain. Pintu menuju tempat olahraga dijebol oleh penghuni Blok C yang jumlahnya sekitar 34 orang. Pergerakan massa terus meningkat hingga tak bisa dikendalikan. Setelah menjebol pintu dan tembok, napi dari Blok C memprovokasi yang lain.
Malamnya sekitar pukul 19.30 WIB, kerusuhan menjalar hingga Blok B. Keadaan semakin tak terkendali. Napi bahkan berhasil masuk ke ruang pemeriksaan dan melukai beberapa anggota. Dinihari sekitar pukul 00.10 WIB, petugas mulai memasang kawat berduri di sekitar gerbang Mako Brimob.
Warga dan wartawan diperintahkan menjauh 100 meter dari lokasi. Polisi juga menutup jalan di depan Mako Brimob. Empat polisi terluka yang diumumkan Rabu (9/5/2018) sekitar pukul 01.00 WIB. Kelompok napiter ini juga menyandera enam orang lainnya. Sampai saat itu belum ada kabar mengenai korban meninggal.
Sekitar pukul 02.15 WIB, situasi semakin mencekam ketika sejum lah personel polisi diperintahkan untuk bersiap siaga. Mereka, dengan atribut lengkap, mengokang senjata laras panjang dan berjaga di depan kompleks Mako Brimob.
Namun, penjagaan ini tidak lantas mencegah hal paling buruk terjadi di dalam. Sekitar pukul 16.20 WIB, ada pernyataan resmi dari polisi bahwa ada korban meninggal dunia sebanyak 5 orang dari polisi, sedangkan yang 1 lagi dari teroris. Selain itu ada satu anggota polisi yang masih disandera. "Satu dari mereka terpaksa kami tembak karena melawan dan mengambil senjata petugas," kata Iqbal.
Menjelang sore hingga malam jasad korban meninggal dibawa keluar dari Mako Brimob dan dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati. Hampir seluruh korban tewas dari pihak polisi mengalami luka benda tajam di sekujur tubuhnya. Satu korban tewas karena tembakan di kepala sebelah kiri yang menembus hingga ke sisi kanan.
Tiga Blok Dikuasai Napiter
Pukul 22.00 Rabu (9/5/2018) polisi mengumumkan semua bagian rutan yang terdiri dari tiga blok, dari A, B dan C, telah dikuasai sepenuhnya oleh para napiter yang jumlahnya mencapai 155 orang. "Tidak bisa masuk, mereka bersenjata," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto.
Meski seluruh wilayah rutan sudah dikuasai teroris, polisi masih terus mengupayakan jalur negosiasi. Mereka tak ingin serampangan menyerang ke dalam, juga karena masih ada satu anggotanya disekap. Hingga tengah malam memasuki hari Kamis (10/5/2018), perkembangan terbaru terjadi dari drama penyanderaan ini. Pihak napi terorisme mulai kelaparan dan perlu makan.
Polisi berhasil meyakinkan mereka untuk melepas Iwan Sarjana dengan gantinya polisi memberikan makanan. Iwan pun bebas. Tubuhnya penuh luka lebam dan dibawa ke RS Bhayangkara. "Iwan sudah berhasil kami bebaskan," kata Iqbal.
Wakapolri Komjen Syafruddin selama penyanderaan berlangsung, para tahanan terorisme melakukan berbagai aktivitas di antaranya merakit bom. "Mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan perakitan bom dan sebagainya," ujar Syafruddin.
Syafruddin mengungkapkan, suara ledakan yang terjadi kemarin sekitar pukul 07.18 WIB berasal dari bom rakitan tersebut. Ledakan itu dilakukan polisi untuk sterilisasi lokasi pengepungan yang berakhir sekitar pukul 07.15.
Menurut dia, sebanyak 155 tahanan ataupun narapidana kasus terorisme menyerahkan diri tanpa syarat. Syafruddin memastikan tidak ada korban jiwa. Sekitar pukul 08.30 WIB, Syafruddin memimpin langsung apel tanda selesainya operasi penanggulangan teror yang berlangsung sekitar 38 jam.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan, polisi melumpuhkan napi terorisme dengan sangat hati-hati. Sebanyak 155 narapidana terorisme yang menguasai Rutan Cabang Salemba Mako Brimob menyerahkan diri setelah dilakukan operasi Polri.
Oleh karena itu polisi terlebih dahulu mengultimatum para napi terorisme yang berhasil merebut senjata. Wiranto mengatakan, dalam ultimatumnya, polisi memberikan dua pilihan kepada para napiterorisme, menyerahkan diri atau menghadapi risiko serbuan. "Aparat keamanan telah memberikan ultimatum kepada mereka, menyerah atau menghadapi risiko serbuan dengan batasan waktu tertentu," ujarnya.
Wiranto mengatakan, menjelang subuh, sebanyak 145 narapidana teroris menyerahkan diri kepada polisi. Adapun 10 lainnya tetap bertahan dan mencoba melawan polisi. Setelah terjadi baku tembak, akhirnya 10 narapidana teroris itu menyerah.
Sandera terakhir yang dibebaskan adalah Bripka Iwan Sarjana sekitar pukul 00.00 WIB dalam keadaan hidup. Iwan mengalami luka lebam di muka dan beberapa bagian tubuhnya.
Selain Iwan, para tahanan teroris juga menyandera lima anggota polisi lainnya hingga akhirnya tewas. Mereka adalah Bripda Wahyu Catur Pamungkas, Bripda Syukron Fadhli, Iptu Yudi Rospuji, Bripka Denny, dan Briptu Fandi. Satu orang lainnya juga tewas, yaitu napi terorisme bernama Benny Syamsu Tresno. Atas keberanian lima anggota yang tewas dalam insiden tersebut dan sebagai apresiasi, Polri memberikan kenaikan pangkat luar biasa.
Drama dua malam itu diakhiri dengan menyerahnya 155 tahanan terorisme. Insiden di Markas Korps Brimob Kelapa Dua itu berawal dari keributan antara tahanan dan petugas kepolisian.
Keributan bermula dari penolakan pihak keluarga napi terorisme saat polisi hendak memeriksa makanan yang dibawa. Pihak keluarga bermaksud menjenguk Wawan Kurniawan alias Abu Afif, salah seorang tahanan dari Jamaah Ansharut Daulah asal Sumatera Selatan. Selasa (8/5/2018) sore, ruangan di Blok C tiba-tiba ramai oleh teriakan napi terorisme dan napi lainnya.
Wawan marah kepada petugas karena makanan yang diantarkan keluarganya tak juga datang. Seorang polisi bernama Muhammad Ramdani bilang makanan Wawan baru bisa diberikan sehabis waktu isya. "Sipir anjing!" teriak Wawan menumpahkan kekesalannya. Cerita tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal.
Rupanya teriakan Wawan memicu aksi napi lain. Pintu menuju tempat olahraga dijebol oleh penghuni Blok C yang jumlahnya sekitar 34 orang. Pergerakan massa terus meningkat hingga tak bisa dikendalikan. Setelah menjebol pintu dan tembok, napi dari Blok C memprovokasi yang lain.
Malamnya sekitar pukul 19.30 WIB, kerusuhan menjalar hingga Blok B. Keadaan semakin tak terkendali. Napi bahkan berhasil masuk ke ruang pemeriksaan dan melukai beberapa anggota. Dinihari sekitar pukul 00.10 WIB, petugas mulai memasang kawat berduri di sekitar gerbang Mako Brimob.
Warga dan wartawan diperintahkan menjauh 100 meter dari lokasi. Polisi juga menutup jalan di depan Mako Brimob. Empat polisi terluka yang diumumkan Rabu (9/5/2018) sekitar pukul 01.00 WIB. Kelompok napiter ini juga menyandera enam orang lainnya. Sampai saat itu belum ada kabar mengenai korban meninggal.
Sekitar pukul 02.15 WIB, situasi semakin mencekam ketika sejum lah personel polisi diperintahkan untuk bersiap siaga. Mereka, dengan atribut lengkap, mengokang senjata laras panjang dan berjaga di depan kompleks Mako Brimob.
Namun, penjagaan ini tidak lantas mencegah hal paling buruk terjadi di dalam. Sekitar pukul 16.20 WIB, ada pernyataan resmi dari polisi bahwa ada korban meninggal dunia sebanyak 5 orang dari polisi, sedangkan yang 1 lagi dari teroris. Selain itu ada satu anggota polisi yang masih disandera. "Satu dari mereka terpaksa kami tembak karena melawan dan mengambil senjata petugas," kata Iqbal.
Menjelang sore hingga malam jasad korban meninggal dibawa keluar dari Mako Brimob dan dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati. Hampir seluruh korban tewas dari pihak polisi mengalami luka benda tajam di sekujur tubuhnya. Satu korban tewas karena tembakan di kepala sebelah kiri yang menembus hingga ke sisi kanan.
Tiga Blok Dikuasai Napiter
Pukul 22.00 Rabu (9/5/2018) polisi mengumumkan semua bagian rutan yang terdiri dari tiga blok, dari A, B dan C, telah dikuasai sepenuhnya oleh para napiter yang jumlahnya mencapai 155 orang. "Tidak bisa masuk, mereka bersenjata," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto.
Meski seluruh wilayah rutan sudah dikuasai teroris, polisi masih terus mengupayakan jalur negosiasi. Mereka tak ingin serampangan menyerang ke dalam, juga karena masih ada satu anggotanya disekap. Hingga tengah malam memasuki hari Kamis (10/5/2018), perkembangan terbaru terjadi dari drama penyanderaan ini. Pihak napi terorisme mulai kelaparan dan perlu makan.
Polisi berhasil meyakinkan mereka untuk melepas Iwan Sarjana dengan gantinya polisi memberikan makanan. Iwan pun bebas. Tubuhnya penuh luka lebam dan dibawa ke RS Bhayangkara. "Iwan sudah berhasil kami bebaskan," kata Iqbal.
Wakapolri Komjen Syafruddin selama penyanderaan berlangsung, para tahanan terorisme melakukan berbagai aktivitas di antaranya merakit bom. "Mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan perakitan bom dan sebagainya," ujar Syafruddin.
Syafruddin mengungkapkan, suara ledakan yang terjadi kemarin sekitar pukul 07.18 WIB berasal dari bom rakitan tersebut. Ledakan itu dilakukan polisi untuk sterilisasi lokasi pengepungan yang berakhir sekitar pukul 07.15.
Menurut dia, sebanyak 155 tahanan ataupun narapidana kasus terorisme menyerahkan diri tanpa syarat. Syafruddin memastikan tidak ada korban jiwa. Sekitar pukul 08.30 WIB, Syafruddin memimpin langsung apel tanda selesainya operasi penanggulangan teror yang berlangsung sekitar 38 jam.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan, polisi melumpuhkan napi terorisme dengan sangat hati-hati. Sebanyak 155 narapidana terorisme yang menguasai Rutan Cabang Salemba Mako Brimob menyerahkan diri setelah dilakukan operasi Polri.
Oleh karena itu polisi terlebih dahulu mengultimatum para napi terorisme yang berhasil merebut senjata. Wiranto mengatakan, dalam ultimatumnya, polisi memberikan dua pilihan kepada para napiterorisme, menyerahkan diri atau menghadapi risiko serbuan. "Aparat keamanan telah memberikan ultimatum kepada mereka, menyerah atau menghadapi risiko serbuan dengan batasan waktu tertentu," ujarnya.
Wiranto mengatakan, menjelang subuh, sebanyak 145 narapidana teroris menyerahkan diri kepada polisi. Adapun 10 lainnya tetap bertahan dan mencoba melawan polisi. Setelah terjadi baku tembak, akhirnya 10 narapidana teroris itu menyerah.
(amm)