PDIP Canangkan Gerakan Nasional Mubalig Bela Negara
A
A
A
JAKARTA - DPP PDI Perjuangan dan pengurus Ikhwanul Mubalighin telah melakukan pertemuan tertutup untuk membahas agenda nasional. Pertemuan itu dihadiri Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Ketua Ikhwanul Mubalighin, KH Mujib Chudori.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan, kunjungan para mubaligh itu merupakan kunjungan balasan setelah sebelumnya pengurus PDIP berdialog dengan pengurus Masjid Istiqlal seperti Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasarudin Umar.
Menurut Hasto, dalam pertemuan kali ini PDIP dan Ikhwanul Mubalighin sepakat untuk mencanangkan gerakan nasional Mubalig bela negara.
"PDIP sebagai partai yang berdasarkan ideologi pancasila terus membangun dialog terlebih baitul muslimin sebagai sayap PDIP juga punya visi untuk mewujudkan islam nusantara yang berkemajuan untuk Indonesia raya," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Hasto menuturkan, dalam dialog tersebut, dibahas mengenai sejarah pembentukan ikhwanul mubalighin. Menurutnya, organisasi ini terbentuk atas dasar perspektif kesejarahan Mega-Bintang yang sangat kuat.
Sebagaimana yang diketahui Hasto bahwa organisasi ini dibangun jelang pemilu 1997 atau sebelum meletusnya peristiwa penyerangan kantor PDIP pada 27 Juli 1996 atau dikenal dengan istilah Kudatuli.
Menurut Hasto, nilai kesejarahan ini sinergi dengan kebijakan pemerintah Joko Widodo yang menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional. "Sebagai pengakuan peran umat Islam dan para santri dalam membela bangsa dan negara," pungkasnya.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan, kunjungan para mubaligh itu merupakan kunjungan balasan setelah sebelumnya pengurus PDIP berdialog dengan pengurus Masjid Istiqlal seperti Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasarudin Umar.
Menurut Hasto, dalam pertemuan kali ini PDIP dan Ikhwanul Mubalighin sepakat untuk mencanangkan gerakan nasional Mubalig bela negara.
"PDIP sebagai partai yang berdasarkan ideologi pancasila terus membangun dialog terlebih baitul muslimin sebagai sayap PDIP juga punya visi untuk mewujudkan islam nusantara yang berkemajuan untuk Indonesia raya," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Hasto menuturkan, dalam dialog tersebut, dibahas mengenai sejarah pembentukan ikhwanul mubalighin. Menurutnya, organisasi ini terbentuk atas dasar perspektif kesejarahan Mega-Bintang yang sangat kuat.
Sebagaimana yang diketahui Hasto bahwa organisasi ini dibangun jelang pemilu 1997 atau sebelum meletusnya peristiwa penyerangan kantor PDIP pada 27 Juli 1996 atau dikenal dengan istilah Kudatuli.
Menurut Hasto, nilai kesejarahan ini sinergi dengan kebijakan pemerintah Joko Widodo yang menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional. "Sebagai pengakuan peran umat Islam dan para santri dalam membela bangsa dan negara," pungkasnya.
(maf)