PKS Memanas Jelang Pilpres, Ini Penyebabnya

Senin, 16 April 2018 - 16:30 WIB
PKS Memanas Jelang Pilpres,...
PKS Memanas Jelang Pilpres, Ini Penyebabnya
A A A
JAKARTA - Kalangan internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memanas jelang hajatan pemilu presiden (pilpres). Setelah dirilisnya 9 nama calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) di PKS, muncul juga dokumen yang menunjukkan adanya friksi antara kubu osan (orang sana) yang dipimpin mantan Presiden PKS Anis Matta dan kubu osin (orang sini) yang dipimpin Presiden PKS Sohibul Iman.

Bahkan dalam dokumen berformat slide show tersebut, kubu osan disebut-sebut tengah merencanakan aksi kudeta untuk menumbangkan Presiden PKS. "Kalau saya pelajari bahan tersebut, dari format, isi, dan polanya merupakan produk intelijen. Tapi saya nggak tahu itu produk intelijen di luar atau di dalam PKS. Karena di dalam ada yang direkrut dan dilatih untuk melakukan tugas itu (intelijen)," kata kader PKS yang juga sahabat Anis Matta, Mahfuz Sidik, saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta, Minggu (15/4/2018).

Menurut mantan Ketua Komisi Intelijen DPR itu, targetnya sangat jelas, yakni untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap Anis Matta yang masuk ke dalam 9 nama capres/cawapres PKS. Terlebih isu serupa pernah diembuskan beberapa tahun yang lalu. "Sebelumnya 2015 akhir itu, bahkan Pak Anis Matta ada yang dorong buat partai baru. Jadi isu Pak Anis akan kudeta sudah sejak beberapa tahun lalu," ujarnya.

Mahfuz menjelaskan, setelah diamanahi sebagai salah satu capres/cawapres PKS, Anis ingin bekerja secara maksimal sehingga 9 nama ini menjadi faktor pemenangan pemilu baik pilpres maupun pileg dengan mendorong kinerja 9 nama tersebut. Tapi sayangnya niat baik Anis dimaknai berbeda. "Beliau sosialisasi dengan berbagai atribut, ternyata ini dianggap berbeda," imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, setelah 9 nama ini ditetapkan, baik DPP PKS maupun Majelis Syura tidak membuat perincian yang jelas seperti apa kerja capres ini, apa targetnya, bagaimana mekanisme pengambilan keputusannya, bagaimana pola sosialisasi dan marketing untuk mendongkrak suara partai. Bahkan sejumlah nama tersebut tidak pernah muncul di media dan publik.

"Lalu 9 mengerucut jadi 1 mekanismenya seperti apa. Saya hari ini lihat di TV Pak Sohibul Iman menyampaikan cawapres pendamping Pak Prabowo Subianto nomor urut 1 dan yang paling dekat adalah Ahmad Heryawan, penjelasannya apa. Lalu Direktur pencapresan DPP PKS juga mengatakan sudah dikerucutkan 3, siapa, di forum apa diputuskan. Jadi ada kontestasi diam-diam dan keras di lingkup internal," bebernya.

Dihubungi terpisah, Ketua Fraksi PKS di DPR Jazuli Juwaini melihat, dokumen tersebut tidak jelas asal-usulnya. Karena itu dia menduga kuat bahwa dokumen itu sengaja dibuat untuk membuat gaduh PKS. "Kalau dilihat dari bahasanya itu kayaknya operasi untuk menghancurkan PKS," kata Jazuli saat dihubungi.

Sebelumnya sejumlah kader PKS daerah memprotes keputusan DPP PKS yang melakukan rotasi terhadap sejumlah pejabat struktural partai di tingkat wilayah. Salah satu ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS yang dicopot adalah Erza Saladin dari posisi ketua DPW PKS Sumatera Selatan. Atas pencopotan ini Erza bersama 11 ketua DPD PKS se-Sumatera Selatan meminta klarifikasi terhadap DPP PKS. Ke-11 DPD se-Sumsel yang diwakili Ketua DPD Banyuasin Ilham Hadi menyampaikan penolakan terhadap keputusan pencopotan Erza.

Pemecatan juga dialami pimpinan DPW PKS Jawa Tengah Kamal Fauzi. Pemecatan dilakukan sehari jelang penutupan pendaftaran Pilgub Jateng hingga mengejutkan kader di daerah. Sebab Kamal dikenal sebagai pemimpin yang tidak pernah bermanuver aneh-aneh. Kamal pun menolak permintaan tersebut karena ia dipilih Majelis Syura.

Pemecatan kader di daerah itu pun disinyalir terkait dengan proses pemilihan 9 calon presiden yang akan diajukan PKS pada Pilpres 2019. Kader yang berseberangan pun diberangus. Sementara itu Fahri Hamzah mencium adanya upaya memberangus loyalis Anis Matta di PKS dari pemecatan yang dilakukan DPP terhadap kader yang dianggap memiliki kedekatan dengan mantan Presiden PKS itu. Ia pun tak heran bila kini para kader tersebut bergolak.

"Ada pembersihan tapi begitu. Metodenya enggak terbuka. Jadi orang dipecat gitu. Habis dipecat orang datang, (bertanya) salah saya apa? Dia bilang, 'OH enggak ada salah, itu tour of duty saja'," kata Fahri kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4024 seconds (0.1#10.140)