Tentang Skripal dan Fitnah terhadap Rusia
A
A
A
Lyudmila Vorobyeva
Duta Besar Rusia untuk Indonesia
KEPADA para pembaca di Indonesia, saya ingin menyampaikan beberapa tanggapan saya berkaitan dengan kampanye besar di media massa yang merujuk pada pernyataan-pernyataan tidak bertanggung jawab politikus-politikus tertentu di Barat yang menyatakan seolah-olah Rusia melanggar Konvensi Pelarangan Senjata Kimia dan meracuni mantan opsir intelijen militer Rusia Sergey Skripal dan anaknya di Salisbury, Inggris Raya.
Sejak awal histeria anti-Rusia oleh Inggris Raya berdasarkan pada “highly likely”, intinya karena dugaan yang tidak terbukti, pihak Rusia melalui Kedutaan Besar di London secara resmi meminta Foreign Office menyampaikan sampel-sampel zat kimia yang digunakan dan mengimbau untuk mengadakan penyelidikan bersama yang transparan terkait Sergey Skripal. Permintaan kami ini ditolak. Ada kesan bahwa London melupakan istilah praduga tak bersalah serta juga prinsip-prinsip dialog beradab.
Lebih dari itu, pihak Inggris Raya tidak bersusah payah mencari bukti-bukti dan lebih suka memfitnah Rusia. Muncul pertanyaan, siapa dan mengapa memperparah suasana dan apa sebenarnya ada di belakang fitnah tidak bertanggung jawab ini? Ada pendapat bahwa tindakan-tindakan tersebut dari para politikus Inggris Raya terkait dengan turunnya popularitas kabinet kerja Theresa May secara drastis karena beberapa hal mulai dari “Brexit” hingga cerita-cerita yang tidak bisa diselubungi seperti pengungkapan jaringan pedofil di salah satu Kota Inggris Raya yang beraksi selama 40 tahun dan tidak dipedulikan otorita setempat dan badan penegak hukum.
Sebagaimana diketahui, negara-negara Barat secara luas menggunakan taktik pencarian musuh luar untuk peralihan perhatian bangsa dari masalah-masalah dalam negeri. Kami juga tahu bahwa sayangnya ada motif-motif yang lain, yaitu keinginan memfitnah Rusia dan pemerintahnya, terutama menjelang Pemilu Presiden dan Piala Dunia sepak bola yang akan diadakan di negara kami pada musim panas tahun ini.
Dengan demikian, mudah ditebak siapa yang meraih keuntungan dari sandiwara politik keracunan Sergey Skripal–otorita Inggris Raya yang secara tradisional berada di garda depan rusofobia ataukah dinas intelijen Rusia yang sudah sama sekali tidak berminat pada Skripal yang dulu menjual rahasia-rahasia negara kepada London, tetapi sudah lama tidak punya akses pada informasi terkait.
Tindakan Pemerintah Inggris Raya menunjukkan tidak adanya niat untuk menyelidiki insiden di Salisbury secara menyeluruh dan dengan tidak memihak. Hal ini menimbulkan rasa sesal yang mendalam.
Kami ingin mengingatkan kepada para pembaca yang terhormat bahwa pihak Rusia sudah beberapa kali mengimbau London secara resmi menggunakan prosedur-prosedur bersangkutan hukum internasional, termasuk Konvensi Pelarangan Senjata Kimia, Konvensi Majelis Eropa tahun 1959 dll. Akan tetapi, sampai sekarang hal ini belum dilakukan dan rupanya tidak akan dilakukan.
Inti retorika pihak Inggris: mereka tidak wajib memperlihatkan bukti-bukti dan membuktikan tuduhan kepada Rusia atau kepada pihak mana pun yang lain. Sebagai puncak tindakan-tindakan histeris baru-baru ini pada tanggal 14 Maret 2018 Inggris Raya menolak menerima dokumen hasil sidang Dewan Keamanan PBB tentang insiden kimia di Salisbury dengan imbauan kepada semua pihak untuk bekerja sama demi menentukan kebenaran. Penolakan Inggris Raya memberikan data-data dan bukti barang sekali lagi mengonfirmasikan bahwa semua tindakan ini adalah provokasi anti-Rusia yang direkayasa sebelumnya.
Mari bertanya sekali lagi: apakah semua ini bisa menjadi manfaat untuk Rusia yang siap bekerja sama pada perkara Skripal dalam format apa pun dan berdasarkan hukum internasional? Pastilah tidak. Saya sama sekali tidak meragukan bahwa semua orang yang pintar membandingkan fakta-fakta tanpa memperhatikan propaganda anti-Rusia akan menarik kesimpulan yang sama.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia
KEPADA para pembaca di Indonesia, saya ingin menyampaikan beberapa tanggapan saya berkaitan dengan kampanye besar di media massa yang merujuk pada pernyataan-pernyataan tidak bertanggung jawab politikus-politikus tertentu di Barat yang menyatakan seolah-olah Rusia melanggar Konvensi Pelarangan Senjata Kimia dan meracuni mantan opsir intelijen militer Rusia Sergey Skripal dan anaknya di Salisbury, Inggris Raya.
Sejak awal histeria anti-Rusia oleh Inggris Raya berdasarkan pada “highly likely”, intinya karena dugaan yang tidak terbukti, pihak Rusia melalui Kedutaan Besar di London secara resmi meminta Foreign Office menyampaikan sampel-sampel zat kimia yang digunakan dan mengimbau untuk mengadakan penyelidikan bersama yang transparan terkait Sergey Skripal. Permintaan kami ini ditolak. Ada kesan bahwa London melupakan istilah praduga tak bersalah serta juga prinsip-prinsip dialog beradab.
Lebih dari itu, pihak Inggris Raya tidak bersusah payah mencari bukti-bukti dan lebih suka memfitnah Rusia. Muncul pertanyaan, siapa dan mengapa memperparah suasana dan apa sebenarnya ada di belakang fitnah tidak bertanggung jawab ini? Ada pendapat bahwa tindakan-tindakan tersebut dari para politikus Inggris Raya terkait dengan turunnya popularitas kabinet kerja Theresa May secara drastis karena beberapa hal mulai dari “Brexit” hingga cerita-cerita yang tidak bisa diselubungi seperti pengungkapan jaringan pedofil di salah satu Kota Inggris Raya yang beraksi selama 40 tahun dan tidak dipedulikan otorita setempat dan badan penegak hukum.
Sebagaimana diketahui, negara-negara Barat secara luas menggunakan taktik pencarian musuh luar untuk peralihan perhatian bangsa dari masalah-masalah dalam negeri. Kami juga tahu bahwa sayangnya ada motif-motif yang lain, yaitu keinginan memfitnah Rusia dan pemerintahnya, terutama menjelang Pemilu Presiden dan Piala Dunia sepak bola yang akan diadakan di negara kami pada musim panas tahun ini.
Dengan demikian, mudah ditebak siapa yang meraih keuntungan dari sandiwara politik keracunan Sergey Skripal–otorita Inggris Raya yang secara tradisional berada di garda depan rusofobia ataukah dinas intelijen Rusia yang sudah sama sekali tidak berminat pada Skripal yang dulu menjual rahasia-rahasia negara kepada London, tetapi sudah lama tidak punya akses pada informasi terkait.
Tindakan Pemerintah Inggris Raya menunjukkan tidak adanya niat untuk menyelidiki insiden di Salisbury secara menyeluruh dan dengan tidak memihak. Hal ini menimbulkan rasa sesal yang mendalam.
Kami ingin mengingatkan kepada para pembaca yang terhormat bahwa pihak Rusia sudah beberapa kali mengimbau London secara resmi menggunakan prosedur-prosedur bersangkutan hukum internasional, termasuk Konvensi Pelarangan Senjata Kimia, Konvensi Majelis Eropa tahun 1959 dll. Akan tetapi, sampai sekarang hal ini belum dilakukan dan rupanya tidak akan dilakukan.
Inti retorika pihak Inggris: mereka tidak wajib memperlihatkan bukti-bukti dan membuktikan tuduhan kepada Rusia atau kepada pihak mana pun yang lain. Sebagai puncak tindakan-tindakan histeris baru-baru ini pada tanggal 14 Maret 2018 Inggris Raya menolak menerima dokumen hasil sidang Dewan Keamanan PBB tentang insiden kimia di Salisbury dengan imbauan kepada semua pihak untuk bekerja sama demi menentukan kebenaran. Penolakan Inggris Raya memberikan data-data dan bukti barang sekali lagi mengonfirmasikan bahwa semua tindakan ini adalah provokasi anti-Rusia yang direkayasa sebelumnya.
Mari bertanya sekali lagi: apakah semua ini bisa menjadi manfaat untuk Rusia yang siap bekerja sama pada perkara Skripal dalam format apa pun dan berdasarkan hukum internasional? Pastilah tidak. Saya sama sekali tidak meragukan bahwa semua orang yang pintar membandingkan fakta-fakta tanpa memperhatikan propaganda anti-Rusia akan menarik kesimpulan yang sama.
(whb)