Agama Dijadikan Kamuflase Penipuan

Jum'at, 16 Maret 2018 - 08:15 WIB
Agama Dijadikan Kamuflase...
Agama Dijadikan Kamuflase Penipuan
A A A
Faisal Ismail
Guru Besar Pascasarjana FIAI Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta

KASUS penipuan oleh First Tra­vel mulai terkuak pa­da Maret 2017. Ribuan ca­lon jamaah umrah yang men­daf­tar di First Travel gagal berangkat ke Mekkah walaupun su­dah membayar lunas. Mel­i­hat situasi ini, Otoritas Jasa Ke­uang­an menghentikan ­pe­na­war­an paket promosi First Tra­vel karena menawarkan produk tan­pa izin dan berpotensi me­ru­­gikan masyarakat.

Ke­men­te­ri­an Agama memberikan sanksi ad­ministratif dengan men­ca­but izin First Travel sebagai pe­nye­lenggara ibadah umrah. Pa­da 9 Agustus 2017, polisi me­ne­tap­kan dua bos First Travel, yak­ni Andika Surachman (suami) dan Anniesa Hasibuan (istri) se­ba­gai tersangka penipuan dan me­la­nggar UU Informasi dan Tra­n­saksi Elektronik. Polisi ju­ga menetapkan Siti Nuraidah Ha­sibuan (adik Anniesa) yang men­jadi Direktur Keuangan First Travel sebagai tersangka.

Setelah berkas perkaranya leng­­­kap dan dilimpahkan oleh pi­­hak kepolisian ke Pengadilan N­e­­ger­i Depok, kasus penipuan First Tra­vel disidangkan. Wa­lau­­pun ti­dak didampingi peng­­­aca­ra, si­dang pengadilan te­r­us dilanjutkan karena ter­dak­wa me­nya­ta­kan tidak ke­be­­r­atan. Jak­sa Heri Herman da­lam dak­wa­an me­nye­but­kan, kerugian yang dialami oleh 63.310 calon ja­maah um­rah (yang telah mem­bayar l­u­nas de­ngan jadwal ke­ber­ang­kat­an No­vem­ber 2016-2017) se­besar Rp905.333.000.000. An­dika, An­­niesa, dan Nu­r­ai­dah, juga di­dak­­wa telah me­la­ku­kan pe­ni­pu­an, peng­ge­lap­an, dan pen­cu­ci­an uang.

Pertama, mereka didakwa me­­la­kukan penipuan dengan men­­janjikan kepada para calon ja­­m­­­aah umrah akan di­ber­ang­kat­­kan ke Mekkah namun ter­nya­­ta tidak. Perbuatan ter­dak­wa 1 (Andika) dan terdakwa 2 (An­niesa) bersama Siti Nur­a­i­dah di­an­cam pidana Pasal 378 KUHP jo Pa­sal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo Pa­sal 64 ayat 1 KUHP.

Ke­dua, me­re­ka didakwa melakukan peng­ge­lap­an uang para ca­lon jamaah um­rah untuk ke­per­luan pribadi. Per­buatan ter­dak­wa 1 dan 2 ber­sa­ma Siti Nur­ai­dah diancam pi­da­­na Pasal 372 KUHP juncto Pa­sal 55 ayat 1 ke-1 KUHP juncto ­Pa­sal 64 ayat 1 KUHP.

Ketiga, me­re­ka didakwa me­lakukan tindak pi­dana pen­cu­cian uang. Mereka m­e­langgar Pa­sal 3 UU Nomor 8 Ta­h­­un 2010 ten­tang Pen­ce­gah­an dan Pem­be­rantasan Tindak Pi­dana Pen­cu­ci­an Uang juncto Pa­sal 55 ayat 1 ke-1 KUHP juncto Pa­sal 64 ayat 1 KUHP.

Untuk Kepentingan Pribadi

Dari rekening penam­pung­an atas nama First Travel, uang ca­l­on jamaah ditransfer ke be­be­ra­pa rekening pribadi atas n­a­ma Andika, Anniesa, Siti Nur­aidah, Andi Wijaya, dan Usya Soe­harjono. Menurut jaksa, prak­tik itu merupakan pe­nya­mar­an asal usul uang.

Dana ca­lon jamaah sebesar Rp8,6 miliar di­pakai oleh dua bos First Travel un­tuk berfoya-foya wisata ke­li­ling Eropa, Rp2 miliar dig­u­na­kan untuk menyewa stan pa­mer­an “Hello Indonesia” di Tra­fal­gar Square, London, untuk ke­pentingan bisnis Anniesa, Rp10 miliar digunakan untuk mem­beli Golden Day Re­s­tau­rant (milik Love Health) di Lon­don yang kemudian namanya di­ganti menjadi Restoran Nusa Dua, Rp9,035 miliar dibelikan be­berapa mobil mewah, se­ba­gi­an lagi dibelikan rumah dan per­usahaan, serta digunakan oleh An­niesa untuk fashion show di ko­ta metropolitan New York. Me­nurut jaksa, terdakwa An­di­ka menggaji dirinya sendiri Rp1 mi­liar per bulan dan menggaji is­trinya (Anniesa) Rp500 juta per bulan.

Wooow. Sangat fan­tas­tis! Jauh lebih besar dari gaji pre­siden dan menteri.
First Travel pada Agustus 2017 masih menunggak utang ke­­pada sejumlah pihak di Arab Sau­­di, yaitu tiket pesawat Rp80 m­i­­liar, hotel dan konsumsi Rp24 miliar, serta penyedia ja­sa vi­sa Rp9,7 miliar. Penyidik menya­takan terdapat 807 aset dan d­o­kumen yang disita serta di­­­se­rah­kan ke pengadilan di an­­ta­ra­nya tiga buah rumah di Sen­tul City, Pasar Minggu, dan Ci­lan­dak.

Beberapa aset lai­n­nya yang tu­rut dijadikan ba­rang bukti ada­lah kantor First Tra­vel di Ja­kar­ta, butik milik An­niesa, ter­ma­suk beberapa re­kening bank yang jumlahnya se­kitar Rp1,5 mi­liar. Dengan ke­wajiban mengembalikan da­na yang hampir men­capai Rp­1 triliun kepada ca­lon jamaah um­rah yang menjadi kor­ban pe­nipuan, sulit bagi First Tra­vel memenuhi seluruh hak kor­ban. Karena total aset ter­dak­wa yang disita diper­ki­ra­kan ti­dak mencapai separuhnya.

Para calon jamaah umrah ter­giur dengan paket umrah pro­mosi dengan tarif murah yang ditawarkan First Travel. Bia­ya umrah yang biasa ditawarkan travel-travel lain senilai Rp20 juta (bahkan lebih), tetapi First Travel memasang tarif Rp14,3 juta per orang. Pen­daf­tar­an terus dibuka, tetapi tidak ada kepastian kapan mereka di­ber­angkatkan umrah.

Se­men­ta­ra dana yang masuk dari calon ja­maah berjumlah ratusan m­i­liar rupiah digunakan oleh ke­dua bos First Travel untuk k­e­pent­ingan pribadi seperti telah di­sebutkan di atas. Akibatnya, se­banyak 63.310 calon jamaah (de­ngan kerugian sebesar Rp905.333.000.000) tidak diberangkatkan dan menjadi kor­ban penipuan First Travel.

Kasus SBL dan Abu Tour

Kasus mirip First Travel ter­j­a­di pula pada PT Solusi Balad Lu­mam­pah (Bandung). PT SBL te­lah menerima pendaftaran ca­lon ja­maah umrah sebanyak 30.237 orang dan calon jamaah ha­ji plus se­jumlah 117 orang. Ba­nyak ca­lon jamaah umrah ga­g­al di­ber­ang­katkan, di Garut ­sa­ja tercatat 100 orang.

Polisi me­nang­kap pe­mi­lik SBL atas tu­duh­an meng­ge­lap­kan uang ca­lon jamaah se­ba­nyak Rp300 mi­liar. Polisi me­ne­tap­kan dua ter­sangka pemilik SBL ber­ini­sial AJW dan staf per­usa­haan ber­inisial ER.

Sementara itu, Travel Abu Tours gagal member­ang­kat­kan le­­bih kurang 27.000 calon ja­m­a­ah um­rah antara lain di Me­dan dan Ma­kassar. Di Makas­sar, po­li­si me­nyelidiki ka­sus penipuan Abu Tours dan me­nemukan indi­ka­­si da­na ca­lon jamaah umrah se­ba­nyak Rp200 miliar di­in­ves­ta­sikan un­­tuk usaha-usaha lain. Ka­bid Hu­­mas Polda Sulsel Kom­bes Di­cky Sondani mengatakan, se­­kitar 16.000 calon jamaah um­rah yang ter­daftar sejak 2017 di Abu Tours be­lum juga diberangkatkan.

Para agen perjalanan um­rah meng­ambil keuntungan fi­nan­sial dari usaha p­e­nye­leng­ga­ra­an umrah merupakan hal wa­jar. Na­mun, melakukan komersi­a­li­sa­si agama (ibadah um­rah) dan menggunakan aga­­ma (iba­dah umrah) sebagai ke­dok dan ka­muflase pe­ni­pu­an m­e­ru­pa­kan praktik sangat ti­dak wajar, sa­ngat tidak be­r­mo­ral, dan sa­ngat tidak Islami.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1187 seconds (0.1#10.140)