Jokowi Jago PDIP, Siapa Penantangnya?
A
A
A
DENPASAR - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menjadi jagoan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti. Kepastian ini muncul setelah Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri menggunakan hak prerogatifnya untuk menunjuk mantan wali kota Solo tersebut sebagai calon presiden (capres) dalam Rapat Kerja nasional (Rakernas) III PDIP di Bali, Jumat (23/2/2018).
Langkah yang diambil PDIP bisa dibilang sebagai pemukul genderang persaingan menuju Pilpres 2019. Sejauh ini, di luar PDIP, partai yang sudah menggadang kandidat capresnya baru Partai Gerindra, yaitu pendiri sekaligus ketua umumnya Prabowo Subianto. Kendati demikian, sejumlah nama lain sudah muncul dalam bursa kandidat.
Di antara nama-nama kandidat yang sudah muncul, posisi Jokowi masih di atas angin. Fakta ini terlihat dari sejumlah polling yang dilakukan lembaga survei. Pesaing paling kuat masih rival lamanya, yakni Prabowo. Sedangkan nama-nama yang sudah muncul seperti Gatot Nurmantyo, Agus Yudhoyono (AHY), Anies Baswedan, Hary Tanoesoedibjo (HT), elektabilitasnya masih jauh di bawah Jokowi dan Prabowo.
Teranyar, survei yang digelar Alvara Research Center yang dirilis kemarin menemukan, jika pilpres dilaksanakan hari ini Jokowi akan mendapatkan suara terbanyak. Elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu sebesar 46,1%, jauh di atas Prabowo yang mencapai 26,5%. Adapun kandidat alternatif yang muncul adalah AHY yang mempunyai elektabilitas sebesar 2,2%, Gatot Nurmantyo (1,4%), Anies Rasyid Baswedan (1,3%), Hary Tanoesoedibjo (1,0%), Muhaimin Iskandar (1,0%), Ridwan Kamil (1,0%), Jusuf Kalla (0,6%), dan Basuki Tjahaja Purnama (0,6%).
"Mayoritas publik menginginkan Pak Jokowi memimpin kembali, dengan persentase 68,4%, khusus publik yang tinggal di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi," kata Direktur Utama Alvara, Hasanuddin Ali, di Jakarta, Jumat (23/2/2018).
Posisi sama juga muncul dalam survei Median yang dikeluarkan sehari sebelumnya. Survei menyebutkan, jika pilpres digelar hari Jokowi akan mendulang 35,0% suara. Dia mengungguli Prabowo yang mendapat dukungan 21,2% suara. Sementara calon alternatif yang mencuat adalah mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (5,5%), Anies Baswedan (4,5%), dan AHY (3,3%).
Dalam surveinya, Median menemukan temuan menarik, yakni menurunnya tren elektabilitas Jokowi dan Prabowo. Pada survei Oktober 2007 lalu, elektabilitas Jokowi sebesar 36,2%, sedangkan Prabowo 23,2%. Untuk Jokowi, Median menyebut tren penurunan terkait ketidakpuasan masyarakat pada perekonomian. Sebaliknya tren positif dialami Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, dan AHY.
Pada 18 Februari, Poltracking juga merilis hasil survei. Hasilnya mereka juga menempatkan Jokowi pada posisi teratas bersama Prabowo dengan elektabilitas masing-masing sebesar 57,6% dan 33,7%. Poltracking mengingatkan, walau pun mendapat dukungan tertinggi, posisi Jokowi belum aman karena elektabilitasnya masih di bawah 60%. Selain Jokowi dan Prabowo, nama lain yang muncul dalam survei adalah Jusuf Kalla, AHY, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, dan Khofifah Indar Parawansa.
Selain JK, elektabilitas calon alternatif masih di bawah 5%. Walaupun sudah bisa diduga, keputusan Megawati mengumumkan pencalonan Jokowi merupakan kejutan bagi kader partai tersebut. Pasalnya, begitu selesai pidato, Megawati langsung mengucapkan terima kasih dan menyampaikan ucapan salam.
Namun, di belakang ucapan kalimat salam wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh itu lah mengumumkan namanya Jokowi dengan menggunakan hak prerogatifnya. "Dengan ini saya nyatakan calon presiden PDI Perjuangan, Bapak Insinyur Joko Widodo. Metaaaaal, pasti menang totaaal," kata Megawati sambil mengangkat tangan dengan simbol metal, yang kemudian disambut meriah oleh peserta rakernas.
PDIP, sebagaimana keputusan Kongres, memang memberikan mandat kepada ketua umum untuk menentukan capres-cawapres yang diusung serta memberikan keputusan kepada Megawati untuk menentukan momentum tepat dalam mengumumkannya. Ternyata, pada momen rakernas kali inilah Megawati menggunakan hak prerogatifnya itu untuk kembali menunjuk dan mengumumkan pencalonan Jokowi di Pilpres 2019.
Jokowi seusai menghadiri pembukaan Rakernas menyampaikan terima kasihnya kepada Megawati yang kembali memberikan kepercayaan untuk diusung di Pilpres 2019. "Secara pribadi, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan, terlebih dengan tema Rakernas III adalah pola pembangunan berdikari untuk Indonesia Raya. Spirit berdikari inilah yang dipesankan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri, terutama dalam hal pangan, energi, pertahanan dan keuangan," kata Jokowi.
Jokowi mengungkapkan, PDIP di bawah kepemimpinan Megawati merupakan partai yang solid, mengakar, dan sangat kokoh dalam menjaga dan menjalankan ideologi Pancasila. Dan tentunya, kata Jokowi, PDIP kuat karena semangat gotong royong. "Itulah yang membuat saya yakin bahwa pemerintahan ke depan akan lebih stabil, lebih efektif karena dukungan partai-partai yang menyatu dengan dukungan rakyat," ungkapnya.
Namun, siapa kandidat cawapres yang akan mendampingi Jokowi, PDIP belum menentukan. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, kriteria soal calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 akan disampaikan dalam sikap politik partai di saat penutupan rakernas pada Minggu (25/2/2018) besok.
Hasto mengatakan meskipun acara pembukaan dan proses sidang tertutup untuk publik, saat penutupan semuanya akan dibuka. "Terkait capres-cawapres, adalah sebagai satu kesatuan kepemimpinan. Mengenai kriteria atau arah kepemimpinan rakyat akan jadi bagian dari sikap politik itu," kata Hasto, yang didampingi Ketua Steering Commitee Rakernas III PDIP Sukur Nababan dan Ketua Organizing Commitee Rakernas III I Wayan Koster.
Sukur Nababan mengungkapkan, rakernas ini sangat strategis sekali bagi PDIP sebagai ajang konsolidasi internal, termasuk untuk persiapan Pemilu dan Pilpres 2019. Melalui konsolidasi ini, seluruh kader dari DPP hingga anak ranting satu hati, satu pikiran, dan satu langkah menghadapi berbagai tantangan ke depan. "Karena dengan itu rakernas ini sangat strategis, dalam menentukan langkah-langkah strategis, sehingga ini benar-benar menjadi konsumsi internal," ujarnya.
Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai keputusan PDIP menjadi strategi untuk menyolidkan partai dan menjadikan sosok Jokowi sebagai magnet elektoral. Jika terlalu lama PDIP mengumumkan pencalonan Jokowi, justru sosok Jokowi akan dimanfaatkan partai lain yang sudah mendeklarasikannya sebagai capres. "Jadi ini selain menjadikan partai semakin solid, elektabilitas partai akan naik, secara psikologis juga sangat positif dalam menghadapi Pilkada Serentak 2018," katanya.
Selain PDIP, sejumlah parpol juga sudah menyebut akan mengusung Jokowi dalam Pilpres 2019. Parpol dimaksud adalah Partai Golkar, Partai NasDem, dan Partai Hanura.
Tidak Ada yang Istimewa
Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria menilai tidak ada yang istimewa dari pengumuman PDIP yang kembali mencalonkan Presiden Jokowi di Pilpres 2019 sebab Jokowi memang kader PDIP dan tentunya hal wajar ketika dicalonkan kembali di periode keduanya. Apalagi, saat ini partai-partai pengusungnya juga sudah mendeklarasikan untuk kembali mengusung Jokowi pilpres nanti.
"Saya kira tidak ada masalah bagi kami, karena memang faktanya Pak Jokowi akan maju lagi. Silakan itu hak partai, bagian dari demokrasi," kata Riza.
Tanpa adanya pengumuman itu, kata Riza, tentu publik juga sudah memprediksi bahwa PDIP tentu akan kembali mengusung Jokowi, karena PDIP justru tidak mungkin mengusung calon lain di pilpres mengingat Presiden Jokowi adalah kadernya. Bagi Partai Gerindra, lanjut dia, tentu ini semakin memantapkan sikap untuk kembali mencalonkan Prabowo Subianto sebagai penantang Jokowi. Terlebih, dalam berbagai survei menunjukkan hanya sosok Prabowo yang bisa bersaing dengan Jokowi dari sisi elektabilitas maupun popularitas.
"Fakta di lapangan cuma Bapak Prabowo yang bisa menantang, bersaing dan memungkinkan ikut dalam kompetisi dan juga punya peluang yang besar untuk mengalahkan Pak Jokowi cuma Pak Prabowo," ungkapnya.
Senada, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik menilai pencalonan kembali Jokowi oleh PDIP memang tidak mengejutkan. Namun, kata dia, keputusan Megawati tetap perlu dipuji sebab keputusan itu sekaligus bentuk perhatian PDIP untuk regenerasi sosok pemimpin nasional. "Dukungannya pada Jokowi berarti memberi dukungan penuh pada keberlanjutan regenerasi kepemimpinan nasional. Bangsa ini membutuhkan figur-figur yang lebih mewakili kepentingannya pada masa depan daripada mewakili masa lalu," katanya.
Dengan telah diumumkannya pencalonan Jokowi, kata dia, juga akan membuka ruang komunikasi antar parpol dalam rangka membangun kerja sama politik, termasuk Partai Demokrat yang saat ini terus menjalin komunikasi dengan berbagai parpol.
Langkah yang diambil PDIP bisa dibilang sebagai pemukul genderang persaingan menuju Pilpres 2019. Sejauh ini, di luar PDIP, partai yang sudah menggadang kandidat capresnya baru Partai Gerindra, yaitu pendiri sekaligus ketua umumnya Prabowo Subianto. Kendati demikian, sejumlah nama lain sudah muncul dalam bursa kandidat.
Di antara nama-nama kandidat yang sudah muncul, posisi Jokowi masih di atas angin. Fakta ini terlihat dari sejumlah polling yang dilakukan lembaga survei. Pesaing paling kuat masih rival lamanya, yakni Prabowo. Sedangkan nama-nama yang sudah muncul seperti Gatot Nurmantyo, Agus Yudhoyono (AHY), Anies Baswedan, Hary Tanoesoedibjo (HT), elektabilitasnya masih jauh di bawah Jokowi dan Prabowo.
Teranyar, survei yang digelar Alvara Research Center yang dirilis kemarin menemukan, jika pilpres dilaksanakan hari ini Jokowi akan mendapatkan suara terbanyak. Elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu sebesar 46,1%, jauh di atas Prabowo yang mencapai 26,5%. Adapun kandidat alternatif yang muncul adalah AHY yang mempunyai elektabilitas sebesar 2,2%, Gatot Nurmantyo (1,4%), Anies Rasyid Baswedan (1,3%), Hary Tanoesoedibjo (1,0%), Muhaimin Iskandar (1,0%), Ridwan Kamil (1,0%), Jusuf Kalla (0,6%), dan Basuki Tjahaja Purnama (0,6%).
"Mayoritas publik menginginkan Pak Jokowi memimpin kembali, dengan persentase 68,4%, khusus publik yang tinggal di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi," kata Direktur Utama Alvara, Hasanuddin Ali, di Jakarta, Jumat (23/2/2018).
Posisi sama juga muncul dalam survei Median yang dikeluarkan sehari sebelumnya. Survei menyebutkan, jika pilpres digelar hari Jokowi akan mendulang 35,0% suara. Dia mengungguli Prabowo yang mendapat dukungan 21,2% suara. Sementara calon alternatif yang mencuat adalah mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (5,5%), Anies Baswedan (4,5%), dan AHY (3,3%).
Dalam surveinya, Median menemukan temuan menarik, yakni menurunnya tren elektabilitas Jokowi dan Prabowo. Pada survei Oktober 2007 lalu, elektabilitas Jokowi sebesar 36,2%, sedangkan Prabowo 23,2%. Untuk Jokowi, Median menyebut tren penurunan terkait ketidakpuasan masyarakat pada perekonomian. Sebaliknya tren positif dialami Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, dan AHY.
Pada 18 Februari, Poltracking juga merilis hasil survei. Hasilnya mereka juga menempatkan Jokowi pada posisi teratas bersama Prabowo dengan elektabilitas masing-masing sebesar 57,6% dan 33,7%. Poltracking mengingatkan, walau pun mendapat dukungan tertinggi, posisi Jokowi belum aman karena elektabilitasnya masih di bawah 60%. Selain Jokowi dan Prabowo, nama lain yang muncul dalam survei adalah Jusuf Kalla, AHY, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, dan Khofifah Indar Parawansa.
Selain JK, elektabilitas calon alternatif masih di bawah 5%. Walaupun sudah bisa diduga, keputusan Megawati mengumumkan pencalonan Jokowi merupakan kejutan bagi kader partai tersebut. Pasalnya, begitu selesai pidato, Megawati langsung mengucapkan terima kasih dan menyampaikan ucapan salam.
Namun, di belakang ucapan kalimat salam wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh itu lah mengumumkan namanya Jokowi dengan menggunakan hak prerogatifnya. "Dengan ini saya nyatakan calon presiden PDI Perjuangan, Bapak Insinyur Joko Widodo. Metaaaaal, pasti menang totaaal," kata Megawati sambil mengangkat tangan dengan simbol metal, yang kemudian disambut meriah oleh peserta rakernas.
PDIP, sebagaimana keputusan Kongres, memang memberikan mandat kepada ketua umum untuk menentukan capres-cawapres yang diusung serta memberikan keputusan kepada Megawati untuk menentukan momentum tepat dalam mengumumkannya. Ternyata, pada momen rakernas kali inilah Megawati menggunakan hak prerogatifnya itu untuk kembali menunjuk dan mengumumkan pencalonan Jokowi di Pilpres 2019.
Jokowi seusai menghadiri pembukaan Rakernas menyampaikan terima kasihnya kepada Megawati yang kembali memberikan kepercayaan untuk diusung di Pilpres 2019. "Secara pribadi, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan, terlebih dengan tema Rakernas III adalah pola pembangunan berdikari untuk Indonesia Raya. Spirit berdikari inilah yang dipesankan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri, terutama dalam hal pangan, energi, pertahanan dan keuangan," kata Jokowi.
Jokowi mengungkapkan, PDIP di bawah kepemimpinan Megawati merupakan partai yang solid, mengakar, dan sangat kokoh dalam menjaga dan menjalankan ideologi Pancasila. Dan tentunya, kata Jokowi, PDIP kuat karena semangat gotong royong. "Itulah yang membuat saya yakin bahwa pemerintahan ke depan akan lebih stabil, lebih efektif karena dukungan partai-partai yang menyatu dengan dukungan rakyat," ungkapnya.
Namun, siapa kandidat cawapres yang akan mendampingi Jokowi, PDIP belum menentukan. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, kriteria soal calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 akan disampaikan dalam sikap politik partai di saat penutupan rakernas pada Minggu (25/2/2018) besok.
Hasto mengatakan meskipun acara pembukaan dan proses sidang tertutup untuk publik, saat penutupan semuanya akan dibuka. "Terkait capres-cawapres, adalah sebagai satu kesatuan kepemimpinan. Mengenai kriteria atau arah kepemimpinan rakyat akan jadi bagian dari sikap politik itu," kata Hasto, yang didampingi Ketua Steering Commitee Rakernas III PDIP Sukur Nababan dan Ketua Organizing Commitee Rakernas III I Wayan Koster.
Sukur Nababan mengungkapkan, rakernas ini sangat strategis sekali bagi PDIP sebagai ajang konsolidasi internal, termasuk untuk persiapan Pemilu dan Pilpres 2019. Melalui konsolidasi ini, seluruh kader dari DPP hingga anak ranting satu hati, satu pikiran, dan satu langkah menghadapi berbagai tantangan ke depan. "Karena dengan itu rakernas ini sangat strategis, dalam menentukan langkah-langkah strategis, sehingga ini benar-benar menjadi konsumsi internal," ujarnya.
Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai keputusan PDIP menjadi strategi untuk menyolidkan partai dan menjadikan sosok Jokowi sebagai magnet elektoral. Jika terlalu lama PDIP mengumumkan pencalonan Jokowi, justru sosok Jokowi akan dimanfaatkan partai lain yang sudah mendeklarasikannya sebagai capres. "Jadi ini selain menjadikan partai semakin solid, elektabilitas partai akan naik, secara psikologis juga sangat positif dalam menghadapi Pilkada Serentak 2018," katanya.
Selain PDIP, sejumlah parpol juga sudah menyebut akan mengusung Jokowi dalam Pilpres 2019. Parpol dimaksud adalah Partai Golkar, Partai NasDem, dan Partai Hanura.
Tidak Ada yang Istimewa
Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria menilai tidak ada yang istimewa dari pengumuman PDIP yang kembali mencalonkan Presiden Jokowi di Pilpres 2019 sebab Jokowi memang kader PDIP dan tentunya hal wajar ketika dicalonkan kembali di periode keduanya. Apalagi, saat ini partai-partai pengusungnya juga sudah mendeklarasikan untuk kembali mengusung Jokowi pilpres nanti.
"Saya kira tidak ada masalah bagi kami, karena memang faktanya Pak Jokowi akan maju lagi. Silakan itu hak partai, bagian dari demokrasi," kata Riza.
Tanpa adanya pengumuman itu, kata Riza, tentu publik juga sudah memprediksi bahwa PDIP tentu akan kembali mengusung Jokowi, karena PDIP justru tidak mungkin mengusung calon lain di pilpres mengingat Presiden Jokowi adalah kadernya. Bagi Partai Gerindra, lanjut dia, tentu ini semakin memantapkan sikap untuk kembali mencalonkan Prabowo Subianto sebagai penantang Jokowi. Terlebih, dalam berbagai survei menunjukkan hanya sosok Prabowo yang bisa bersaing dengan Jokowi dari sisi elektabilitas maupun popularitas.
"Fakta di lapangan cuma Bapak Prabowo yang bisa menantang, bersaing dan memungkinkan ikut dalam kompetisi dan juga punya peluang yang besar untuk mengalahkan Pak Jokowi cuma Pak Prabowo," ungkapnya.
Senada, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik menilai pencalonan kembali Jokowi oleh PDIP memang tidak mengejutkan. Namun, kata dia, keputusan Megawati tetap perlu dipuji sebab keputusan itu sekaligus bentuk perhatian PDIP untuk regenerasi sosok pemimpin nasional. "Dukungannya pada Jokowi berarti memberi dukungan penuh pada keberlanjutan regenerasi kepemimpinan nasional. Bangsa ini membutuhkan figur-figur yang lebih mewakili kepentingannya pada masa depan daripada mewakili masa lalu," katanya.
Dengan telah diumumkannya pencalonan Jokowi, kata dia, juga akan membuka ruang komunikasi antar parpol dalam rangka membangun kerja sama politik, termasuk Partai Demokrat yang saat ini terus menjalin komunikasi dengan berbagai parpol.
(amm)