Ekonomi Tumbuh Tipis

Selasa, 06 Februari 2018 - 07:30 WIB
Ekonomi Tumbuh Tipis
Ekonomi Tumbuh Tipis
A A A
Optimisme pelaku bisnis menurun. Bukankah pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu tetap bertengger di atas level 5%? Betul. Namun, itu tecermin dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan keempat 2017 sekitar 111,02 atau turun di­ban­dingkan kuartal ketiga 2017 yang tercatat sekitar 112,39. Meski ang­ka ITB mengalami penurunan tipis, Badan Pusat Statistik (BPS) me­lansir bahwa kondisi bisnis secara umum masih tumbuh. Hal itu ter­li­hat dari indikator pendapatan usaha yang meningkat pada in­deks 115,58, disusul peningkatan penggunaan kapasitas produksi dengan indeks 112,74, dan rata-rata jumlah jam kerja pada indeks 104,72.
Bagaimana dengan kondisi bisnis pada kuartal pertama tahun ini? Prediksi BPS optimistis kondisi bisnis tetap bertumbuh, sebaliknya op­ti misme pelaku bisnis akan lebih rendah dibandingkan kuartal ke­em­pat tahun lalu. BPS memperkirakan pencapaian angka ITB hanya pada kisaran 108,60 atau lebih rendah daripada angka ITB pada triwulan ke­em­pat tahun lalu. Dasar lembaga statistik negara itu memprediksi kondisi bisnis tetap tumbuh mengacu pada peningkatan pesanan (order) dari dalam negeri yang tinggi dan peningkatan harga jual. Be­gi­tu pula order barang input dari luar negeri juga meningkat, se­dang­kan order dari luar negeri akan relatif sama dengan kuartal keempat 2017.

Sebelumnya, BPS mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi na­sional sekitar 5,07% sepanjang tahun lalu. Angka pertumbuhan tersebut meleset dari asumsi dasar dalam Anggaran Pendapatan dan Be­lanja Negara (APBN) yang dipatok 5,2%. Walau demikian, pen­ca­pai­an pertumbuhan ekonomi tersebut sedikit lebih tinggi di­ban­dingkan 2016 yang hanya tercatat sekitar 5,02%. Pihak BPS melansir penciptaan sumber utama pertumbuhan berasal dari komponen konsumsi rumah tangga sebesar 2,69%, begitu pula dari sisi pengeluaran sebesar 56,13%. Semua komponen konsumsi rumah tangga tumbuh terutama pada konsumsi kesehatan dan pendidikan.

Sayangnya, pertumbuhan ekonomi nasional yang masih tetap bertengger di atas level 5% belum terbesar secara merata. Per­tum­buhan masih tetap terbesar di Jawa dengan angka sekitar 58,49%. Selanjutnya disusul Sumatera di level 21,66%, lalu Kalimantan sekitar 8,20%, Sulawesi mencatat 6,11%, serta dibuntuti Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua masing-masing 2,43%. Adapun pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita 2017 meningkat menjadi USD3.876,8 atau Rp51,89 juta per orang per tahun.

Dalam empat tahun terakhir, pihak BPS mencatat pertumbuhan ekonomi nasional ternyata belum pernah menyentuh angka yang ditargetkan pemerintah dalam APBN. Pada 2014, pertumbuhan ekonomi dipatok sekitar 5,5%, tetapi realisasinya hanya sekitar 5,02%. Setahun kemudian atau 2015, malah pertumbuhan jeblok di bawah 5% tepatnya sekitar 4,88% dari target 5,7%. Selanjutnya, pada 2016 target pertumbuhan ekonomi dipasang pada angka 5,1% tetapi realisasinya hanya bertengger di level 5,02%, dan tahun lalu sedikit membaik menembus 5,07%, namun lagi-lagi di bawah target yang dipatok pada level 5,2%. Angka tersebut juga meleset dari prediksi Bank Indonesia (BI) sekitar 5,1% setelah dikoreksi beberapa kali.

Walau pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu meleset dari tar­get disepakati dalam APBN, Menteri Koordinator (Menko) Pereko­no­mian Darmin Nasution tetap bersyukur karena pertumbuhan masih lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Melihat kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang positif itu, Darmin optimistis per­tum­buhan ekonomi nasional pada tahun ini akan lebih baik lagi. Terdapat sejumlah kegiatan yang diyakini dapat memutar pertumbuhan eko­no­mi lebih cepat, di antaranya aktivitas pilkada serentak dan Asian Games.

Pemerintah boleh bersyukur atas pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional yang masih berada di level 5% lebih sedikit. Namun bila melihat sejumlah indikator pendorong pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu, rasanya realisasi pertumbuhan bisa jauh di atas target yang dipatok dalam APBN. Dampak langsung dari pertumbuhan ekonomi di bawah target dirasakan investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada penutupan perdagangan kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir di zona merah atau turun 39,145 poin ke level 6.589.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7521 seconds (0.1#10.140)