Seni dan Literasi Memberantas Korupsi
A
A
A
JAKARTA - Seni dan literasi adalah dua bagian yang terpisah. Tapi hakikatnya, seni dan literasi adalah satu yang terhubung. Dalam banyak peristiwa dan keadaan, melalui seni dan literasi kita dapat melihat dunia lebih luas. Kita pun dapat memahami kehidupan dan manusia.
Pada keduanya pula sebuah ajaran, keyakinan, nilai, ideologi, semangat, kritik, hingga optimisme mampu digelorakan dan disebarluaskan. Termasuk di dalamnya, upaya, langkah, dan ikhtiar dalam melakukan pemberantasan korupsi.
Dari seni dan literasi, tak hanya kata yang terucap tapi juga gerak yang terlihat dan perbuatan yang tercatat dalam tinta sejarah. Setiap dari kita tentu dapat mengambil peran sesuai dengan posisi masing-masing dalam membumikan seni dan literasi untuk memberantas korupsi.
Hal tersebut terlihat jelas dalam dua acara berbeda, yakni Seni Melawan Korupsi dan Temu Pendidik Antikorupsi: Taman Literasi (Tali) Integritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa 12 Desember 2017.
Dua acara tersebut adalah bagian dari rangkaian peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2017 dan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 2017 yang berlangsung Senin hingga Selasa hari ini.
Nilai-nilai antikorupsi dan integritas memang membutuhkan sarana yang tepat sasaran dan mudah diterima masyarakat. Pesan antikorupsi, dengan meminjam dari ilmu komunikasi memerlukan channel yang bisa benar-benar menghasilkan efek dan hasil positif dari pesan yang diterima komunikan (masyarakat).
Pada seni dan literasi nilai-nilai antikorupsi dan integritas dapat disemai, ditumbuhkembangkan, diperjuangkan, dan disebarluaskan di bumi Indonesia sampai kapan pun. Langkah ini tentu saja bagian dari pencegahan dan perlawanan terhadap korupsi yang demikian akut di negeri ini.
Jika pada generasi lalu dan sekarang tak mampu, maka pada generasi akan datang kita menaruh harapan dan masa depan Indonesia bebas dari korupsi.
Jurnalis senior dan presenter Najwa Shihab mengungkapkan, seni memberantas korupsi yang paling penting bagi generasi sekarang dan generasi akan datang adalah seni yang bisa menggerakkan untuk banyak terlibat dan turun tangan.
Jadi seni yang bisa menyodorkan perasaan dan nuansa yang sama sehingga bisa membuat orang-orang mengambil peran dalam penindakan dan pencegahan korupsi.
Duta Baca Indonesia ini melanjutkan, berikutnya orang-orang bukan hanya merasa bahwa pemberantasan korupsi sebagai tugas KPK maupun aparat penegak hukum lain tapi tugas semua elemen dan komponen bangsa.
Tujuannya demi masa depan Indonesia dan generasi yang lebih baik. Dalam konteks luas, tutur Najwa, seni itu bukan sekadar seni berkesenian. "Seni yang bisa membuat orang terlibat (memberantas korupsi-red). Seni itu cara, bagaimana cara, bagaimana pendekatan, bagaimana langkah melawan korupsi. Seni juga cara untuk mencapai sesuatu," tegas Najwa.
Acara bertajuk Seni Memberantas Korupsi menghadirkan Ketua KPK Agus Rahardjo, seniman dan aktor Slamet Rahardjo, penyair dan sastrawan Taufik Ismail, mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah sekaligus anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) Ahmad Syafii Maarif, dan jurnalis senior Najwa Shihab.
Dalam ruangan berbeda acara Temu Pendidik Antikorupsi: Taman Literasi (Tali) Integritas mengangkat tema diskusi Praktik Pendidikan Antikorupsi Berbasis Literasi juga berjalan syahdu.
Acara itu dihadiri Wakil Ketua KPK Thony Saut Situmorang, pegiat literasi dan seniman Maman Suherman, Septi Peni Wulandhani (lnstitut Ibu Profesional), Shinta Ratnasari (SD Gagas Ceria Bandung), dan M Sahlan Komunitas (Obat Manjur Makassar).
Kesempatan ini juga disertai peluncuran buku berjudul Menyemai Benih Integritas dan program Tali Integritas oleh Thony Saut Situmorang dan Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK Sujanarko.
Saut juga mengukuhkan "Panglima Integritas" dari 40 taman baca masyarakat (TBM) dan komunitas literasi seluruh Indonesia.
Sementara itu, pegiat literasi Maman Suherman menuturkan, pemberian dan pengayaan literasi antikorupsi bagi pegiat literasi dan TBM di seluruh Indonesia merupakan hal sangat penting. Para pegiat diharapkan mampu memahami berbagai delik dan jenis tindak pidana korupsi (tipikor) sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Pemberantasan Tipikor.
Kemudian, Maman menegaskan para pengiat juga membuat pengayaan dengan membuat tindakan pencegahan agar korupsi tidak terulang. Terutama nantinya akan disebarluaskan kepada seluruh anak Indonesia, khususnya yang berusia dini.
Dia mengatakan, tugas pemberantasan korupsi khususnya pencegahan bukan tugas KPK semata. Para pegiat literasi dan TBM bagi Maman, juga harus kritis melihat keadaan sekitar, kebijakan, peraturan, hingga pelayanan publik. Termasuk bagaimana efek dan akibat korupsi bagi masa depan generasi Indonesia. Karena itu para pegiat harus menekankan 4 E, to educate (mendidik), to empower (memberdayakan), to enrich (memperkaya), dan to enlighten (mencerahkan).
Dengan semua langkah tersebut harapannya di masa depan Indonesia bebas dari korupsi."Pendidikan (termasuk literasi-red) harus dilakukan sejak usia dini. Untuk menciptakan generasi-generasi jujur dan berintegritas. Jadi jangan hanya bicara generasi emas 2045 yang jadi bonus demografi dan memberikan penghasilan, tapi kejujuran dan integritasnya juga harus dilatih sejak dini," ucap Maman.
Pada keduanya pula sebuah ajaran, keyakinan, nilai, ideologi, semangat, kritik, hingga optimisme mampu digelorakan dan disebarluaskan. Termasuk di dalamnya, upaya, langkah, dan ikhtiar dalam melakukan pemberantasan korupsi.
Dari seni dan literasi, tak hanya kata yang terucap tapi juga gerak yang terlihat dan perbuatan yang tercatat dalam tinta sejarah. Setiap dari kita tentu dapat mengambil peran sesuai dengan posisi masing-masing dalam membumikan seni dan literasi untuk memberantas korupsi.
Hal tersebut terlihat jelas dalam dua acara berbeda, yakni Seni Melawan Korupsi dan Temu Pendidik Antikorupsi: Taman Literasi (Tali) Integritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa 12 Desember 2017.
Dua acara tersebut adalah bagian dari rangkaian peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2017 dan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 2017 yang berlangsung Senin hingga Selasa hari ini.
Nilai-nilai antikorupsi dan integritas memang membutuhkan sarana yang tepat sasaran dan mudah diterima masyarakat. Pesan antikorupsi, dengan meminjam dari ilmu komunikasi memerlukan channel yang bisa benar-benar menghasilkan efek dan hasil positif dari pesan yang diterima komunikan (masyarakat).
Pada seni dan literasi nilai-nilai antikorupsi dan integritas dapat disemai, ditumbuhkembangkan, diperjuangkan, dan disebarluaskan di bumi Indonesia sampai kapan pun. Langkah ini tentu saja bagian dari pencegahan dan perlawanan terhadap korupsi yang demikian akut di negeri ini.
Jika pada generasi lalu dan sekarang tak mampu, maka pada generasi akan datang kita menaruh harapan dan masa depan Indonesia bebas dari korupsi.
Jurnalis senior dan presenter Najwa Shihab mengungkapkan, seni memberantas korupsi yang paling penting bagi generasi sekarang dan generasi akan datang adalah seni yang bisa menggerakkan untuk banyak terlibat dan turun tangan.
Jadi seni yang bisa menyodorkan perasaan dan nuansa yang sama sehingga bisa membuat orang-orang mengambil peran dalam penindakan dan pencegahan korupsi.
Duta Baca Indonesia ini melanjutkan, berikutnya orang-orang bukan hanya merasa bahwa pemberantasan korupsi sebagai tugas KPK maupun aparat penegak hukum lain tapi tugas semua elemen dan komponen bangsa.
Tujuannya demi masa depan Indonesia dan generasi yang lebih baik. Dalam konteks luas, tutur Najwa, seni itu bukan sekadar seni berkesenian. "Seni yang bisa membuat orang terlibat (memberantas korupsi-red). Seni itu cara, bagaimana cara, bagaimana pendekatan, bagaimana langkah melawan korupsi. Seni juga cara untuk mencapai sesuatu," tegas Najwa.
Acara bertajuk Seni Memberantas Korupsi menghadirkan Ketua KPK Agus Rahardjo, seniman dan aktor Slamet Rahardjo, penyair dan sastrawan Taufik Ismail, mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah sekaligus anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) Ahmad Syafii Maarif, dan jurnalis senior Najwa Shihab.
Dalam ruangan berbeda acara Temu Pendidik Antikorupsi: Taman Literasi (Tali) Integritas mengangkat tema diskusi Praktik Pendidikan Antikorupsi Berbasis Literasi juga berjalan syahdu.
Acara itu dihadiri Wakil Ketua KPK Thony Saut Situmorang, pegiat literasi dan seniman Maman Suherman, Septi Peni Wulandhani (lnstitut Ibu Profesional), Shinta Ratnasari (SD Gagas Ceria Bandung), dan M Sahlan Komunitas (Obat Manjur Makassar).
Kesempatan ini juga disertai peluncuran buku berjudul Menyemai Benih Integritas dan program Tali Integritas oleh Thony Saut Situmorang dan Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK Sujanarko.
Saut juga mengukuhkan "Panglima Integritas" dari 40 taman baca masyarakat (TBM) dan komunitas literasi seluruh Indonesia.
Sementara itu, pegiat literasi Maman Suherman menuturkan, pemberian dan pengayaan literasi antikorupsi bagi pegiat literasi dan TBM di seluruh Indonesia merupakan hal sangat penting. Para pegiat diharapkan mampu memahami berbagai delik dan jenis tindak pidana korupsi (tipikor) sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Pemberantasan Tipikor.
Kemudian, Maman menegaskan para pengiat juga membuat pengayaan dengan membuat tindakan pencegahan agar korupsi tidak terulang. Terutama nantinya akan disebarluaskan kepada seluruh anak Indonesia, khususnya yang berusia dini.
Dia mengatakan, tugas pemberantasan korupsi khususnya pencegahan bukan tugas KPK semata. Para pegiat literasi dan TBM bagi Maman, juga harus kritis melihat keadaan sekitar, kebijakan, peraturan, hingga pelayanan publik. Termasuk bagaimana efek dan akibat korupsi bagi masa depan generasi Indonesia. Karena itu para pegiat harus menekankan 4 E, to educate (mendidik), to empower (memberdayakan), to enrich (memperkaya), dan to enlighten (mencerahkan).
Dengan semua langkah tersebut harapannya di masa depan Indonesia bebas dari korupsi."Pendidikan (termasuk literasi-red) harus dilakukan sejak usia dini. Untuk menciptakan generasi-generasi jujur dan berintegritas. Jadi jangan hanya bicara generasi emas 2045 yang jadi bonus demografi dan memberikan penghasilan, tapi kejujuran dan integritasnya juga harus dilatih sejak dini," ucap Maman.
(dam)