Setiap Masa Ada Pemimpinnya

Rabu, 29 November 2017 - 07:30 WIB
Setiap Masa Ada Pemimpinnya
Setiap Masa Ada Pemimpinnya
A A A
Banyak yang menyebutkan pemimpin berbeda dengan bos ataupun manajer. Pemimpin tidak sekadar memerintah, tetapi juga bisa memberi contoh, memberi motivasi, dan memberikan dorongan. Berbeda dengan bos yang sekadar memerintah tanpa tahu kesulitan dan kemudahan suatu yang hal diperintah. Dalam sebuah ilustrasi, seorang pemimpin ikut menarik beban, sedangkan bos justru menaiki beban dan memerintah maju. Pemimpin juga dianggap sebagai pendobrak atau lebih sering menabrak pakem atau kenyamanan sebuah sistem, sedangkan manajer sekadar menjalankan aktivitas untuk menjaga sistem itu berjalan sesuai arahnya. Perdebatan tentang seseorang disebut pemimpin, bos, atau sekadar manajer memang terus terjadi. Dan, banyak individu berani mengklaim dirinya seorang pemimpin dibandingkan seorang bos.

Indonesia dengan problematikanya tentu membutuhkan seorang pemimpin, bukan bos. Seseorang yang bisa memberi contoh, bisa memberi motivasi, dan ikut mendorong sebuah perubahan. Seseorang mampu mendobrak pakem dan kenyamanan agar menjadi lebih baik. Tidak perlu membangun sense of urgency dalam memimpin Indonesia atau wilayah-wilayah di Indonesia. Sense of urgency telah jelas di depan mata yaitu memberikan kesejahteraan lahir-batin kepada rakyatnya. Rakyat Indonesia sangat berhak mendapat kesejahteraan lahir-batin karena memang memiliki sumber daya (modal) yang memadai. Dalam mengelola modal ini, tentu dibutuhkan pemimpin seperti dicirikan di atas. Selama ini modal yang telah ada sejak dulu, justru hanya untuk kesejahteraan segelintir orang atau kelompok bahkan negara lain.

Dalam membangun bangsa ini atau dalam mendobrak kenyamanan pada sistem negara ini, tentu dibutuhkan tujuan yang jelas atau banyak pihak menyebutnya dengan visi. Seorang pemimpin harus mempunyai target atau bahkan mimpi untuk menjadikan rakyatnya menjadi sejahtera. Tentu visi yang telah dibuat harus selaras dengan persoalan bangsa ini, karena jika tidak maka visi itu hanya bualan belaka. Dengan visi, pemimpin harus bisa memberi contoh, motivasi, dan daya dorong ke arah tujuan tersebut. Jika tidak, yang terjadi hanyalah harapan. Ya, visi tanpa misi (eksekusi) tentu hanya harapan tanpa menjadi kenyataan. Visi dan misi adalah hal yang tidak bisa dilepaskan. Visi tanpa misi adalah harapan. Misi tanpa visi hanya berkarya dengan membabi buta.

Baik visi maupun misi tentu harus bisa disampaikan atau dikomunikasikan kepada semua pihak terutama kepada stakeholder. Cara mengomunikasikan visi dan misi pun akan menjadi hal yang krusial dalam menjalankan sebuah perubahan. Salah pesan atau salah menyampaikan pesan bisa membuat visi dan misi yang telah terbentuk akan menjadi misleading. Akibatnya, arah dari visi menjadi melenceng atau bahkan justru berbalik arah. Demikian pula dengan misi, tanpa komunikasi yang baik akan membuat kerja dan karya tidak efektif dan justru merugikan kita semua. Hambatan menyampaikan visi dan misi bukan hanya berasal dari "lawan" perubahan itu sendiri, melainkan dari "kawan" perubahan itu sendiri. Meskipun sama-sama menginginkan perubahan, caranya bisa berbeda. Maka pentingnya kompromi dan dialog dalam mengomunikasikan visi dan misi sangat penting.

Hal lain yang juga tidak bisa dianggap sepele adalah bagaimana menjadikan perubahan yang terjadi itu menjadi sebuah budaya. Kenapa perubahan itu harus terus dilakukan? Karena memang zaman terus berkembang dengan beberapa faktor baik alam maupun teknologi. Dalam hal ini bukan membudayakan kenyamanan dari hasil perubahan, namun sekali lagi membudayakan perubahan atau membudayakan proses untuk mencapai kenyamanan tersebut. Pemimpin yang telah membudayakan perubahan maka bisa disebut pemimpin visioner.

Dan, setiap perubahan sosial yang terjadi biasanya akan diikuti dengan visi dan misi yang baru. Ini akhirnya akan menjadi sebuah circle yang terus berulang. Pemimpin harus peka dengan perubahan sosial. Maka tak salah jika ada sebuah ungkapan "setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada masanya". Bisa jadi pemimpin hebat masa lalu belum tentu akan hebat jika memimpin saat ini, begitu juga sebaliknya. Maka pemimpin visioner harus paham dengan perubahan sosial, karena setiap masa ada pemimpinnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5968 seconds (0.1#10.140)