Family Day Celebration Gelar Lomba Bakiak di Doha
A
A
A
DOHA - Komunitas Diaspora mempromosikan lomba bakiak pada acara tahunan Family Day Celebration yang dilaksanakan di salah satu sekolah elite di Doha, Qatar, Pearling Season International School in Doha (PSISD) pada 9 November 2017.
Ratusan pengunjung yang terdiri dari siswa-siswi dan orang tua murid yang berasal lebih dari 50 negara-negara di dunia menghadiri acara Family Day ini. Berbagai perlombaan dari manca negara dipamerkan dan dilombakan guna memeriahkan acara ini.
Festival tahunan ini merupakan bagian dari kegiatan sekolah guna mengenalkan sosial budaya internasional agar siswa memahami keberagaman dan budaya dunia lainnya.
Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi mendukung upaya promosi olahraga tradisional khususnya lomba bakiak guna mempromosikan budaya. Menurutnya ini salah satu bentuk diplomasi sosial budaya yang dilakukan para ibu Dharma Wanita Persatuan KBRI Doha dengan komunitas diaspora Indonesia di Qatar yang diperkirakan berjumlah sekitar 40 ribu WNI.
Para siswa bersorak riuh dan semangat merayakan acara Family Day. Mereka tampak bahagia dan antusias mengikuti berbagai permainan dan perlombaan. Namun ada satu permainan yang menurut mereka unik dan umumnya tertawa cekikikan ketika berlomba.
Perlombaan ini adalah permainan tradisional Indonesia yang biasa dikenal dengan bakiak. Bakiak atau teklek atau terompah khusus digunakan untuk 3-4 orang memiliki panjang sekitar 1,50 meter dan lebarnya sekitar 15 cm. Menurut Anti, salah satu koordinator lomba bakiak mengatakan bahwa lomba ini sangat diminati para siswa karena dianggap menarik dan unik. Bahkan, para ibupun turut berpartisipasi mencoba permainan tradisional ini.
Ayu, orang tua murid asal Indonesia mengatakan, sengaja memperkenalkan perlombaan permainan bakiak dalam acara Family Day. "Kami ingin mempromosikan budaya Indonesia pada masyarakat internasional," ujarnya.
Menurutnya, perlombaan ini tak hanya sebatas lomba biasa. Meski sederhana namun permainan ini mengandung makna dan filosofis tersendiri. "Dalam lomba bakiak dibutuhkan kerja sama beberapa orang dalam satu bakiak panjang. Mereka diharuskan berjalan bersama mencapai garis finish ini."
"To win this game, you need to walk together with speed as well as the same steps," sambung Ayu kepada para siswa.
Dipilihnya permainan ini karena dianggap baik bagi perkembangan jiwa siswa. Menurut salah satu orang tua murid yang juga koordinator acara, Lia asal Indonesia, kekompakan jadi faktor utama agar tim bakiak bisa menang. Selain itu, para siswa juga harus memiliki visi dan langkah yang harmonis.
"Menjadi juara bukalah hal yang utama, namun lewat permainan ini siswa bisa belajar kerja sama dan menumbuhkan jiwa sosial antara siswa satu dan yang lainnya," ujarnya.
"To win this game, you have to walk together with the same speeds and steps. How to do... it is up to you," cetus Lia.
Salah seorang siswa, Syafia asal Tanzania tampak berupaya keras memadukan langkah bakiak bersama dua orang temannya. Dengan aba-aba, mereka bertiga berusaha keras mencapai garis finish. "It is very entertaining and funny," ujar Syafia siswa kelas 9 ini.
Menurut Lalla Safira Nur Casa, siswi asal Indonesia, meski awalnya mengalami kesulitan namun setelah bisa rasanya asyik dan seru main bakiak. sementara, Soraya Alyahya, salah satu tokoh diaspora di Doha, berharap dapat terus mempromosikan Indonesia.
"Kita berharap permainan menjadi salah satu acara perlombaan di sekolah Internasional lainnya di Qatar," urai dokter gigi yang sudah tiga tahun di Qatar. Selain perlombaan bakian, para diaspora juga memperkenalkan permaianan memasukan pensil yang diikat benang dibelakang celana dan dimasukan ke dalam botol.
Menurut Minister Counsellor KBRI Doha Boy Dharmawan, permainan bakiak ini juga kerap diperlombakan khususnya pada peringatan ASEAN seperti ASEAN Family Day dan kegiatan olahraga lainnya yang dilaksanakan ASEAN di Qatar. Dipilihnya permainan ini selain menghibur juga memperkuat jejaring serta komunikasi antara komunitas diaspora Asia Tenggara khususnya keluarga besar Perwakilan ASEAN di Qatar.
Ratusan pengunjung yang terdiri dari siswa-siswi dan orang tua murid yang berasal lebih dari 50 negara-negara di dunia menghadiri acara Family Day ini. Berbagai perlombaan dari manca negara dipamerkan dan dilombakan guna memeriahkan acara ini.
Festival tahunan ini merupakan bagian dari kegiatan sekolah guna mengenalkan sosial budaya internasional agar siswa memahami keberagaman dan budaya dunia lainnya.
Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi mendukung upaya promosi olahraga tradisional khususnya lomba bakiak guna mempromosikan budaya. Menurutnya ini salah satu bentuk diplomasi sosial budaya yang dilakukan para ibu Dharma Wanita Persatuan KBRI Doha dengan komunitas diaspora Indonesia di Qatar yang diperkirakan berjumlah sekitar 40 ribu WNI.
Para siswa bersorak riuh dan semangat merayakan acara Family Day. Mereka tampak bahagia dan antusias mengikuti berbagai permainan dan perlombaan. Namun ada satu permainan yang menurut mereka unik dan umumnya tertawa cekikikan ketika berlomba.
Perlombaan ini adalah permainan tradisional Indonesia yang biasa dikenal dengan bakiak. Bakiak atau teklek atau terompah khusus digunakan untuk 3-4 orang memiliki panjang sekitar 1,50 meter dan lebarnya sekitar 15 cm. Menurut Anti, salah satu koordinator lomba bakiak mengatakan bahwa lomba ini sangat diminati para siswa karena dianggap menarik dan unik. Bahkan, para ibupun turut berpartisipasi mencoba permainan tradisional ini.
Ayu, orang tua murid asal Indonesia mengatakan, sengaja memperkenalkan perlombaan permainan bakiak dalam acara Family Day. "Kami ingin mempromosikan budaya Indonesia pada masyarakat internasional," ujarnya.
Menurutnya, perlombaan ini tak hanya sebatas lomba biasa. Meski sederhana namun permainan ini mengandung makna dan filosofis tersendiri. "Dalam lomba bakiak dibutuhkan kerja sama beberapa orang dalam satu bakiak panjang. Mereka diharuskan berjalan bersama mencapai garis finish ini."
"To win this game, you need to walk together with speed as well as the same steps," sambung Ayu kepada para siswa.
Dipilihnya permainan ini karena dianggap baik bagi perkembangan jiwa siswa. Menurut salah satu orang tua murid yang juga koordinator acara, Lia asal Indonesia, kekompakan jadi faktor utama agar tim bakiak bisa menang. Selain itu, para siswa juga harus memiliki visi dan langkah yang harmonis.
"Menjadi juara bukalah hal yang utama, namun lewat permainan ini siswa bisa belajar kerja sama dan menumbuhkan jiwa sosial antara siswa satu dan yang lainnya," ujarnya.
"To win this game, you have to walk together with the same speeds and steps. How to do... it is up to you," cetus Lia.
Salah seorang siswa, Syafia asal Tanzania tampak berupaya keras memadukan langkah bakiak bersama dua orang temannya. Dengan aba-aba, mereka bertiga berusaha keras mencapai garis finish. "It is very entertaining and funny," ujar Syafia siswa kelas 9 ini.
Menurut Lalla Safira Nur Casa, siswi asal Indonesia, meski awalnya mengalami kesulitan namun setelah bisa rasanya asyik dan seru main bakiak. sementara, Soraya Alyahya, salah satu tokoh diaspora di Doha, berharap dapat terus mempromosikan Indonesia.
"Kita berharap permainan menjadi salah satu acara perlombaan di sekolah Internasional lainnya di Qatar," urai dokter gigi yang sudah tiga tahun di Qatar. Selain perlombaan bakian, para diaspora juga memperkenalkan permaianan memasukan pensil yang diikat benang dibelakang celana dan dimasukan ke dalam botol.
Menurut Minister Counsellor KBRI Doha Boy Dharmawan, permainan bakiak ini juga kerap diperlombakan khususnya pada peringatan ASEAN seperti ASEAN Family Day dan kegiatan olahraga lainnya yang dilaksanakan ASEAN di Qatar. Dipilihnya permainan ini selain menghibur juga memperkuat jejaring serta komunikasi antara komunitas diaspora Asia Tenggara khususnya keluarga besar Perwakilan ASEAN di Qatar.
(kri)