Pemuda Membangun Wacana Youth Government
A
A
A
R Saddam Al-Jihad Mahasiswa Doktoral IPDN, Wasekjen PB HMI
SEJAK berdiri organisasi Budi Utomo pada 1908 para pemuda-pemudi Indonesia telah bersepakat untuk mendukung gerakan pendidikan bagi kaum pribumi. Pada waktu itu Indonesia memang mengalami suatu tekanan hebat yang dilakukan oleh kelompok asing karena ada marginalisasi kelas pendidikan bagi kaum yang pas-pasan.
Berkat soliditas, militansi, dan semangat juang para pemuda membangun pendidikan, akhirnya para penjajah mulai pelan-pelan meninggalkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam konteks ini, yang perlu dipahami adalah pergerakan Budi Utomo cenderung bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan, tidak bersifat politik.
Fase berikutnya terjadinya suatu pertemuan nasional pemuda dari Sabang hingga Merauke melakukan deklarasi pada 28 Oktober 1928, yang dikenal dengan Hari Sumpah Pemuda. Jong Java, Jong Clebes, Jong Sumatera, Jong Ambon, dan lainnya ternyata memiliki tekad dalam bekerja sama, yaitu bekerja sama menjaga keindonesiaan.
Saat itu Sumpah Pemuda yang lahir dari Kongres Pemuda II pada dasarnya pun terdapat fase-fase di antaranya lahirnya organisasi kedaerahan, organisasi nasional, hingga bersifat keagamaan. Internalisasi keindonesiaan tumbuh berkembang. Diawali dengan organisasi Tri Koro Darmo misalnya yang diketuai Dr Satiman Wirjosandjoyo, sebagai perwakilan Jong Java. Setelahnya mengikut perwakilan Jong Sumatera, Jong Clebes, Jong Sumatera, dan lainnya.
Internalisasi kebangsaan diwujudkan dari semangat kedaerahan yang memperkuat sikap mental keindonesiaan. Sumpah Pemuda adalah sebuah kemufakatan bersama yang diinisiasi oleh para pemuda dengan visi menjaga keindonesiaan dan kebangsaan. Dengan begitu, gagasan Youth Civil Society hadir dengan diwujudkan melalui kerja bersama pemuda demi memperkuat nilai kebangsaan.
Rasanya dalam konsepsi Trias Politika gaya baru yang lebih mengedepankan sinergisasi antara state/government, civil society, dan private sector/ corporate akan menjadi bahasan menarik sebagai sudut pandang memperkuat pemuda. Sebelumnya saat Kongres Pemuda dan ada organisasi kepemudaan dengan semangat menjaga keindonesiaan adalah wujud nyata kekuatan youth civil society pada masa itu.
Dengan begitu, bila ditinjau dari aspek sejarah dengan realitas kekinian, masa depan bangsa ini sesungguhnya ada di pundak pemuda. Hingga pada akhirnya kemerdekaan hadir karena ada dobrakan sejarah dari para pemuda yang berhasil menculik Soekarno untuk kemudian gagasan 1928 tidak terhenti begitu saja.
Semangat kepemudaan pun ditularkan para pemersatu bangsa 1928, yaitu pemuda kepada para founding fathers. Semangat youth government lahir dalam teks proklamasi yang dibacakan Bung Karno. Inisiasi sebuah gagasan youth government sudah dilakukan oleh pemuda sejak mempersatukan makna kebangsaan dan keindonesiaan, 1928 dan 1945.
Kini hampir 89 tahun setelah sumpah tersebut diikrarkan, anak cucu bangsa ini tidak boleh lupa bahwa potensi pemuda dalam konteks pembangunan selalu hidup mewarnai sejarah panjang Indonesia. Dalam rangka menakar kekuatan pemuda, kita perlu memastikan keberlangsungan hidupnya dengan menanamkan cita-cita sosial, menguatkan cara berpikirnya, serta memproduksi gagasan-gagasan terbaik pembangunan yang multiperspektif.
Untuk itu, gerakan pemuda membangun bukan lagi wacana baru dalam era milenial, namun ia akan terus hidup selama kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan pengangguran masih berlanjut. Percaya atau tidak, pemuda adalah satu-satunya solusi jitu dalam mewujudkan harapan masyarakat Indonesia.
Muncullah hari ini dengan gaya modernisme, pemuda lahir dengan gaya baru yang diperkuat dengan kekuatan digital dan disebut semangat generasi milenial. Generasi milenial perlu beradaptasi dengan sejarah bahwa primordialisme dan tradisionalisme dapat memperkuat entitas nasionalisme.
Adaptasi sejarah adalah sebuah cara memahami Indonesia secara sederhana. Dahulu sudah dilakukan oleh para pemuda dengan inisiasi kelompok yang berkecenderungan pada ekonomi, sosial, dan budaya, yaitu Budi Utomo. Setelahnya pemuda bergerak dengan gebrakan politik kenegaraan, yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dengan gaya zaman now, pemuda mereproduksi gagasan bahwa gerakan politik dapat terkonsolidasi secara masif melalui entrepreneur, start-up business, dan social entrepreneurship. Wujud akhir dari gerakan politik zaman now adalah pemerintahan pemuda (youth government).
Youth Government
Wacana pemerintahan pemuda dalam dunia pemerintahan bukanlah sesuatu yang baru. Jika diterjemahkan ulang, youth government memiliki arti yang cukup luas, yakni pemuda desa, kecamatan, kabupaten, kota, hingga provinsi yang memiliki kompetensi, integritas, dan kapabilitas yang tidak diragukan. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi pemuda sangat dibutuhkan dalam mendukung pembangunan nasional yang dicita-citakan.
Gerakan youth government dimulai dari merebaknya start-up business dari kreativitas pemuda, gerakan sosial secara digital yang masif, dan membangun kesadaran politik dari pemilih pemula, relawan muda, hingga partai politik. Jangan juga dilupakan, para pemuda yang menjadi pendamping desa hari ini. Secara masif ketika gerakan sosial, ekonomi, dan kebudayaan lahir, kekuatan politik akan muncul dan pada akhirnya pemerintahan pemuda pun kembali lahir.
Sumpah Pemuda 2017 adalah momentum bersama mewujudkan kembali wacana pemerintahan pemuda (youth government). Alasannya sederhana, pemuda harus mempersiapkan mental keilmuan, kemandirian, dan independensi dalam menghadapi bonus demografi 2020-2030.
Implikasi dari bonus demografi adalah youth government dan gagasan ini sebuah keniscayaan.
Membangun mental pemuda untuk terlibat aktif dalam proses politik kenegaraan memang membutuhkan usaha yang ekstra. Satu di antara solusi yang patut dilakukan adalah menjunjung tinggi asas profesionalitas yang mumpuni dalam segala bidang.
Hal ini penting untuk direalisasikan karena dalam aspek tata kelola pemerintahan kunci utamanya adalah mewujudkan good governance pada konteks keprofesian. Kedua ialah asas proporsionalitas, yang artinya menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban negara secara fungsional yang terdistribusi melalui suatu paket kebijakan dan struktur kerja berkeadilan.
Perlu diketahui, dalam era modern ini, dunia pemerintahan kerap dibayangi oleh ketidakprofesionalan. Penyebabnya adalah dominannya kelompok politik dan minimnya keprofesian. Era milenial adalah momentum mengembalikan kejayaan pemuda melalui kreativitas dan intelektualisme, dengan cara start-up business sebagai sarana konglomerasi sosial demi menjaga kemandirian ekonomi pemuda agar tidak terintervensi oleh pragmatisme politik.
Adapun yang ketiga ialah pembangunan berkelanjutan. Artinya, setiap era kepemimpinan pemerintahan saat ini memiliki masa atau periodesasi baik secara struktural atau program kerja yang belum sempat terealisasi. Ini menjadi penting untuk pemuda meneruskan agenda-agenda pembangunan yang belum tuntas agar terus disempurnakan, demi terjadi keselarasan pembangunan.
Ihwal di atas sangat dibutuhkan agar kehadiran pemuda-pemudi yang unggul ini bisa menjadi insan yang mencipta dan mengabdi. Adapun pemuda dianggap belum memiliki pengalaman dan kecakapan dalam memimpin sebenarnya itu hanyalah mitos yang perlu diuji kebenarannya. Jika tidak, selamanya stigma itu akan membentuk paradigma yang salah dan mematikan karakter generasi milenial.
Youth government sesungguhnya tidak kalah hebat dengan kaum tua pasalnya pemuda lebih energik, umurnya masih segar, semangatnya masih membara, dan tekad perjuangannya cukup kuat. Terakhir, semangat Sumpah Pemuda hari ini harus memperjelas aktualisasi gerakan pemuda dalam paradigma pemerintahan baru, yaitu civil society, private sector, dan government. Dengan begitu, wujud dari aktualisasi pemuda adalah lahirnya youth government.
SEJAK berdiri organisasi Budi Utomo pada 1908 para pemuda-pemudi Indonesia telah bersepakat untuk mendukung gerakan pendidikan bagi kaum pribumi. Pada waktu itu Indonesia memang mengalami suatu tekanan hebat yang dilakukan oleh kelompok asing karena ada marginalisasi kelas pendidikan bagi kaum yang pas-pasan.
Berkat soliditas, militansi, dan semangat juang para pemuda membangun pendidikan, akhirnya para penjajah mulai pelan-pelan meninggalkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam konteks ini, yang perlu dipahami adalah pergerakan Budi Utomo cenderung bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan, tidak bersifat politik.
Fase berikutnya terjadinya suatu pertemuan nasional pemuda dari Sabang hingga Merauke melakukan deklarasi pada 28 Oktober 1928, yang dikenal dengan Hari Sumpah Pemuda. Jong Java, Jong Clebes, Jong Sumatera, Jong Ambon, dan lainnya ternyata memiliki tekad dalam bekerja sama, yaitu bekerja sama menjaga keindonesiaan.
Saat itu Sumpah Pemuda yang lahir dari Kongres Pemuda II pada dasarnya pun terdapat fase-fase di antaranya lahirnya organisasi kedaerahan, organisasi nasional, hingga bersifat keagamaan. Internalisasi keindonesiaan tumbuh berkembang. Diawali dengan organisasi Tri Koro Darmo misalnya yang diketuai Dr Satiman Wirjosandjoyo, sebagai perwakilan Jong Java. Setelahnya mengikut perwakilan Jong Sumatera, Jong Clebes, Jong Sumatera, dan lainnya.
Internalisasi kebangsaan diwujudkan dari semangat kedaerahan yang memperkuat sikap mental keindonesiaan. Sumpah Pemuda adalah sebuah kemufakatan bersama yang diinisiasi oleh para pemuda dengan visi menjaga keindonesiaan dan kebangsaan. Dengan begitu, gagasan Youth Civil Society hadir dengan diwujudkan melalui kerja bersama pemuda demi memperkuat nilai kebangsaan.
Rasanya dalam konsepsi Trias Politika gaya baru yang lebih mengedepankan sinergisasi antara state/government, civil society, dan private sector/ corporate akan menjadi bahasan menarik sebagai sudut pandang memperkuat pemuda. Sebelumnya saat Kongres Pemuda dan ada organisasi kepemudaan dengan semangat menjaga keindonesiaan adalah wujud nyata kekuatan youth civil society pada masa itu.
Dengan begitu, bila ditinjau dari aspek sejarah dengan realitas kekinian, masa depan bangsa ini sesungguhnya ada di pundak pemuda. Hingga pada akhirnya kemerdekaan hadir karena ada dobrakan sejarah dari para pemuda yang berhasil menculik Soekarno untuk kemudian gagasan 1928 tidak terhenti begitu saja.
Semangat kepemudaan pun ditularkan para pemersatu bangsa 1928, yaitu pemuda kepada para founding fathers. Semangat youth government lahir dalam teks proklamasi yang dibacakan Bung Karno. Inisiasi sebuah gagasan youth government sudah dilakukan oleh pemuda sejak mempersatukan makna kebangsaan dan keindonesiaan, 1928 dan 1945.
Kini hampir 89 tahun setelah sumpah tersebut diikrarkan, anak cucu bangsa ini tidak boleh lupa bahwa potensi pemuda dalam konteks pembangunan selalu hidup mewarnai sejarah panjang Indonesia. Dalam rangka menakar kekuatan pemuda, kita perlu memastikan keberlangsungan hidupnya dengan menanamkan cita-cita sosial, menguatkan cara berpikirnya, serta memproduksi gagasan-gagasan terbaik pembangunan yang multiperspektif.
Untuk itu, gerakan pemuda membangun bukan lagi wacana baru dalam era milenial, namun ia akan terus hidup selama kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan pengangguran masih berlanjut. Percaya atau tidak, pemuda adalah satu-satunya solusi jitu dalam mewujudkan harapan masyarakat Indonesia.
Muncullah hari ini dengan gaya modernisme, pemuda lahir dengan gaya baru yang diperkuat dengan kekuatan digital dan disebut semangat generasi milenial. Generasi milenial perlu beradaptasi dengan sejarah bahwa primordialisme dan tradisionalisme dapat memperkuat entitas nasionalisme.
Adaptasi sejarah adalah sebuah cara memahami Indonesia secara sederhana. Dahulu sudah dilakukan oleh para pemuda dengan inisiasi kelompok yang berkecenderungan pada ekonomi, sosial, dan budaya, yaitu Budi Utomo. Setelahnya pemuda bergerak dengan gebrakan politik kenegaraan, yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dengan gaya zaman now, pemuda mereproduksi gagasan bahwa gerakan politik dapat terkonsolidasi secara masif melalui entrepreneur, start-up business, dan social entrepreneurship. Wujud akhir dari gerakan politik zaman now adalah pemerintahan pemuda (youth government).
Youth Government
Wacana pemerintahan pemuda dalam dunia pemerintahan bukanlah sesuatu yang baru. Jika diterjemahkan ulang, youth government memiliki arti yang cukup luas, yakni pemuda desa, kecamatan, kabupaten, kota, hingga provinsi yang memiliki kompetensi, integritas, dan kapabilitas yang tidak diragukan. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi pemuda sangat dibutuhkan dalam mendukung pembangunan nasional yang dicita-citakan.
Gerakan youth government dimulai dari merebaknya start-up business dari kreativitas pemuda, gerakan sosial secara digital yang masif, dan membangun kesadaran politik dari pemilih pemula, relawan muda, hingga partai politik. Jangan juga dilupakan, para pemuda yang menjadi pendamping desa hari ini. Secara masif ketika gerakan sosial, ekonomi, dan kebudayaan lahir, kekuatan politik akan muncul dan pada akhirnya pemerintahan pemuda pun kembali lahir.
Sumpah Pemuda 2017 adalah momentum bersama mewujudkan kembali wacana pemerintahan pemuda (youth government). Alasannya sederhana, pemuda harus mempersiapkan mental keilmuan, kemandirian, dan independensi dalam menghadapi bonus demografi 2020-2030.
Implikasi dari bonus demografi adalah youth government dan gagasan ini sebuah keniscayaan.
Membangun mental pemuda untuk terlibat aktif dalam proses politik kenegaraan memang membutuhkan usaha yang ekstra. Satu di antara solusi yang patut dilakukan adalah menjunjung tinggi asas profesionalitas yang mumpuni dalam segala bidang.
Hal ini penting untuk direalisasikan karena dalam aspek tata kelola pemerintahan kunci utamanya adalah mewujudkan good governance pada konteks keprofesian. Kedua ialah asas proporsionalitas, yang artinya menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban negara secara fungsional yang terdistribusi melalui suatu paket kebijakan dan struktur kerja berkeadilan.
Perlu diketahui, dalam era modern ini, dunia pemerintahan kerap dibayangi oleh ketidakprofesionalan. Penyebabnya adalah dominannya kelompok politik dan minimnya keprofesian. Era milenial adalah momentum mengembalikan kejayaan pemuda melalui kreativitas dan intelektualisme, dengan cara start-up business sebagai sarana konglomerasi sosial demi menjaga kemandirian ekonomi pemuda agar tidak terintervensi oleh pragmatisme politik.
Adapun yang ketiga ialah pembangunan berkelanjutan. Artinya, setiap era kepemimpinan pemerintahan saat ini memiliki masa atau periodesasi baik secara struktural atau program kerja yang belum sempat terealisasi. Ini menjadi penting untuk pemuda meneruskan agenda-agenda pembangunan yang belum tuntas agar terus disempurnakan, demi terjadi keselarasan pembangunan.
Ihwal di atas sangat dibutuhkan agar kehadiran pemuda-pemudi yang unggul ini bisa menjadi insan yang mencipta dan mengabdi. Adapun pemuda dianggap belum memiliki pengalaman dan kecakapan dalam memimpin sebenarnya itu hanyalah mitos yang perlu diuji kebenarannya. Jika tidak, selamanya stigma itu akan membentuk paradigma yang salah dan mematikan karakter generasi milenial.
Youth government sesungguhnya tidak kalah hebat dengan kaum tua pasalnya pemuda lebih energik, umurnya masih segar, semangatnya masih membara, dan tekad perjuangannya cukup kuat. Terakhir, semangat Sumpah Pemuda hari ini harus memperjelas aktualisasi gerakan pemuda dalam paradigma pemerintahan baru, yaitu civil society, private sector, dan government. Dengan begitu, wujud dari aktualisasi pemuda adalah lahirnya youth government.
(rhs)