Memaknai Kembali Sumpah Pemuda

Senin, 30 Oktober 2017 - 08:23 WIB
Memaknai Kembali Sumpah Pemuda
Memaknai Kembali Sumpah Pemuda
A A A
Erwin Moeslimin Singajuru
Anggota DPR RI

Sumpah Pemuda 1928 boleh dikatakan sebagai perwujudan munculnya kesadaran tentang pentingnya makna berbangsa dan ber­negara. Bahkan budayawan Dr Umar Kayam pernah menyatakan (27/10/1981), Sumpah Pemuda adalah pernyataan (niat) membangun negara kebang­sa­an mo­dern. Oleh karena itu, Sumpah Pemuda bisa juga dimaknai se­bagai cara pandang pemuda kala itu dalam menatap dan me­nyong­song masa depan. Tentu perjuangan para pemuda hingga terwujudnya "sumpah pemuda" itu tidaklah mudah. Oleh karena itu, Sumpah Pemuda layak dikenang dan bahkan harus dimaknai terus dengan semangat baru, yaitu penghargaan terhadap pluralitas, pentingnya persatuan dan kesatuan, serta betapa berperannya kebudayaan. Bagi pemuda masa kini, makna Sumpah Pemuda tentulah tanggung jawab mengangkat derajat bangsa dan negara ini agar bagaimana bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya.

Generasi Y
Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri, demikian pula yang dialami para pemuda. Sangat berbeda dengan generasi Sumpah Pemuda yang berjuang dengan mengangkat senjata dan fisik, generasi sekarang, terutama sebagai generasi Y (lahir di kisaran tahun 1977-1997) seperti diuraikan Don Tapscott dalam Grown Up Digital: How the Net Generation is Changing Your World (2009), mereka berjuang lebih mengandalkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, generasi Y identik dengan generasi digital atau generasi milenial.

Karakter kuat generasi Y adalah sangat lekat dengan model pilihan bebas, jejaring, kecepatan, dan menjadikan inovasi sebagai bagian kehidupan mereka (Gun Gun Heryanto, 2016). Dalam memilih pemimpin, generasi Y berkecenderungan tak suka yang bergaya aristokrat dan elitis. Pola komunikasinya tidak menyukai model linier, melainkan timbal balik sehingga interaksi yang tak berbatas menjadi ciri dominannya. Generasi ini sering disebut juga sebagai net generation karena sangat intens berinteraksi melalui kanal media daring, online, seperti media sosial. Mereka pun sadar dalam penggunaan kanal sejatinya sedang (ibarat) bermain-main dengan pedang yang bermata dua. Di satu sisi manfaatnya demikian besar, tapi di sisi lain jika salah dalam penggunaan bisa menebas leher sendiri. Intinya, sangat penting menyadari dan bersikap bijak dalam berhadapan dengan pilihan-pilihan serbuan konten teknologi informasi itu.

Pemuda dan Asas Kebangsaan
Generasi muda sebagai penerus memanggul beban tang­gung jawab besar atas keberlangsungan negara dan bangsa ini. Di bidang politik yang saat ini selalu gaduh dengan berbagai isu "negatif"-nya harus dihadapi dan direspons oleh pemuda dengan cerdas, elegan, dan rendah hati. Pertanyaannya, bagaimana generasi Y ini menyikapi kondisi sosial politik saat ini?

Fenomenanya interaksi dan ekspresi partisipasi generasi Y terhadap politik sangat kental. Mereka selalu mengonfirmasi fenomena demokrasi siber (cyberdemocracy) yang digambarkan secara sangat baik oleh Andrzej Kaczmarczyk, dalam bukunya Cyberdemocracy Change of Demoratic Paradigm in the 21st Century (2010). Menurut Andrzej Kaczmarczyk, paling tidak ada empat faktor penting yang turut memengaruhi generasi Y ini dalam bersikap.

Pertama, tingginya praktik demokrasi partisipatoris di level global. Demokrasi menjadi gelombang ketiga karena arus­nya tak tertahankan. Pemuda menjadi relawan dan bagian dalam mendukung arus besar itu, terutama partisipan dalam media sosial. Mereka bukan sekadar mengonsumsi berita, melainkan juga memproduksi dan menyebarkan gagasan serta mendukungnya.

Kedua, para pemuda juga terlibat dalam mengubah model dan gestur politik bergaya kaku, berjarak, high profile, status quo dengan mengubahnya menjadi bersifat populis, terbuka, berintegritas, serta berorientasi pada perubahan. Hal ini sebagai bukti betapa pentingnya berinteraktivitas.

Ketiga, media sosial sebagai saluran demokrasi menghadirkan berbagai informasi, baik yang sehat maupun hoax. Tak jarang, di antaranya melahirkan konflik. Kaum muda sering kali menyelesaikan dan memanfaatkan media sosial sebagai ajang mediasi dan penyelesaian konflik itu. Alhasil, beragam persoalan akan tertangani dengan cepat.

Keempat, mereka juga menangkap adanya transformasi politik yang terhubung ke internet dan memberi akses pada informasi yang sifatnya personal.

Generasi Y yang sudah menjadi bagian dari dunia teknologi informasi ini paham betul bagaimana memanfaatkan media sosial dengan model partisipasi dalam mengambil keputusan. Orientasi mereka pada kecepatan dalam mengambil keputusan dan hasil optimal. Harus diakui sebagai orang muda tidak semua "model" yang mereka anut dan putuskan selalu tepat dan benar. Artinya, tak jarang juga beberapa hal langkah mereka terlihat "artifisial" dan kurang matang. Tetapi di situlah arena mereka saling belajar.

Namun jelas, apa pun yang telah dilakukan generasi Y ini hendaknya jangan dianggap sebagai tindakan dan langkah kontraproduktif. Mereka perlu disambut secara proporsional sebagai generasi penerus bangsa. Di tengah sulit mencari sosok kepemimpinan yang bisa diteladani, mereka membutuhkan keteladanan dari para senior dan para orang tua terutama elite negara.

Satu hal yang tampaknya harus ditanamkan dalam diri mereka adalah pentingnya memahami asas kebangsaan. Saat ini asas kebangsaan semakin tergerus oleh zaman. Jika terjadi conflict of interest antara negara dan kelompok, pribadi atau partai terkesan kepentingan pribadi, kelompok dan partai itu yang diutamakan. Padahal sejak Sumpah Pemuda dideklarasikan hingga Proklamasi tahun 1945, asas kebangsaan membawa pesan kepentingan negaralah yang harus diutamakan.

Memang saat ini tak mudah sehingga membutuhkan idealisme kuat serta keikhlasan untuk memahami dan mengimplementasikan asas kebangsaan. Namun, asas kebangsaan seperti dikatakan para founding fathers and mothers dulu meng­utamakan kepentingan negara berarti mewujudkan hizbul wathan (cinta tanah air). Untuk kepentingan bangsa dan negara, bahkan nyawa sekalipun siap dikorbankan, itulah semestinya yang harus dipahami dari asas kebangsaan tersebut.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0959 seconds (0.1#10.140)