Nilai Ekonomi Remittance

Selasa, 04 Juli 2017 - 09:10 WIB
Nilai Ekonomi Remittance
Nilai Ekonomi Remittance
A A A
Elfindri
Profesor Ekonomi SDM dan Direktur Center for SDGs, Universitas Andalas

"REMITTANCE" adalah transfer atau pengiriman dalam bentuk uang dan barang dari luar ke dalam negeri atau dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu negara. Dalam konteks pembangunan, selama ini nilai ekonomi remittance belum serius diperhitungkan, baik untuk penggerak ekonomi maupun perubahan sosial.

Luputnya komponen pemanfaatan remittance, terutama disebabkan oleh perhatian hanya tertumpu pada peranan berbagai sumber investasi konvensional. Seperti sumber investasi domestik, investasi asing (Foreign Direct Investment), serta pengeluaran autonomus yang berasal dari pengeluaran pemerintah (Government Expenditures).

Dengan begitu, baik peranan pemerintah melalui stimulus fiskal maupun peranan sektor moneter dalam mengatur pertumbuhan kredit dan penjagaan inflasi telah dijadikan sebagai instrumen kebijakan investasi untuk pembangunan.

Bagi negara sekelas Indonesia, peluang selain dari instrumen investasi swasta dalam negeri maupun asing, tentu dalam jangka panjang akan melahirkan ketergantungan. Ketergantungan akan peranan investasi asing saat bersamaan ketergantungan terhadap beban fiskal selalu defisit yang ditutupi oleh pinjaman luar negeri akan membawa semakin terancamnya neraca pembayaran.

Oleh karenanya, tidak salah sumber remittance dapat disiapkan melalui berbagai strategi. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah semakin bisa memerankan diri untuk membiayai keperluan pendanaan pembangunan, khususnya di daerah-daerah yang banyak menggantungkan diri dari penerimaan remittance-nya.

India, China, dan Remittance

Titik balik bergeraknya perekonomian China dan India, salah satunya tidak terlepas dari peranan dari para migran internasional yang berhasil di luar negeri. Para Taipan berasal dari RRC dan India yang berhasil di Amerika Serikat dan Eropa, kemudian mereka mulai mengembangkan bisnis di kampung halamannya sendiri.

Sumber pendanaan yang dikumpulkan oleh keluarga berasal dari kiriman uang dari rantau dan keluarga yang sudah berhasil, lambat laun telah menumbuhkan berbagai inovasi serta pengembangan ekonomi. Keluarga yang berhasil di perantauan sebagai tenaga kerja asing, ekspatriat di perantauan dengan penghasilan yang memungkinkan mereka menabung dan menyisihkan untuk kepentingan keluarga di daerah asal.

Sumber dana dari remittance karena nilainya tidak sekali besar, tapi terakumulasi menjadi sebuah sumber investasi baru bagi daerah (keluarga) penerima. Tentu ketika remittance tersebut direncanakan peranannya untuk membangun ekonomi daerah asal (penerima).

Banyak kemudahan yang diperoleh melalui remittance, mengingat sumbernya berasal dari penghasilan para imigran. Di antaranya pengiriman remittance yang masuk negara dengan kecanggihan sistem pengiriman uang dan barang, para penerimanya tidak akan dikenakan beban bunga. Karena sumber pengirimnya adalah terutama berasal dari sanak keluarga. Apalagi dari negara yang menganut devisa bebas. Oleh karena itu, pada akhir-akhir ini stimulan terhadap pemanfaatan remittance tentu menjadi penting dan bermakna.

Bahkan, kalau kita lihat Filipina, sebagai sebuah negara masuk miskin di Asia Tenggara, merasa lebih tahan dari resesi. Karena masih ada peranan remittance yang berasal dari tenaga kerja mereka dari luar negeri.

Dimensi lain dari remittance tentu aspek sosial "social remittances", karena knowledge dan innovation berasal dari mereka yang telah merantau. Ide-ide baru yang disampaikan oleh para perantau untuk membangun ekonomi keluarga atau memajukan kondisi sosial tanah kelahiran telah menjadikan social remittances ini sebagai salah satu sumber daya yang mesti diperhitungkan pada masa mendatang.

Pengalaman di China dan India juga terjadi di dalam negeri seperti di Indonesia. Pada masa-masa tertentu, jumlah kiriman uang untuk sanak keluarga bisa meningkat tajam. Apalagi untuk keperluan menghadapi Idul Fitri, bisa juga untuk Lebaran haji atau Natal dan Tahun Baru. Remittance menjadi meningkat jumlahnya, baik dalam bentuk uang kiriman dari anak-anak dan saudara maupun kiriman dalam bentuk barang atau paket yang nilainya tentu akan banyak di daerah karena sebagai sumber dari migrasi ke luar.

Kelola Remittance

Problem yang dirasakan selama ini adalah remittance masih berjalan sesuai dengan mekanisme pasar. Tidak ada yang merencanakan bagaimana remittance dikelola agar nilainya lebih memberikan arti untuk pemerataan pembangunan sekaligus menstimulasi pertumbuhan ekonomi lokal. Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah baru menanggapi arti penting remittance ini. Pertama, sudah saatnya disusun perencanaan akan arti, sumber, dan pemanfaatan remittance menjadi isu penting dalam pembangunan daerah asal.

Kedua, arah pemanfaatan remittance tidak saja untuk keperluan konsumsi namun kepentingan produktif. Karena sifatnya adalah antara keluarga yang berhasil dan mengirimkan untuk keluarga yang di kampung halaman. Kecenderungan remittance sendiri lebih pada dalam bentuk uang yang kemudian digunakan untuk keperluan konsumsi. Mungkin tidak terlalu banyak perbedaan kegunaan remittance dengan tunjangan hari raya (THR), karena masih pada umumnya digunakan untuk keperluan sandang dan makanan.

Ketiga, bukan tidak mungkin remittance juga digunakan untuk maksud-maksud keperluan pembangunan sarana sosial dan ibadah di daerah asal. Sudah menjadi kebiasaan kalau kita lihat pembangunan sarana ibadah, seperti masjid-masjid dibiayai sebagian dengan remittance dari rantau. Daerah, seperti Minangkabau, Aceh, NTB, dan beberapa kabupaten di daerah Jawa yang menjadi sumber tenaga kerja wanita (TKW), perekonomiannya dicirikan oleh peranan dari remittance namun masih belum terarah dan terencana.

Pada masa mendatang aspek remittance ini sebaiknya dijadikan sebagai sumber dari modal sehingga nanti bisa diarahkan untuk membangun ekonomi keluarga yang ada di daerah asal. Dengan begitu, dimensi remittance tidak saja diperuntukkan pada keperluan konsumsi, tapi bisa diarahkan sebagai bentuk sumber investasi.

Keempat, remittance dalam bentuk knowledge, inovasi, dan gagasan baru, yang diperoleh melalui social remittances, para perantau bisa juga dijadikan sebagai salah satu sumber ide dan kreativitas untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di daerah asal.

Dalam forum rembuk, acara halal bihalal yang menghimpun para perantau pulang kampung, maka ide-ide baru kemudian diintegrasikan dengan pembangunan desa. Dengan demikian, dapat dimanfaatkan sebagai sebuah kekuatan ekonomi baru dalam pembangunan, termasuk pemerataan sosial dalam arti lebih luas.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3933 seconds (0.1#10.140)