Soal Kinerja Jaksa Agung, ICW: Enggak Ada Prestasi yang Berarti
A
A
A
JAKARTA - Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai Jaksa Agung M Prasetyo tidak memiliki prestasi selama ini. Hal itu dikatakan peneliti dari ICW Aradila Caesar. Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) perlu mengevaluasi kinerja M Prasetyo selama memimpin Korps Adhyaksa itu.
"Apa yang sudah berhasil diubah dan perbaiki di kejaksaan. Justru sejauh ini enggak ada prestasi yang berarti," kata Aradila kepada SINDOnews, Jumat (16/6/2017).
Aksi dua jaksa memegang sebuah kertas yang berisi tulisan diakhiri tagar #OTTRecehan pun dikritik Aradila. "Enggak perlu lah jaksa bereaksi berlebihan seperti itu. Justru enggak produktif dan publik menjadi enggak simpatik," ucap Aradila.
Adapun foto dua orang jaksa itu viral di media sosial setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Kepala Seksi III Intel Kejaksaan Tinggi Bengkulu, Parlin Purba, Jumat 9 Juni 2017 atas kasus dugaan suap.
Dalam OTT itu, uang Rp10 juta diamankan. Menanggapi hal itu, Aradila pun mengatakan, harus dipahami dulu bahwa terlepas dari jumlahnya aktor yang bermain adalah aparat penegak hukum. "Aktor yang diharapkan publik mampu memberantas korupsi justru terjerat korupsi," ujar Aradila.
(Baca juga: Banyak Jaksa Ditangkap, Penegakan Hukum Era Jokowi Tercoreng)
Maka itu menurut dia, logis kiranya kalau publik menggeneralisir oknum tersebut sebagai kondisi kelembagaan jaksa yang korup. "Sejauh ini kan kepercayaan publik terhadap kejaksaan lemah. Karena banyak persoalan, salah satunya korupsi," imbuhnya.
Dia pun berpendapat, OTT KPK terhadap Parlin Purba itu justru seharusnya menjadi momentum untuk mengevaluasi Jaksa Agung M Prasetyo dalam mereformasi kejaksaan. "Sudah sampai mana reformasi berjalan," katanya.
Pertanyaan selanjutnya, kata dia, apakah kasus Parlin Purba itu hanya dianggap jaksa sedang sial saja sampai di OTT KPK. "Dan masih banyak lagu jaksa nakal yang belum tertangkap, atau justru semua jaksa sudah berintegritas, makanya perlu evaluasi," paparnya.
"Apa yang sudah berhasil diubah dan perbaiki di kejaksaan. Justru sejauh ini enggak ada prestasi yang berarti," kata Aradila kepada SINDOnews, Jumat (16/6/2017).
Aksi dua jaksa memegang sebuah kertas yang berisi tulisan diakhiri tagar #OTTRecehan pun dikritik Aradila. "Enggak perlu lah jaksa bereaksi berlebihan seperti itu. Justru enggak produktif dan publik menjadi enggak simpatik," ucap Aradila.
Adapun foto dua orang jaksa itu viral di media sosial setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Kepala Seksi III Intel Kejaksaan Tinggi Bengkulu, Parlin Purba, Jumat 9 Juni 2017 atas kasus dugaan suap.
Dalam OTT itu, uang Rp10 juta diamankan. Menanggapi hal itu, Aradila pun mengatakan, harus dipahami dulu bahwa terlepas dari jumlahnya aktor yang bermain adalah aparat penegak hukum. "Aktor yang diharapkan publik mampu memberantas korupsi justru terjerat korupsi," ujar Aradila.
(Baca juga: Banyak Jaksa Ditangkap, Penegakan Hukum Era Jokowi Tercoreng)
Maka itu menurut dia, logis kiranya kalau publik menggeneralisir oknum tersebut sebagai kondisi kelembagaan jaksa yang korup. "Sejauh ini kan kepercayaan publik terhadap kejaksaan lemah. Karena banyak persoalan, salah satunya korupsi," imbuhnya.
Dia pun berpendapat, OTT KPK terhadap Parlin Purba itu justru seharusnya menjadi momentum untuk mengevaluasi Jaksa Agung M Prasetyo dalam mereformasi kejaksaan. "Sudah sampai mana reformasi berjalan," katanya.
Pertanyaan selanjutnya, kata dia, apakah kasus Parlin Purba itu hanya dianggap jaksa sedang sial saja sampai di OTT KPK. "Dan masih banyak lagu jaksa nakal yang belum tertangkap, atau justru semua jaksa sudah berintegritas, makanya perlu evaluasi," paparnya.
(maf)