Resmikan Patung Bung Karno, Megawati Ingatkan Jati Diri Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Presiden kelima Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri menegaskan pelajaran tentang geopolitik sangat penting ditanamkan kepada putra dan putri Indonesia, khususnya bagi para calon pemimpin bangsa.
Ilmu tentang geopolitik ini, kata Megawati, ditanamkan oleh Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Soekarno ketika kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan.
"Kumpulkan calon pemimpin bangsa dari seluruh Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke untuk dapat saling mengenal dan mempererat persaudaraan dengan diberikan penceramah geopolitik," ujar Megawati saat meresmikan Monumen Proklamator Kemeredekaan Republik Indonesia, Ir Soekarno di halaman Gedung Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Peresmian Patung Monumen Proklamator Kemerdekaan RI di Lemhanas merupakan rangkaian dari peringatan acara HUT ke-52 Lemhanas yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei.
Pada acara yang dibuka dengan tarian Bali Sri Kamewali itu hadir sejumlah tokoh di antaranya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly, Gubernur Lemhanas Agus Widjojo, Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Hadir pula Guruh Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, serta sejumlah tokoh lainnya.
Megawati mengatakan, geopolitik itu adalah ilmu yang harus diketahui anak bangsa agar paham dan menyadari jati dirinya sebagai manusia Indonesia.
"Kalau kita tidak tahu di mana posisi kita, maka kita akan berpikir bahwa bangsa Indonesia bukan apa-apa. Badan kita menyebut orang Indonesia tapi cara berpikir kita ikut orang luar," kata Ketua Umum PDIP itu.
Megawati menambahkan, jika calon pemimpin bangsa Indonesia ikut belajar geopolitik, maka akan memahami cara membangun mental sebagai bangsa yang kuat. Begitu juga cara membangun strategi menuju kejayaan Indonesia.
Dia mengatakan, keberadaan monumen Proklamator Bung Karno di Lemhanas ini sangat tepat. Saat menjadi Presiden, kata dia, ayahnya membuat tempat pendidikan yang sekaligus tempat pengkajian ilmu.
Oleh karena itu, sambung Megawati, hakikat dari Lemhanas ini untuk dikembalikan kepada "ruhnya" sebagai tempat menimba pengetahuan dan mengkaji kebangsaan yang kuat.
Dengan demikian, lanjut dia, masyarakat Papua tak akan merasa sentris Papua tapi Indonesia. Begitu juga yang di Aceh dan lainnya. "Dari sini, Bhinneka Tunggal Ika benar-benar dihayati sebagai keberagaman. Tak mungkin Indonesia diseragamkan, dan dalil apa pun kalau itu berlawanan dengan kebinekaan akan gampang diruntuhkan. Kita sudah ditakdirkan oleh Allah SWT sebagai bangsa yang keberagamannnya luar biasa. Bukan hanya manusianya saja, tapi juga resources-nya juga luar biasa," tutur Megawati.
Dia menambahkan, sosok dan pemikiran Bung Karno sebagai Proklamator kemerdekaan harus diketahui. Dari sisi keilmuan, kata dia, ayahnya mendapatkan predikat honoris causa sebanyak 23 kali dalam berbagai bidang ilmu.
Bukan hanya politik tapi juga hukum, sosial, budaya dan sebagainya. Predikat honoris causa itu ada dari negara di Eropa, Asia, Afrika dan benua lainnya.
"Alangkah sayang kalau Indonesia malah ingin menenggelamkan nama Bung Karno. Semestinya lah secara objektif rasional mengetahui siapa sebenarnya sosok Bung Karno ini. Mengapa dapat memerdekakan suatu bangsa yang kemudian disebut Indonesia," ungkapnya.
Menurut dia, ada perkataan Bung Karno yang perlu diingat bahwa bangsa ini lemah bila mudah dipecah belah dan diadu domba. Itulah hal yang membuat Indonesia dijajah selama 350 tahun. "Karena itulah maka penting sekali dikaji dan dipelajari tentang bagaimana kebinekaan dan persatuan itu dibangun dan diperkuat," katanya.
Gubernur Lemhanas Agus Widjojo mengatakan, pembangunan Monumen Proklamator ini sangat penting untuk mengingatkan pada 20 Mei 1965 Soekarno meresmikan Lemhanas dan diikuti dengan kuliah umum dan kursus reguler geopolitik.
Hal tersebut, kata dia, dilakukan Bung Karno dengan dasar pemahaman bahwa seseorang tak bisa membangun bangsa yang kuat tanpa pengetahuan geopolitik. "Dengan ilmu geopolitik maka Indonesia bisa memahami percaturan politik dunia. Dengan ilmu itu, kita sebagai bangsa akan mampu menapaki tujuan nasional kita," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Bung Karno juga berpesan sangat penting bagi pemimpin untuk memahami jati diri bangsa dan negaranya. Setiap pemimpin, kata dia, harus memahami dengan jelas karakter bangsa dengan nilai lokal yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, Kebhinnekaan dan Nilai-nilai persatuan.
"Bung Karno sebagai ahli strategi perjuangan berpesa agar pemimpin belajar memahami pengetahuan lain multikompleks menyangkut ideologi politik, sosiologi, budaya selain juga masalah pertahanan dan keamanan. Hal-hal inilah yang hingga kini dijalankan di Lemhanas ini," kata Agus Widjojo.
Ilmu tentang geopolitik ini, kata Megawati, ditanamkan oleh Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Soekarno ketika kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan.
"Kumpulkan calon pemimpin bangsa dari seluruh Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke untuk dapat saling mengenal dan mempererat persaudaraan dengan diberikan penceramah geopolitik," ujar Megawati saat meresmikan Monumen Proklamator Kemeredekaan Republik Indonesia, Ir Soekarno di halaman Gedung Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Peresmian Patung Monumen Proklamator Kemerdekaan RI di Lemhanas merupakan rangkaian dari peringatan acara HUT ke-52 Lemhanas yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei.
Pada acara yang dibuka dengan tarian Bali Sri Kamewali itu hadir sejumlah tokoh di antaranya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly, Gubernur Lemhanas Agus Widjojo, Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Hadir pula Guruh Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, serta sejumlah tokoh lainnya.
Megawati mengatakan, geopolitik itu adalah ilmu yang harus diketahui anak bangsa agar paham dan menyadari jati dirinya sebagai manusia Indonesia.
"Kalau kita tidak tahu di mana posisi kita, maka kita akan berpikir bahwa bangsa Indonesia bukan apa-apa. Badan kita menyebut orang Indonesia tapi cara berpikir kita ikut orang luar," kata Ketua Umum PDIP itu.
Megawati menambahkan, jika calon pemimpin bangsa Indonesia ikut belajar geopolitik, maka akan memahami cara membangun mental sebagai bangsa yang kuat. Begitu juga cara membangun strategi menuju kejayaan Indonesia.
Dia mengatakan, keberadaan monumen Proklamator Bung Karno di Lemhanas ini sangat tepat. Saat menjadi Presiden, kata dia, ayahnya membuat tempat pendidikan yang sekaligus tempat pengkajian ilmu.
Oleh karena itu, sambung Megawati, hakikat dari Lemhanas ini untuk dikembalikan kepada "ruhnya" sebagai tempat menimba pengetahuan dan mengkaji kebangsaan yang kuat.
Dengan demikian, lanjut dia, masyarakat Papua tak akan merasa sentris Papua tapi Indonesia. Begitu juga yang di Aceh dan lainnya. "Dari sini, Bhinneka Tunggal Ika benar-benar dihayati sebagai keberagaman. Tak mungkin Indonesia diseragamkan, dan dalil apa pun kalau itu berlawanan dengan kebinekaan akan gampang diruntuhkan. Kita sudah ditakdirkan oleh Allah SWT sebagai bangsa yang keberagamannnya luar biasa. Bukan hanya manusianya saja, tapi juga resources-nya juga luar biasa," tutur Megawati.
Dia menambahkan, sosok dan pemikiran Bung Karno sebagai Proklamator kemerdekaan harus diketahui. Dari sisi keilmuan, kata dia, ayahnya mendapatkan predikat honoris causa sebanyak 23 kali dalam berbagai bidang ilmu.
Bukan hanya politik tapi juga hukum, sosial, budaya dan sebagainya. Predikat honoris causa itu ada dari negara di Eropa, Asia, Afrika dan benua lainnya.
"Alangkah sayang kalau Indonesia malah ingin menenggelamkan nama Bung Karno. Semestinya lah secara objektif rasional mengetahui siapa sebenarnya sosok Bung Karno ini. Mengapa dapat memerdekakan suatu bangsa yang kemudian disebut Indonesia," ungkapnya.
Menurut dia, ada perkataan Bung Karno yang perlu diingat bahwa bangsa ini lemah bila mudah dipecah belah dan diadu domba. Itulah hal yang membuat Indonesia dijajah selama 350 tahun. "Karena itulah maka penting sekali dikaji dan dipelajari tentang bagaimana kebinekaan dan persatuan itu dibangun dan diperkuat," katanya.
Gubernur Lemhanas Agus Widjojo mengatakan, pembangunan Monumen Proklamator ini sangat penting untuk mengingatkan pada 20 Mei 1965 Soekarno meresmikan Lemhanas dan diikuti dengan kuliah umum dan kursus reguler geopolitik.
Hal tersebut, kata dia, dilakukan Bung Karno dengan dasar pemahaman bahwa seseorang tak bisa membangun bangsa yang kuat tanpa pengetahuan geopolitik. "Dengan ilmu geopolitik maka Indonesia bisa memahami percaturan politik dunia. Dengan ilmu itu, kita sebagai bangsa akan mampu menapaki tujuan nasional kita," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Bung Karno juga berpesan sangat penting bagi pemimpin untuk memahami jati diri bangsa dan negaranya. Setiap pemimpin, kata dia, harus memahami dengan jelas karakter bangsa dengan nilai lokal yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, Kebhinnekaan dan Nilai-nilai persatuan.
"Bung Karno sebagai ahli strategi perjuangan berpesa agar pemimpin belajar memahami pengetahuan lain multikompleks menyangkut ideologi politik, sosiologi, budaya selain juga masalah pertahanan dan keamanan. Hal-hal inilah yang hingga kini dijalankan di Lemhanas ini," kata Agus Widjojo.
(dam)