Peta Politik Pilkada Jabar 2018

Rabu, 17 Mei 2017 - 09:01 WIB
Peta Politik Pilkada Jabar 2018
Peta Politik Pilkada Jabar 2018
A A A
Dedy Abdullah
Wakil Ketua Umum DPD Partai Gerindra Jawa Barat

Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 2018 dipastikan akan semarak. Beberapa provinsi dan kota besar ada dalam daftar yang akan melakukan pilkada. Salah satunya Jawa Barat, provinsi dengan penduduk terbesar di Indonesia. Kalau pada Pilkada DKI Jakarta kita bisa melihat bagaimana hasil pilkada ini bisa menjadi cerminan pemilihan presiden (pilpres) 2019, maka hasil Pilkada Jawa Barat 2018 akan memberi gambaran ke mana nanti kira-kira suara dari provinsi terbesar ini akan mengarah.

Partai-partai politik pun tentunya sudah mulai mengambil ancang-ancang, walaupun kita tahu yang namanya suatu operasi politik berjalan bahkan jauh sebelumnya. Salah satu partai yang menarik dilihat di mana posisinya adalah Partai Gerindra. Sebagai partai yang selama ini tetap istikamah beroposisi, tentunya posisinya dalam Pilkada Jawa Barat 2018 akan sangat penting.

Partai Gerindra bisa dikatakan sedang mendapatkan angin belakangan ini. Diraihnya kemenangan dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur daerah Banten dan DKI Jakarta oleh Partai Gerindra dan koalisinya menjadi suntikan semangat bagi partai ini. Kemenangan tersebut menunjukkan sebagai partai oposisi Gerindra mendapatkan kepercayaan rakyat, karena mengusung calon yang disukai dan dipercaya rakyat.

Bahkan, banyak pihak yang mengatakan bahwa kemenangan Partai Gerindra terutama dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 yang disebut-sebut rasa pilpres itu memberikan suntikan moral bagi partai ini dalam mengusung capresnya. Bukan tak mungkin kemenangan ini semakin mempertebal garis kebijakan partai untuk kembali memikirkan atau setidaknya menimang-nimang untuk mendorong Prabowo Subianto kembali bertarung di Pilpres 2019.

Pentingnya Jawa Barat
Dengan semangat yang sedang tinggi tersebut, Pilkada Jawa Barat 2018 menjadi sangat penting bagi Gerindra, tentunya dengan tidak mengesampingkan beberapa pilkada lain seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan. Setidaknya ada beberapa hal yang membuat Pilkada Jabar 2018 menjadi penting bagi Partai Gerindra.

Pertama, menjaga efek psikologis tren kemenangan kandidat yang diusung Gerindra, terutama untuk kantong-kantong suara gemuk. Upaya menjaga tren kemenangan ini adalah untuk menjaga semangat dan energi para kader mulai elite sampai akar rumput dalam rangka menghadapi Pilpres 2019.

Kedua, Jawa Barat merupakan basis suara terbesar yang memilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ketika Pilpres 2014. Sebanyak 14.167.381 suara atau 59,78% yang memilih pasangan ini. Maka sangatlah tidak berlebihan jika Prabowo memiliki asa yang lebih besar untuk memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Gerindra.

Ketiga, tentunya tanpa mengesampingkan daerah pemilihan lainnya, kemenangan paslon Gerindra di Jawa Barat akan dijadikan bahan konfirmasi apakah Prabowo akan nyapres di 2019 atau tidak. Jika Jawa Barat dimenangkan, jalan untuk ke arah itu semakin terbuka lebar. Hal lain yang harus diingat adalah perolehan suara Prabowo di DKI. Untuk DKI, kemungkinan terjadi kenaikan suara pemilih sangat dimungkinkan, dengan dimenangkannya gubernur dan wakil gubernur oleh koalisi yang dipimpin Partai Gerindra. Bandingkan ketika Jakarta dimenangkan PDIP, suara Prabowo di Jakarta hanya 47%, dan Jokowi memenangkan 53%.

Dengan semangat yang dalam kondisi on fire, mesin partai diperkirakan akan bekerja dengan baik sehingga kalau kandidat lain dalam upaya mendulang suara sangat bergantung pada ketokohan figur dari kandidat paslon, maka untuk Gerindra tampaknya selain kuatnya figur kandidat yang diusung, akan diperingan dengan bekerjanya mesin partai secara optimal.

Siapa yang Akan Diusung?

Dengan posisi Pilkada Jawa Barat yang akan jadi sangat signifikan bagi Partai Gerindra, menjadi sangat menarik untuk membicarakan siapa yang akan diusung. Dengan kondisi mesin partai yang sedang on fire, pasangan calon akan sangat terbantu untuk mendapatkan suara rakyat. Energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin partai tidak terlalu besar lagi. Maka apabila pasangan calon yang diusung Gerindra merupakan figur yang memiliki elektabilitas tinggi di masyarakat, maka dengan dibantu mesin partai yang bekerja optimal, besar kemungkinan Jawa Barat akan dimenangkan.

Untuk mencapai tingkatan ideal, tentu kekuatan figur tetap jadi dasar pertimbangan, walaupun seharusnya figur tersebut adalah kader partai yang bersangkutan. Bagi Gerindra, yang hanya memiliki 11 kursi di DPRD Propinsi Jawa Barat, maka pertimbangan menentukan pasangan calon tentu harus berembuk dengan pihak lain mitra koalisi, agar jumlah suara minimal untuk mengusung pasangan calon sebanyak 20 kursi terpenuhi.

Sebagai informasi, bahwa hanya PDIP yang bisa mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tanpa harus berkoalisi. Karena PDIP memiliki kursi di DPRD Jabar maka mencapai 20 kursi. Sementara partai lainnya, Golkar yang punya 17 kursi, PKS 12 kursi, Demokrat 12 kursi, Gerindra 11 kursi, PPP 9 kursi, Nasdem 5 kursi, PAN dan Hanura masing-masing 4 kursi dan 3 kursi.

Untuk melihat popularitas tokoh, ada beberapa lembaga yang melakukan survei. Salah satunya Indobarometer, yang memosisikan Ridwan Kamil di posisi teratas, yakni 22%, diikuti Deddy Mizwar 14,1%, Dede Yusuf 11,8%, dan Dedi Mulyadi 7,3%. Yang kedua, kita bisa merujuk survei lain yang mencoba menangkap suara masyarakat lebih luas. Tim Peneliti Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (PPS UIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang bekerja sama dengan Jaringan Masyarakat Peduli Demokrasi (JPMD) punya hasil yang menarik.

Ada 13 nama yang dipercaya warga Jawa Barat untuk menjadi calon gubernur, yaitu: Ridwan Kamil (24,28%), Deddy Mizwar (18,65%), Dede Yusuf (15,68%), Dedi Mulyadi (10,70%), Iwa Karniwa (8,99%), Rieke Diah Pitaloka (8,58%), Nurul Arifin (5,58%), Desy Ratnasari (1,89%), Netty Prasetiyani (1,61%), Tb Hasanudin (1,61%), Ineu Purwadewi (0,88%), Irfan Suryanegara (0,66%), Agung Suryamal (0,64%), dan 0,25% suara untuk beberapa nama lainnya.

Kenapa survei ini menarik? Karena ternyata ada nama birokrat karier yang masuk dalam bursa, yaitu Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa yang masuk dalam urutan lima besar untuk calon gubernur dan tiga besar untuk calon wakil gubernur. Untuk birokrat karier, posisi Iwa Karniwa yang tertinggi. Kita sama-sama tahu birokrat karier sangat paham seluk-beluk masyarakat. Selama ini nama sekda Jabar tersebut tidak begitu banyak disebut-sebut di media massa menjelang Pilgub Jabar 2018. Iwa bahkan mengalahkan beberapa nama politisi seperti Ketua DPRD Jawa Barat Ineu Purwadewi, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Tb Hasanudin, mantan Ketua DPRD Jawa Barat dan Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Irfan Suryanegara, istri Gubernur Jawa Barat Netty Pra-setyani, serta artis sekaligus anggota DPR RI Dessy Ratnasari.

Saat ini kondisi siapa menggandeng siapa, siapa mengusung siapa, masih sangat cair. Berbagai probabilitas dicoba dipasang-pasangkan guna mencari pasangan yang dianggap paling ideal dari sisi popularitas dan elektabilitas saat ini. Memang benar survei ini masih terlalu dini untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Masih banyak faktor dan variabel yang akan membuat kandidat menang dan dipilih oleh rakyat. Tapi setidaknya saat ini magnitudo tokoh Jawa Barat berada di para pihak yang disebutkan di atas. Hasil survei tersebut bisa jadi peta.

Apakah Partai Gerindra harus terpaku pada nama-nama tersebut di atas? Bagaimana kalau Gerindra mau mengusung kadernya sendiri, yakni Saudara Mulyadi yang saat ini menjabat sebagai ketua DPD Gerindra Provinsi Jawa Barat? Sekali lagi penulis sampaikan, bahwa kondisi saat ini masih sangat cair. Peta bisa saja berubah. Siapa pun bisa melesat jadi populer, siapa pun bisa sekonyong-konyong terjerembab. Pilkada DKI bisa kita jadikan pelajaran berharga bagi kita semua. Dan siapa yang menyangka bahwa pasangan Anies-Sandi yang awalnya tidak diunggulkan bisa menang dengan perolehan suara jauh di atas kompetitornya? Tampaknya kita harus kembali ingat, bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. *
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4162 seconds (0.1#10.140)