Rapor Hijau BUMN?

Kamis, 04 Mei 2017 - 08:14 WIB
Rapor Hijau BUMN?
Rapor Hijau BUMN?
A A A
MENARUH harapan setinggi apa pun tak ada larangan. Ketika Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno berharap semua perusahaan pelat merah mencatatkan rapor hijau alias untung tahun ini, kecuali PT Merpati Nusantara Airlines yang tidak beroperasi lagi, itu hal yang sangat positif.

Setidaknya, harapan Menteri Rini Soemarno tersebut menjadi pemicu bagi para pengelola perusahaan negara untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik lagi. Namun, untuk mewujudkan harapan tersebut sepertinya dibutuhkan kerja ekstra mengingat kinerja BUMN pada kuartal pertama tahun ini masih memprihatinkan, terdapat 25 perusahaan yang mencatatkan kerugian Rp3 triliun.

Untuk membuat rapor kinerja perusahaan negara tidak merah memang berbagai terobosan telah dilakukan Kementerian BUMN, di antaranya membentuk sinergi di antara perusahaan pelat merah dari berbagai sisi, mulai kerja sama investasi, pengadaan barang, hingga kegiatan operasional yang bisa dilakukan secara bersama. Tindak lanjut dari program sinergi tersebut mulai terlihat pada BUMN keuangan.

Empat bank pelat merah sudah bersinergi dalam pengadaan ATM link, yang bertujuan memudahkan nasabah bank BUMN dalam bertransaksi yang menggunakan ATM. Selain itu, melalui program sinergi bank milik negara tersebut, juga bisa berhemat dalam investasi pengadaan mesin ATM.

Dari publikasi terbaru Kementerian BUMN, 25 perusahaan negara mencatatkan kerugian senilai Rp3 triliun, di antaranya “disumbang” oleh PT Survai Udara Penas (SUP) dengan fokus bisnis pada jasa survei bagi keperluan potret udara dan peta untuk kebutuhan militer Indonesia.

Kinerja keuangan SUP memang sudah lima tahun terakhir ini mencatatkan kerugian. Selain SUP yang berkinerja negatif adalah PT Kertas Leces yang bermarkas di Probolinggo, Jawa Timur, PT Industri Sandang (Insan) yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Dan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) juga menyumbangkan kerugian.

Yang mengejutkan, Perum Bulog juga ada dalam barisan perusahaan pelat merah yang merugi pada tiga bulan pertama tahun ini. Kerugian BUMN pada triwulan pertama tahun ini, oleh pihak Kementerian BUMN disebutkan sebagai akibat belum masifnya pergerakan bisnis pada sejumlah sektor. Tahun lalu 22 BUMN mencatatkan rugi sebesar Rp5,6 triliun.

Meski masih terdapat sejumlah BUMN mencatatkan rugi namun aset tetap bertumbuh pada kuartal pertama tahun ini. Total aset dari 118 perusahaan pelat merah mencapai Rp6.560 triliun. Kepemilikan aset tersebut bertumbuh sekitar Rp235 triliun dibandingkan dari total aset sebesar Rp6.325 triliun akhir 2016 lalu.

Melihat kecenderungan kenaikan aset perusahaan negara tersebut, pihak Kementerian BUMN optimistis aset BUMN yang ditargetkan sebesar Rp7.035 bisa terealisasi akhir tahun ini. Adapun belanja modal BUMN dipatok Rp468 triliun. Saat ini sudah terealisasi sebesar Rp54 triliun hingga kuartal pertama tahun ini.

Sementara itu, total kontribusi perusahaan pelat merah terhadap negara mencapai Rp202 triliun tahun lalu. Kontribusi BUMN itu belum termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Dana yang jumlahnya ratusan triliun itu terdiri atas dividen dan pajak.

Memang, peran BUMN sebagai entitas bisnis milik negara memiliki peran ganda. Peran ganda BUMN, sebagaimana ditegaskan Menteri BUMN Rini Soemarno pada seminar “Kinerja dan Strategi BUMN” di Universitas Indonesia, kemarin, selain sebagai agen pencipta nilai yang menyumbang perubahan untuk negara, juga sebagai agen pembangunan yang bertugas selaku perpanjangan tangan negara di tengah-tengah masyarakat.

Seperti apa wujud sebagai agen pencipta nilai untuk perubahan negara? Menteri Rini Soemarno mencontohkan, tahun lalu BUMN menorehkan kinerja bisnis yang cukup menggembirakan di tengah kelesuan perekonomian dan persaingan yang semakin ketat.

Dari total 118 perusahaan negara beserta 25 anak perusahaan berhasil menyediakan lapangan kerja lebih dari satu juta orang. Karena tugas ganda yang diamanatkan negara kepada BUMN, para awak atau mereka yang diberi amanah menakhodai perusahaan negara memang punya beban berat dibandingkan dengan melayarkan korporasi swasta.

Justru karena tugas yang berat itu jangan sampai lalai, termasuk bagaimana mengamini harapan Menteri BUMN untuk mencetak semua rapor kinerja perusahaan negara yang hijau kecuali PT Merpati Nusantara Airlines yang sedang “patah” sayap.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0689 seconds (0.1#10.140)