Tak Lagi Tinggal di Rumah Berdinding Tripleks dan Terpal

Minggu, 20 November 2016 - 14:47 WIB
Tak Lagi Tinggal di...
Tak Lagi Tinggal di Rumah Berdinding Tripleks dan Terpal
A A A
Martina Da Lus sedang menata kursi-kursi plastik di teras rumahnya ketika KORAN SINDO bertamu dan mengenalkan diri pada pagi yang cerah itu.

Perempuan berusia 58 tahun ini mempersilakan tamunya untuk duduk kemudian menyuguhkan segelas kopi. Sambil menikmati suguhan sang tuan rumah, kami pun berbincang tentang rumahnya yang baru saja direnovasi total dalam program Bedah Rumah PT Asabri dan BTPN. Martina adalah warakawuri.

Mendiang suaminya, Samcho Da Costa, dulu merupakan personel Korem 164/Wira Dharma Dili, yang meninggal dalam usia 46 tahun karena TBC. Sejak ditinggal sang suami yang menikahinya pada 1977, Martina berusaha sendiri untuk menghidupi lima anaknya. Dia berjualan sayur dan kue-kue jajanan tradisional di pasar. Rumah Martina dibangun kembali dari awal saking kondisinya yang sangat tidak layak huni. Sudah hampir tiga tahun dinding-dinding rumah yang dibangun pada 2007 itu ambrol. Tidak ada lagi yang berbentuk.

Agar lima anaknya terhindar dari terik matahari dan hujan, Martina memasang tripleks dan terpal di sekeliling rumah. Tripleks di bagian dalam dan terpal di bagian luar. Untunglah bagian atap masih utuh. Rumah itu dibangun pada 2003 di atas tanah yang dibeli dari hasil pinjaman dengan harga Rp1,5 juta. Sebelum tinggal di Dusun Manubaun, Desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT, Martina dan keluarga hidup di kamp pengungsian di Desa Tenukiik, Atambua.

Mendiang Samcho Da Costa yang juga pernah bertugas sebagai Babinsa di Kodim 1633/Ainaro dimakamkan di Ainaro, sekitar 80 kilometer sebelah timur Dili. Setiap bulan Martina menerima tunjangan beras dan pensiun suaminya sebesar Rp1,2 juta. Uang sebesar itu tidak cukup untuk membiayai hidup dan sekolah anak-anaknya. Untunglah, beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) rutin membagikan beras, uang, dan perabot rumah tangga yang diperlukan warga di Manubaun.

Martina sudah sangat bersyukur meski semua anaknya hanya lulus sekolah dasar (SD). Kini dua dari lima anaknya sudah bekerja dan berkeluarga. Salah satunya menjadi anggota satuan pengaman di Dili. Putranya itu pulang hanya setahun sekali ke Atambua. Anak paling kecil berusia 25 tahun dan sudah membantunya bekerja berjualan hasil bumi.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8768 seconds (0.1#10.140)