Tiga Calon dan Pilkada DKI

Sabtu, 24 September 2016 - 08:56 WIB
Tiga Calon dan Pilkada DKI
Tiga Calon dan Pilkada DKI
A A A
Munculnya tiga pasangan calon gubernur-wakil gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 akan membuat persaingan politik makin ketat. Hal ini harus diantisipasi agar tidak sampai menjadi konflik horizontal yang bisa mengancam stabilitas nasional.

Tadi malam secara resmi Koalisi Partai Gerindra dan PKS mengusung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Pasangan ini menjadikan Pilkada DKI 2017 akan diikuti tiga pasangan calon. Selain Anies dan Sandiaga, dua pasangan lain adalah petahana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wagub Djarot Saiful Hidayat, serta pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Pasangan Ahok-Djarot diusung oleh koalisi PDIP, Hanura, Golkar dan NasDem, sedangkan pasangan Agus-Sylviana diusung Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB.

Hadirnya tiga pasangan calon dalam Pilkada DKI adalah sebuah kejutan. Karena sebelumnya ada keinginan Koalisi Kekeluargaan (Gerindra, PKS, Demokrat, PPP, PAN, dan PKB) untuk memunculkan satu kandidat dalam menghadapi Ahok. Namun, ternyata berbagai lobi antarelite partai dalam Koalisi Kekeluargaan itu gagal mewujudkan satu calon.

Terlepas dari dinamika politik di balik munculnya tiga calon tersebut, kita bisa mengambil hikmahnya secara positif. Demokrasi telah berjalan baik. Perbedaan pendapat adalah sesuatu yang wajar dan wajib kita hormati. Adanya tiga calon bisa dimaknai sebagai berkah yang memunculkan banyak pilihan bagi masyarakat Jakarta untuk memilih calon terbaiknya.

Meski hanya lingkup gubernur, Pilkada DKI tak bisa disamakan dengan pesta demokrasi di daerah lain. Apa yang terjadi di Jakarta akan menjadi contoh dan menjadi barometer politik bagi daerah lain. Tak mengherankan jika nuansa politik yang muncul dalam pilkada DKI seperti pemilihan presiden (pilpres). Hal ini tak lepas dari hadirnya tiga tokoh senior politik Indonesia yang terjun langsung dan mengawal kandidatnya di pilkada DKI. Mereka adalah Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden RI Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum PDIP yang merupakan Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri, dan Ketua Umum Gerindra yang sempat menjadi calon presiden pada Pilpres 2014 Prabowo Subianto.

Ikut campur tangannya tiga tokoh politik senior Tanah Air ini jelas akan berpengaruh pada peningkatan suhu politik nasional. Karena itu, masing-masing pihak harus berkomitmen untuk tetap menjaga sportivitas. Para kandidat harus bertarung secara fair dengan mematuhi setiap aturan yang ada.

Siapa yang memiliki kans besar? Masing-masing kandidat memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga semua calon pasangan memiliki kesempatan yang sama dalam memenangi ”peperangan”. Incumbent Ahok kita tahu memang lebih diunggulkan oleh hasil survei. Namun, munculnya nama Anies Baswedan dan Agus Harimurti juga patut diperhitungkan. Anies, yang memiliki tingkat popularitas tinggi dan pengalamannya dalam memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa waktu lalu bisa menjadi modal besar untuk meraih simpati publik Jakarta. Ditambah lagi sosoknya yang cerdas, santun, sederhana akan menjadi modal besar bagi Anies untuk mengalahkan Ahok yang dikenal ”temperamental dan kasar”.

Di sisi lain, keberadaan Agus yang merupakan putra sulung SBY, dinilai memiliki peluang besar dalam merebut kursi gubernur DKI. Sosok Agus yang muda, perwira TNI, rupawan, cerdas, dan berprestasi, bukan merupakan modal yang sedikit. Agus bisa mendapat suara dengan warisan nama besar ayahnya, SBY. Belum lagi SBY yang tentunya akan berjuang secara all out untuk memenangkan putra sulungnya. Sebagai ahli strategi, SBY pasti juga sudah menghitung berbagai kemungkinan politik secara detail saat menyodorkan nama Agus. Ingat, sebagai sosok yang pernah memimpin negara ini 10 tahun, SBY masih banyak memiliki pengaruh.

Intinya, semua harus berkomitmen untuk tetap bertarung secara sehat dan menghindari intrik-intrik buruk seperti melakukan black campaign. Selain itu, politik SARA juga harus dihindari karena sangat membahayakan stabilitas bangsa. Siapa pun yang menang nantinya wajib kita hormati. Sekarang saatnya kita menyerahkan pilihan sepenuhnya kepada masyarakat Jakarta. Tentu masyarakat Jakarta akan memilih kandidat yang dinilainya bisa membawa Ibu Kota menuju kota metropolitan yang maju, nyaman, aman, dan bermartabat.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5523 seconds (0.1#10.140)