Inspirasi dari London

Senin, 09 Mei 2016 - 10:14 WIB
Inspirasi dari London
Inspirasi dari London
A A A
KEMENANGAN Sadiq Khan, politikus keturunan Pakistan dalam pemilihan Wali Kota London menjadi berita besar di seluruh dunia. Tak terkecuali di Jakarta yang sedang lengang karena mayoritas warganya sedang menikmati libur panjang di luar kota.

Sosok Sadiq yang sederhana dan apa adanya menjadi daya tarik tersendiri dari kemenangan bersejarah di pemilihan wali kota London itu. Warga London atau akrab disebut Londoners memberi kepercayaan kepada Sadiq dengan 57% suara. Saingan berat Sadiq, Zac Goldsmith dari kubu konservatif, hanya mendapatkan sokongan 38% suara.

Sadiq tercatat sebagai warga muslim pertama yang terpilih sebagai wali kota ibu kota negeri Ratu Elizabeth II ini. Karena statusnya sebagai warga muslim keturunan Pakistan itulah Sadiq menjadi sasaran empuk lawan-lawan politiknya selama kampanye pemilihan wali kota.

Pengacara spesialis hak asasi manusia (HAM) ini dicap sebagai penganut paham radikal yang berbahaya. Secara terang-terangan serangan itu dilontarkan pesaingnya, Zac Goldsmith.

Perdana Menteri Inggris David Cameron pun mengekspresikan ketidaksukaan kepada Sadiq dengan alasan yang sama. Sadiq menangkis serangan-serangan itu dengan tegas dan tuduhan itu datang dari mereka yang mengalami Islamofobia.

Tak mau terpancing dengan pancingan lawan, anak pasangan sopir bus dan tukang jahit ini pun tetap fokus mengampanyekan visi dan misinya untuk memperjuangkan persamaan hak bagi seluruh warga London tanpa kecuali.

Sebagai anak keluarga pendatang yang hidupnya pas-pasan, Sadiq paham benar bagaimana perjuangan menjadi warga London. Karena itu, muncul tekad yang kuat dalam dirinya untuk memerangi segala bentuk diskriminasi bagi warga kota.

Visinya yang sederhana yaitu memperjuangkan kesempatan yang sama bagi seluruh warga London atas perumahan yang layak, pekerjaan yang memadai, transportasi publik yang modern dan aman, serta lingkungan yang sehat dan bersih ternyata sangat mengena.

Sebaliknya, Zac Goldsmith terjebak pada isu-isu agama (di sini SARA) yang ternyata sangat kontraproduktif. Sadiq adalah harapan baru warga London yang ingin ada perubahan.

Tentu ini bukan hal yang mudah bagi politikus Partai Buruh ini. Meski demikian, Sadiq bukanlah orang karbitan. Karier politiknya di Partai Buruh lumayan cemerlang.

Dia terpilih menjadi anggota parlemen mewakili wilayah tempat kelahirannya di London Selatan. Pengalamannya sebagai pembela dalam kasus-kasus hak asasi manusia juga memberi kontribusi besar dalam sikap politik dan ketangguhan diri sebagai pemimpin.

Namun, nada minor tetap menyertai kemenangan Sadiq, terutama sikapnya terhadap perkawinan sejenis. Di Inggris isu ini masih tergolong sensitif dan potensial dimanfaatkan lawan-lawan politik untuk memecah konsentrasinya memenuhi janji kampanye kepada warga London.

Sadiq memang bukan warga minoritas pertama yang terpilih menjadi pemimpin di Eropa. Sebelumnya ada nama Ahmed Aboutaleb, muslim kelahiran Maroko yang dipercaya memimpin Rotterdam, salah satu kota besar di Belanda.

Di belahan dunia lain ada Wali Kota Calgary Kanada Naheed Nenshi yang keturunan India dan Dr M Saud Anwar sebagai Wali Kota South Windsor, Amerika Serikat (AS), yang berdarah Pakistan.

Di Australia pun ada kaum minoritas muslim yang terpilih sebagai Wali Kota Liverpool, New South Wales, Need Mannoun. Need adalah keturunan Lebanon.

Kemenangan Sadiq di London menunjukkan bahwa isu-isu terkait agama bukan lagi faktor yang paling menentukan dalam pemilihan pemimpin politik. Masyarakat London dan sejumlah negara lain lebih melihat visi dan misi, program, serta kemampuan calon daripada faktor-faktor lain.

Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah ditetapkannya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden RI bisa dianggap sebagai bagian dari fenomena itu?

Atau kita mesti menunggu pertarungan sesungguhnya di Pilkada DKI 2018 nanti? Yang pasti kisah kemenangan Sadiq Khan di London akan menjadi inspirasi bagi kaum minoritas di mana pun bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama menjadi pemimpin.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0710 seconds (0.1#10.140)