PDIP: Bangun Bangsa Harus Kolektif, Tak Bisa Perorangan
A
A
A
SLEMAN - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan pendidikan kader yang terus dilakukan partainya bertujuan untuk menanamkan semangat kolektivitas.
Dengan pemahaman dan semangat kolektif itu, kata dia, kader yang ditugaskan partai untuk duduk di eksekutif maupun di legislatif memiliki kesadaran membangun bangsa dengan cara gotong royong atau dengan kolektivitas.
"Tidak bisa membangun suatu pemerintahan, baik itu di daerah jika dilakukan dengan perseorangan," kata Hasto saat memberikan pidato pengarahan dalam acara Pendidikan Kader Pratama DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta dengan tema Membangun Kader Ideologis dan Militan untuk Mewujudkan Tri Sakti berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945, di Wisma Sejahtera III, Sleman, Yogyakarta, Jumat (1/4/2016).
Sebagai partai ideologis, kata Hasto, sudah tentu dalam menghadapi setiap hajatan demokrasi menggunakan jalan kepartaian karena secara moral dan secara ideologis bisa dipertanggungjawabkan.
Hasto menegaskan, apa yang menjadi prinsip partainya bukan berarti antiterhadap perseorangan mengingat hal itu sudah diatur dalam konstitusi. Terhadap adanya fenomena perseorangan, kata dia, PDIP menganggap sebagai otokritik.
"Tetapi kami meyakini bahwa jalan kepartaian itulah yang selama ini punya sejarah panjang bisa melahirkan pemimpin dari generasi ke generasi," ujarnya.
"Bagi PDI Perjuangan, kami percaya melalui demokrasi kepartaian inilah bisa berjuang memperjuangkan ideologi. Namun begitu, kita menghormati mereka yang memilih jalur perseorangan," tambah Hasto.
Dia mengatakan sebagai gambaran atas keberhasilan PDIP dalam melahirkan pemimpin, di tingkat nasional yakni Presdien Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Kemudian, di tingkat daerah, dari 10 kepala daerah yang tingkat keterpilihannya di atas 80%, sembilan di antaranya diusung oleh PDIP, yakni Kabupaten Ngawi, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Banyuwangi, Bandarlampung, Kota Surabaya, Sukoharjo, dan Kota Denpasar.
"Dari mereka itulah kita patut belajar bahwa kita prinsipnya membangun bangsa ini dnegan kolektif kegotong royongan, bukan dari individu per individu," tukasnya.
Berdasarkan prinsip itu, sambung dia, PDIP sebagai partai ideologis yang diharapkan tetap bisa menjadi penjaga kebangsaan dan kebhinekaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mengedepankan kolektivitas dan semangat gotong royong.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DIY, Eko Suwanto menyambut program kerja DPP PDIP yang memprioritaskan pendidikan dan pelatihan kader kita sambut gembira.
"Kita sampaikan terima kasih Yogja dipercaya menjadi salah satu tempat Sekolah Partai dengan lahan 35.000 m2 di Bantul yang akan didukung sistem pendidikan, kurikulum, perpustakaan dan pengajar yang bagus. Ini bukti komitmen Partai dalam mempersiapkan kader yang ideologis dan militan sehingga mampu berjuang menyatu dengan rakyat baik yang di struktur partai, lembaga legislatif maupun eksekutif," tutur Eko Suwanto, politikus muda PDIP DIY.
Sebagai partai ideologis yang lahir dari perjuangan rakyat, kata Eko, PDIP terus melahirkan kader yang mempraktikan ajaran-ajaran Bung Karno.
Adapun ajaran tersebut antara lain hidup mengabdi, jujur, melayani rakyat serta tegas antikorupsi untuk bersama-sama rakyat kembangkan sikap mental zero tolerance for corruption dalam segala kehidupan bangsa khususnya dalam mengelola APBN dan APBD.
"Kaderisasi menjadi kunci keberhasilan kader," kata Eko Suwanto.
Dengan pemahaman dan semangat kolektif itu, kata dia, kader yang ditugaskan partai untuk duduk di eksekutif maupun di legislatif memiliki kesadaran membangun bangsa dengan cara gotong royong atau dengan kolektivitas.
"Tidak bisa membangun suatu pemerintahan, baik itu di daerah jika dilakukan dengan perseorangan," kata Hasto saat memberikan pidato pengarahan dalam acara Pendidikan Kader Pratama DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta dengan tema Membangun Kader Ideologis dan Militan untuk Mewujudkan Tri Sakti berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945, di Wisma Sejahtera III, Sleman, Yogyakarta, Jumat (1/4/2016).
Sebagai partai ideologis, kata Hasto, sudah tentu dalam menghadapi setiap hajatan demokrasi menggunakan jalan kepartaian karena secara moral dan secara ideologis bisa dipertanggungjawabkan.
Hasto menegaskan, apa yang menjadi prinsip partainya bukan berarti antiterhadap perseorangan mengingat hal itu sudah diatur dalam konstitusi. Terhadap adanya fenomena perseorangan, kata dia, PDIP menganggap sebagai otokritik.
"Tetapi kami meyakini bahwa jalan kepartaian itulah yang selama ini punya sejarah panjang bisa melahirkan pemimpin dari generasi ke generasi," ujarnya.
"Bagi PDI Perjuangan, kami percaya melalui demokrasi kepartaian inilah bisa berjuang memperjuangkan ideologi. Namun begitu, kita menghormati mereka yang memilih jalur perseorangan," tambah Hasto.
Dia mengatakan sebagai gambaran atas keberhasilan PDIP dalam melahirkan pemimpin, di tingkat nasional yakni Presdien Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Kemudian, di tingkat daerah, dari 10 kepala daerah yang tingkat keterpilihannya di atas 80%, sembilan di antaranya diusung oleh PDIP, yakni Kabupaten Ngawi, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Banyuwangi, Bandarlampung, Kota Surabaya, Sukoharjo, dan Kota Denpasar.
"Dari mereka itulah kita patut belajar bahwa kita prinsipnya membangun bangsa ini dnegan kolektif kegotong royongan, bukan dari individu per individu," tukasnya.
Berdasarkan prinsip itu, sambung dia, PDIP sebagai partai ideologis yang diharapkan tetap bisa menjadi penjaga kebangsaan dan kebhinekaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mengedepankan kolektivitas dan semangat gotong royong.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DIY, Eko Suwanto menyambut program kerja DPP PDIP yang memprioritaskan pendidikan dan pelatihan kader kita sambut gembira.
"Kita sampaikan terima kasih Yogja dipercaya menjadi salah satu tempat Sekolah Partai dengan lahan 35.000 m2 di Bantul yang akan didukung sistem pendidikan, kurikulum, perpustakaan dan pengajar yang bagus. Ini bukti komitmen Partai dalam mempersiapkan kader yang ideologis dan militan sehingga mampu berjuang menyatu dengan rakyat baik yang di struktur partai, lembaga legislatif maupun eksekutif," tutur Eko Suwanto, politikus muda PDIP DIY.
Sebagai partai ideologis yang lahir dari perjuangan rakyat, kata Eko, PDIP terus melahirkan kader yang mempraktikan ajaran-ajaran Bung Karno.
Adapun ajaran tersebut antara lain hidup mengabdi, jujur, melayani rakyat serta tegas antikorupsi untuk bersama-sama rakyat kembangkan sikap mental zero tolerance for corruption dalam segala kehidupan bangsa khususnya dalam mengelola APBN dan APBD.
"Kaderisasi menjadi kunci keberhasilan kader," kata Eko Suwanto.
(dam)