Kereta Cepat dan Optimalisasi Potensi Bandung Raya
A
A
A
Prima Mulyasari Agustini
Peneliti pada Pusat Studi
Komunikasi dan Bisnis Pascasarjana
Universitas Mercu Buana Jakarta
DI BALIK serunya perdebatan mengenai pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, tentu kita harus serius menyoroti potensi dari rencana pembangunan ini. Rencana besar pemerintah untuk membangun transportasi massal yang andal, aman, dan nyaman menciptakan konektivitas cepat Jakarta-Bandung, serta membangun kawasan sentra ekonomi baru dilakukan merupakan target yang menarik melalui pembangunan kereta cepat ini. Program ini akan berdampak besar bagi pengembangan industri, perdagangan, dan pariwisata di koridor Jakarta-Bandung. Proyek ini terkait visi pemerintah mengenai modernisasi transportasi publik.
Pembangunan sistem transportasi massal ini tentu salah satu tujuannya agar tidak sampai kondisinya seperti Jakarta. Ingat Jakarta, pasti ingat macet. Inilah bukti jika infrastruktur dan moda transportasi tidak dibangun sebelum kebutuhan sangat mendesak. Pembangunan sarana transportasi publik harus dipikirkan jangka panjang dan terintegrasi, apalagi magnet pertumbuhan ekonomi selalu berada di kota-kota besar.
Andai saja MRT di Jakarta telah dibangun sebelum kebutuhan mendesak, tentu masalah kemacetan Jakarta bisa diatasi segera. Pepatah ”sedia payung sebelum hujan” tampaknya berlaku juga dalam pengelolaan transportasi di negeri ini, yang memiliki penduduk sekitar 250 juta jiwa. Jika transportasi publik tak dibenahi hari ini, lima tahun ke depan akan terjadi stagnasi dan semakin lambatnya distribusi logistik ke kota-kota di seluruh Indonesia, terutama Jawa.
Kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan awal pembangunan sistem kereta cepat di Pulau Jawa. Rencananya akan dilanjutkan dengan pembangunan kereta cepat sepanjang jalur Cirebon, Semarang, Surabaya, hingga Banyuwangi. Kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 km akan beroperasi pada 2019 akan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara dan belahan bumi bagian selatan.
Kereta cepat ini dibangun bersamaan dengan pembangunan kota baru Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi) yang akan menjadi urban city baru, seiring perkembangan di Jabodetabek. Untuk koridor Jakarta-Bandung, rencananya stasiun dan depo dimulai dari Halim, Karawang, Walini, dan berakhir di Tegal Luar, yang sebagian besar akan menggunakan jalur jalan tol. Rute Jakarta-Bandung dipilih untuk dilaksanakan terlebih dahulu karena dinilai pemerintah paling siap, baik dari sisi lahan, sisi bisnis, dan kelayakan secara holistik. Dengan beroperasinya kereta cepat, akses daerah terisolasi di sekitar Jawa Barat yang masih menjadi kantong kemiskinan diharapkan dapat memperoleh kesempatan kerja dan berwirausaha yang lebih luas.
***
Pembangunan kereta cepat harus mengutamakan tenaga kerja lokal dan menggunakan bahan-bahan lokal. Proyek ini diprediksi bisa menciptakan lapangan kerja baru hingga 25 tahun mendatang yang mencapai 40.000-an pekerja. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak sekitar Rp7 triliun per tahun selama 15 tahun.
Yang terpenting, kereta cepat akan mengurangi kemacetan lalu lintas dan mempercepat waktu tempuh, serta mengurangi pemborosan bahan bakar karena macet. Pada awal pembukaan tol Cipularang, waktu tempuh Jakarta-Bandung bisa 1,5-2 jam. Kini dengan kecepatan normal bisa 3-4 jam dan seringkali jika long weekend bisa mencapai 8 jam lebih. Tak heran kemacetan acapkali terjadi karena pengguna tol Cipularang telah mencapai 140.000 kendaraan per hari.
Di sisi lain, pengembangan kota baru Walini menjadi kawasan pendidikan dan riset nasional, serta agrowisata juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi koridor Jakarta-Bandung. Penciptaan sentra ekonomi baru di kawasan ini akan menumbuhkan bisnis baru terutama sektor usaha menengah kecil mikro (UMKM) dengan ada kegiatan bisnis di sekitar stasiun dan kompleks komersial baru. Kereta cepat juga akan mendukung pengembangan Gede Bage sebagai area perusahaan teknologi dan riset seperti yang dicanangkan wali Kota Bandung dengan konsep Bandung Technopolis.
Bandung Technopolis adalah sebuah wilayah modern baru yang memiliki konsep di mana tempat kerja, tempat tinggal, dan tempat rekreasi berada dalam satu wilayah. Pemkot Bandung yang berencana membangun Bandung Technopolis di kawasan baru Gede Bage dengan lahan sekitar 800 ha dikhususkan untuk mewadahi individu yang pakar dan ingin mengembangkan bisnis di bidang teknologi informasi. Megaproyek central business district berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
Konsep technopolis merupakan sumbangan Bandung untuk kemajuan negeri ini sehingga diharapkan Gede Bage dapat menumbuhkan geliat investasi di sektor teknologi informasi dan komunikasi. Untuk meningkatkan konektivitas transportasi ke Gede Bage, saat ini telah dilakukan groundbreaking pembangunan akses tol Gedebade dari pintu keluar tol Padaleunyi di Km 149. Jalan akses ini direncanakan menjadi bagian jalan tol Bandung Intra Urban Toll Road. Ke depan pengembangan kawasan Bandung Raya yang dikenal dengan konsep Smart City ini tidak saja memerlukan jalan tol, tapi juga akan semakin membutuhkan akses kereta cepat, yang menghubungkan ibu kota negara dan ibu kota provinsi.
***
Modernisasi transportasi strategis akan mendukung akses negara lain melihat Indonesia. Agar mendapatkan keunggulan bersaing dalam era berbisnis yang semakin ketat, tak dapat dielakkan kebutuhan kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai moda transportasi modern yang aman dan andal perlu segera diimplementasikan.
Keberadaan kereta cepat akan semakin mengoptimalkan potensi Bandung Raya, baik di sisi industri, perdagangan, pariwisata, pendidikan, teknologi informasi, sumber daya manusia, maupun sebagainya. Bandung Raya akan membuka mata dunia bahwa Indonesia negara yang patut diperhitungan dalam berbagai sektor. Akses kereta cepat akan menyegerakan Bandung Raya berkontribusi menjadi akses dunia untuk menjangkau Indonesia.
Peneliti pada Pusat Studi
Komunikasi dan Bisnis Pascasarjana
Universitas Mercu Buana Jakarta
DI BALIK serunya perdebatan mengenai pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, tentu kita harus serius menyoroti potensi dari rencana pembangunan ini. Rencana besar pemerintah untuk membangun transportasi massal yang andal, aman, dan nyaman menciptakan konektivitas cepat Jakarta-Bandung, serta membangun kawasan sentra ekonomi baru dilakukan merupakan target yang menarik melalui pembangunan kereta cepat ini. Program ini akan berdampak besar bagi pengembangan industri, perdagangan, dan pariwisata di koridor Jakarta-Bandung. Proyek ini terkait visi pemerintah mengenai modernisasi transportasi publik.
Pembangunan sistem transportasi massal ini tentu salah satu tujuannya agar tidak sampai kondisinya seperti Jakarta. Ingat Jakarta, pasti ingat macet. Inilah bukti jika infrastruktur dan moda transportasi tidak dibangun sebelum kebutuhan sangat mendesak. Pembangunan sarana transportasi publik harus dipikirkan jangka panjang dan terintegrasi, apalagi magnet pertumbuhan ekonomi selalu berada di kota-kota besar.
Andai saja MRT di Jakarta telah dibangun sebelum kebutuhan mendesak, tentu masalah kemacetan Jakarta bisa diatasi segera. Pepatah ”sedia payung sebelum hujan” tampaknya berlaku juga dalam pengelolaan transportasi di negeri ini, yang memiliki penduduk sekitar 250 juta jiwa. Jika transportasi publik tak dibenahi hari ini, lima tahun ke depan akan terjadi stagnasi dan semakin lambatnya distribusi logistik ke kota-kota di seluruh Indonesia, terutama Jawa.
Kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan awal pembangunan sistem kereta cepat di Pulau Jawa. Rencananya akan dilanjutkan dengan pembangunan kereta cepat sepanjang jalur Cirebon, Semarang, Surabaya, hingga Banyuwangi. Kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 km akan beroperasi pada 2019 akan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara dan belahan bumi bagian selatan.
Kereta cepat ini dibangun bersamaan dengan pembangunan kota baru Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi) yang akan menjadi urban city baru, seiring perkembangan di Jabodetabek. Untuk koridor Jakarta-Bandung, rencananya stasiun dan depo dimulai dari Halim, Karawang, Walini, dan berakhir di Tegal Luar, yang sebagian besar akan menggunakan jalur jalan tol. Rute Jakarta-Bandung dipilih untuk dilaksanakan terlebih dahulu karena dinilai pemerintah paling siap, baik dari sisi lahan, sisi bisnis, dan kelayakan secara holistik. Dengan beroperasinya kereta cepat, akses daerah terisolasi di sekitar Jawa Barat yang masih menjadi kantong kemiskinan diharapkan dapat memperoleh kesempatan kerja dan berwirausaha yang lebih luas.
***
Pembangunan kereta cepat harus mengutamakan tenaga kerja lokal dan menggunakan bahan-bahan lokal. Proyek ini diprediksi bisa menciptakan lapangan kerja baru hingga 25 tahun mendatang yang mencapai 40.000-an pekerja. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak sekitar Rp7 triliun per tahun selama 15 tahun.
Yang terpenting, kereta cepat akan mengurangi kemacetan lalu lintas dan mempercepat waktu tempuh, serta mengurangi pemborosan bahan bakar karena macet. Pada awal pembukaan tol Cipularang, waktu tempuh Jakarta-Bandung bisa 1,5-2 jam. Kini dengan kecepatan normal bisa 3-4 jam dan seringkali jika long weekend bisa mencapai 8 jam lebih. Tak heran kemacetan acapkali terjadi karena pengguna tol Cipularang telah mencapai 140.000 kendaraan per hari.
Di sisi lain, pengembangan kota baru Walini menjadi kawasan pendidikan dan riset nasional, serta agrowisata juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi koridor Jakarta-Bandung. Penciptaan sentra ekonomi baru di kawasan ini akan menumbuhkan bisnis baru terutama sektor usaha menengah kecil mikro (UMKM) dengan ada kegiatan bisnis di sekitar stasiun dan kompleks komersial baru. Kereta cepat juga akan mendukung pengembangan Gede Bage sebagai area perusahaan teknologi dan riset seperti yang dicanangkan wali Kota Bandung dengan konsep Bandung Technopolis.
Bandung Technopolis adalah sebuah wilayah modern baru yang memiliki konsep di mana tempat kerja, tempat tinggal, dan tempat rekreasi berada dalam satu wilayah. Pemkot Bandung yang berencana membangun Bandung Technopolis di kawasan baru Gede Bage dengan lahan sekitar 800 ha dikhususkan untuk mewadahi individu yang pakar dan ingin mengembangkan bisnis di bidang teknologi informasi. Megaproyek central business district berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
Konsep technopolis merupakan sumbangan Bandung untuk kemajuan negeri ini sehingga diharapkan Gede Bage dapat menumbuhkan geliat investasi di sektor teknologi informasi dan komunikasi. Untuk meningkatkan konektivitas transportasi ke Gede Bage, saat ini telah dilakukan groundbreaking pembangunan akses tol Gedebade dari pintu keluar tol Padaleunyi di Km 149. Jalan akses ini direncanakan menjadi bagian jalan tol Bandung Intra Urban Toll Road. Ke depan pengembangan kawasan Bandung Raya yang dikenal dengan konsep Smart City ini tidak saja memerlukan jalan tol, tapi juga akan semakin membutuhkan akses kereta cepat, yang menghubungkan ibu kota negara dan ibu kota provinsi.
***
Modernisasi transportasi strategis akan mendukung akses negara lain melihat Indonesia. Agar mendapatkan keunggulan bersaing dalam era berbisnis yang semakin ketat, tak dapat dielakkan kebutuhan kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai moda transportasi modern yang aman dan andal perlu segera diimplementasikan.
Keberadaan kereta cepat akan semakin mengoptimalkan potensi Bandung Raya, baik di sisi industri, perdagangan, pariwisata, pendidikan, teknologi informasi, sumber daya manusia, maupun sebagainya. Bandung Raya akan membuka mata dunia bahwa Indonesia negara yang patut diperhitungan dalam berbagai sektor. Akses kereta cepat akan menyegerakan Bandung Raya berkontribusi menjadi akses dunia untuk menjangkau Indonesia.
(poe)