Reshuffle Jilid 2 dan Kepercayaan Diri Jokowi

Sabtu, 07 November 2015 - 07:15 WIB
Reshuffle Jilid 2 dan Kepercayaan Diri Jokowi
Reshuffle Jilid 2 dan Kepercayaan Diri Jokowi
A A A
HENDRI SATRIO
Dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina

SATU tahun sudah umur Kabinet Kerja. Masih segar di ingatan saya saat sore hari Presiden dan Wakil Presiden berjalan cepat dan gagah menuju podium di halaman Istana tempat diumumkannya komposisi Kabinet Kerja.

”Kabinet baru sudah terbentuk dan kita beri nama Kabinet Kerja,” kata Presiden Jokowi tahun lalu. Presiden menambahkan bahwa proses penempatan menteri dilakukan dengan hati-hati dan cermat. Tercatat dua kali Presiden mengulang kata hati-hati dan cermat dalam pidato awal sore itu.

Saat itu Presiden Jokowi membuat sejarah baru kepemimpinannya di negara ini. Presiden saat itu mengharapkan kabinet yang dipimpinnya itu akan menjadi pembantu loyal hingga beliau menyelesaikan mandat sebagai presiden Republik Indonesia.

Presiden pernah satu kali melakukan reshuffle kabinet. Walaupun tidak semua pihak puas dengan penggantian itu, namun langkah reshuffle kala kabinet belum berumur satu tahun mendapat apresiasi yang luar biasa dari rakyat Indonesia.

Namun, walau banyak yang mengapresiasi, tidak sedikit yang menilai perombakan itu hanya seperti memberikan obat penurun panas saat negara sedang demam.

Saya sendiri menilai perombakan kabinet jilid pertama sangat tepat. Alasannya bukan hanya karena sesuai dengan hasil survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), tapi saat itu Presiden dengan jitu memilah pembantunya saat keadaan negara membutuhkan penyegaran.

Perombakan atau reshuffle kabinet memang hak prerogatif Presiden. Namun, saya menilai perombakan jilid pertama Kabinet Kerja yang lalu merupakan bentuk kepercayaan diri Presiden yang semakin tinggi.

Pemilihan Rizal Ramli dan Thomas Lembong adalah bentuk kepercayaan diri Presiden dalam memutuskan siapa menterinya.

Saya tidak setuju dengan pendapat sebagian orang yang menyatakan bahwa kepercayaan diri Presiden belum tinggi lantaran tidak berani mengganti Menko PMK Puan Maharani. Saya rasa ini hal berbeda.

Penggantian Menko PMK belum dapat diartikan sebagai bentuk ketidakpercayaan diri Presiden. Menko PMK memiliki keunggulan nilai politis dibandingkan menteri lain. Hal ini membuat Presiden harus menjaga keunggulan nilai politis tetap dalam kabinet untuk meminimalisasi kegaduhan dan menjaga dukungan politik.

Kepercayaan diri memang jadi sentral bagi Presiden Jokowi. Kepercayaan diri akan memudahkan dirinya untuk bergerak dan menjalankan pemerintahan di tengah tuduhan keras bahwa dirinya tidak bisa lepas dari pengaruh tokoh lainnya.

***

Saat ini desakan dari masyarakat untuk merombak kembali Kabinet Kerja kembali menguat. Hal ini disebabkan citra beberapa menteri Jokowi yang dianggap belum bisa mengerti visi Presiden. Ditambah lagi banyak persoalan di masyarakat seperti asap, harga barang tinggi, bahan bakar minyak (BBM) mahal, dan ancaman invasi asing yang menggerogoti kepuasan masyarakat terhadap Jokowi.

Saat ini Jokowi memang memiliki menteri yang dicitrakan loyal kepada dirinya seperti Pratikno, Luhut Pandjaitan, dan Bambang Brodjonegoro atau menteri yang kerap jadi media darling seperti Susi Pudjiastuti dan Anies Baswedan, namun tampaknya komposisi saat ini belum memuaskan pasar.

Hasil survei nasional lembaga survei KedaiKOPI menyebutkan faktor menteri tidak bekerja menjadi poin yang menurunkan citra Presiden di masyarakat dan dianggap menjadi faktor penghambat program kerja Jokowi-JK. Hasil survei KedaiKOPI lainnya menghasilkan dukungan bagi Presiden untuk merombak Kabinet Kerja.

Bila dilihat dari hasil survei itu, seharusnya Presiden makin percaya diri dalam merombak kabinetnya. Citra Kabinet Kerja yang sering tidak satu suara harus segera diakhiri. Presiden harus memilih menteri yang cerdas, berani, juga loyal kepada dirinya.

Lagipula kegagalan menteri adalah kegagalan Presiden. Tidak ada rezim yang gagal karena ketidakbecusan menteri. Sejarah hanya mencatat Presiden.

Hasil sigi lembaga survei KedaiKOPI memang menginginkan Presiden menambah menteri dari profesional dan akademisi, namun bagi saya tidak ada alasan untuk menghalangi Presiden bila menginginkan menteri dari parpol. Apalagi Jokowi punya stok parpol yang masih fresh pindahan dari KMP.

Saat ini Presiden pada waktu yang tepat untuk merombak kabinetnya sekali lagi agar janji kampanye dapat segera diselesaikan.

Berbagai tantangan yang menyentuh persoalan rakyat secara langsung belum terpecahkan. Kabinet sering membuat gaduh hingga memunculkan persepsi yang tidak tepat di masyarakat.

Ditambah lagi penyerapan anggaran yang belum maksimal dan citra beberapa menteri yang tidak mengeluarkan kebijakan terbaik sesuai Nawacita.

Presiden memang merespons kondisi perekonomian dengan sangat cepat melalui enam kebijakan ekonomi. Namun, Presiden juga perlu memperkuat jajaran menteri teknis yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.

Akankah Presiden jadi merombak kabinetnya lagi?

Presiden sudah punya kepercayaan diri, saya yakin Presiden akan kembali menyusun ulang kabinetnya. Prediksi saya dan dari berbagai survei yang banyak beredar di masyarakat, ada 9-11 menteri yang akan kena rombak Presiden Jokowi.

Rakyat pun tampaknya akan menerima dan memaklumi keputusan Presiden bila ingin merombak kabinetnya. Nah, bila rakyat sudah memaklumi, semua di tangan Bapak Presiden.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6805 seconds (0.1#10.140)