Pelajaran dari Jamarat

Senin, 28 September 2015 - 14:19 WIB
Pelajaran dari Jamarat
Pelajaran dari Jamarat
A A A
Dari segi bahasa, Mina, sering juga disebut muna, berarti tercapainya tujuan. Dalam rangkaian ibadah haji, setelah melaksanakan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah jamaah haji bergerak menuju Mina melalui Muzdalifah.Di tempat ini jamaah haji melakukan mabit. Setelah subuh atau sebelumnya, jamaah melanjutkan perjalanan menuju Mina untuk melontar jumrah (jamak: jamarat) aqabah setelah memasuki waktu duha. Jumrah aqabah yang dilaksanakan pada 10 Zulhijah merupakan rukun haji yang jika tidak dilaksanakan ibadah haji tidak sah. Karena itu, sebagian besar jamaah haji berlomba untuk segera menunaikannya.Beberapa kali musibah terjadi saat jumrah aqabah. Musibah, hidup, dan mati adalah takdir Allah. Tetapi, terlepas dari persoalan takdir, musibah Jamarat potensial terjadi karena beberapa faktor. Pertama, karena kepadatan jamaah yang melontar jumrah dalam waktu relatif bersamaan yaitu waktu duha yang diyakini sebagai waktu yang utama.Kedua, sumur aqabah sebagai tempat melontar jumrah aqabah berbentuk setengah lingkaran sehingga jamaah yang memulai dan selesai melontar jumrah bertabrakan. Ketiga, kondisi psikologis jamaah yang cenderung emosional. Secara spiritual jamaah begitu emosional karena rangkaian ibadahnya sudah sah, sementara akibat berdesakan dengan banyak jamaah, mereka kehilangan pengendalian diri dan kesabaran.Perjalanan SpiritualMelontar jumrah dilaksanakan pada 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah. Secara spiritual jumrah merupakan simbol dari usaha manusia mengusir setan yang mengganggu dan menghalangi manusia untuk berbakti kepada Allah. Wukuf di Arafah merupakan kontemplasi manusia mencari kesejatian diri, hakikat, dan arah kehidupan. Memahami visi kehidupan merupakan bekal spiritual meraih kejayaan.Tetapi, untuk meraih kejayaan manusia harus melalui jalan yang terjal, mendaki, dan penuh rintangan. Tidak mudah meraih itu. Diperlukan pengorbanan. Inilah yang diisyaratkan dengan jumrah aqabah. Secara bahasa, aqabah berarti jalan kehidupan dan perjuangan yang berat.Alquran menyebutkan lafaz aqabah di dalam surat al-Balad (90): 11- 16: “dan mereka tiara menempuh jalan yang mendaki; aqabah (11) tahukah kamu apakah aqabah itu (12) membebaskan manusia dari perbudakan (13) atau memberi makan pada saat kelaparan (14) menyantuni karibmerawat yang yatim (15) atau menolong kaum miskin yang papa (16)”.Mengusir setan bukan berarti meniadakan setan sebagai makhluk, tetapi menjauhkan diri dari sifat-sifat setan seperti sombong, ujub, kikir, bakhil, boros, suka bermusuhan, mengadu domba, menganiaya, mau menang sendiri, dan sebagainya. Melontar jumrah adalah menghilangkan sifat dan perilaku syaitaniyyah. Sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran, sungguh tidak mudah bagi manusia untuk bisa dan membiasakan diri berbagi kepada sesama.Pelajaran Kehidupan(Seperti biasa) setelah musibah terjadi kita begitu sibuk berdiskusi. Banyak analisis hebat yang melihat musibah Jamarat dari perspektif teologis, psikologis, sosiologis, politik, dan sebagainya. Media sosial ramai oleh kicauan berjuta pemilik Twitter. Sebagian mulai saling menuding, menyalahkan, dan memantik kebencian.Di media sosial beredar kabar bahwa musibah terjadi karena rombongan Raja Salman dengan penuh pengawalan menuju Jamarat sehingga menimbulkan kepanikan. Sebagian menyebutkan ada jamaah Iran yang sengaja menjebol pembatas Jamarat untuk menimbulkan kekacauan.Sebagian kita terpancing oleh provokasi ketegangan politik Iran dan Arab Saudi yang tidak ada hubungannya dengan kita. Sebagian kita terpancing amarah menuding kelompok Syiah sebagai biang keladi tragedi. Sebagian lainnya menyalahkan Pemerintah Arab Saudi yang dinilai tidak mampu menyelenggarakan haji dengan baik.Sungguh perdebatan yang kekanak-kanakan dan kontraproduktif. Kita tidak henti-hentinya menguras energi untuk memperdebatkan ihwal yang superfisial. Musibah Jamarat memang memilukan dan memprihatinkan. Lebih memilukan lagi jika kita terseret dalam arus permusuhan antargolongan. Musibah adalah ujian dan pelajaran hidup dan kehidupan.Yang mati tidak akan kembali. Mereka adalah syuhada yang menyempurnakan perjalanan ruhaniah ke haribaan Tuhan Yang Maha Rahman. Mereka yang terluka mungkin akan cacat sepanjang hayatnya. Karena itu, tidak seharusnya kita saling menyalahkan.Musibah Jamarat adalah pesan Tuhan agar kita senantiasa hidup dengan penuh kearifan. Investigasi menyeluruh dan objektif untuk menjelaskan penyebab musibah mutlak diperlukan agar kejadian yang sama tidak terulang dan musibah terhindarkan pada masa depan.Tetapi, alangkah tidak bijaksana manakala kita bertengkar karena musibah yang penyebabnya belum jelas. Memperkuat persatuan, kerukunan, dan persaudaraan adalah aqabah yang kita perlukan di tengah berbagai kesulitan kehidupan.Abdul Mu'tiSekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6642 seconds (0.1#10.140)