Air Mata Fuad Amin Tumpah di Tengah Persidangan

Kamis, 17 September 2015 - 17:50 WIB
Air Mata Fuad Amin Tumpah...
Air Mata Fuad Amin Tumpah di Tengah Persidangan
A A A
JAKARTA - Mantan Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron tak kuasa menahan tangis saat menceritakan masa kecilnya. Fuad mengaku sejak usia dua tahun telah ditinggal ibunya ke Mekkah.

Fuad menuturkan, sejak ibunya berpisah dengan ayahnya, Kiai Amin pada 1950, ibunya memilih diperistri seorang laki-laki asal Indonesia yang telah menetap dan menjadi warga negara di sana.

"Saya kecil orangtua sudah pisah. Waktu itu umur dua tahun. Kalau tidak salah setelah pemilu pertama, ibu saya pergi ke Mekkah dan menikah dengan orang Indonesia yang sudah jadi warga sana," ujar Fuad Amin Imron di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Dengan nada terdengar merintih, Fuad menceritakan asal muasal hartanya. Fuad mengaku harta yang dimilikinya berasal dari warisan ibunya yang sempat memiliki rumah dan tanah di Mekkah.

Kemudian Tanah dan bangunan milik ibunya tersebut dibeli oleh Pemerintah Saudi Arabia dengan harga yang cukup tinggi dengan alasan bangunan tersebut berada dekat di kawasan pemakaman istri Nabi Muhammad, Ma'la.

"Rumah itu dapat pergantian dari Pemerintah Arab. Ibu saya tidak punya anak lagi dari suaminya. Dan warisan itu diberikan ke saya waktu ibu saya meninggal," tuturnya.

Meski begitu, Fuad yang terdengar logat Maduranya sangat kental itu, enggan menjelaskan sejumlah uang hasil warisan dari ibunya tersebut.

"Uangnya banyak. Saya lupa. Yang saya ingat itu ada di tas sangat besar. Kalau diangkat sama dua orang itu enggak bakal mampu terangkat," jelasnya.

Dihadapan hakim dan penuntut Umum, Fuad Amin mengaku harus menceritkan hal tersebut untuk menjelaskan asal muasal hartanya yang dinilai banyak. Menurut Fuad, sejak kecil dirinya memang hidup berkecukupan.

Dia pun mengaku diangkat anak oleh anak pamannya, Kiai Munir yang menjadi salah satu sahabat presiden pertama, Soekarno atau akrab disapa Bung Karno di Partai Nasional Indonesia (PNI).

"Waktu ibu saya pisah, saya diambil Kiai Munir. Beliau meninggal itu saya diberikan lempengan perak dan emas dari zaman Belanda, itu banyak. Ada satu lemari. Saya juali saja, saya dari kecil tidak pernah berkekurangan. Sepupu saya ada 170 orang, mereka percayakan sama saya, tidak ada yang protes. Sampai sekarang ditahanan, saya makan dari situ," tuturnya lagi.

Selain harta warisan dari keluarganya ini, Fuad juga mengaku kekayaannya tersebut diperoleh dari sumbangan masyarakat pada acara Haul kakeknya, Mbah Kiai Cholil Bangkalan yang digelar setiap tahun.

"Kalau acara Haul itu setiap malam takbiran, paling tidak 10 ribu orang yang menyumbang. Mereka itu menyumbang dari mulai 10 ribu sampai juga ada yang 10 juta. Dan pengelolaannya ini diserahkan ke saya," pungkas Fuad Amin Imron.

Cerita Fuad ini disampaikan saat Ketua DPRD Bangkalan nonaktif ini menjawab pertanyaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK. Fuad mengaku harus bercerita seperti itu karena dia menolak harta yang didakwa kepadanya merupakan hasil kejahatan tindak pidana pencucian uang.

Tak sampai melanjutkan ceritanya, tokoh yang dianggap cukup terpandang di Madura itu akhirnya memilih izin ke toilet kepada hakim. "Saya tidak sanggup mengingat ini," katanya sambil mengusap air mata seraya meninggalkan ruang sidang.

Pilihan:

WNI Disandera, Jokowi Akan Telepon PM Papua Nugini
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5865 seconds (0.1#10.140)