Membangkitkan Ekonomi Maritim
A
A
A
NESIA QURROTA A’YUNI
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah UI,
Kepala Departemen Penulisan
Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya UI
(Universitas Indonesia)
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini sering disamakan dengan kondisi semasa krisis 1998 banyak membuat masyarakat Indonesia panik. Hal tersebut didorong dengan kenaikan nilai dolar Amerika menembus angka Rp14.000 per satu dolarnya.
Namun, hal ini akan tetap menjadi sebuah masalah apabila masyarakat Indonesia selalu merisaukan keadaan tanpa memikirkan solusi yang bisa ditempuh untuk segera melalui keadaan ini. Adapun salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah dengan mengokohkan fondasi ekonominya di sektor maritim.
Seperti yang dikatakan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjojo bahwa sektor maritim dapat menjadi sebuah terobosan dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Hal ini tentunya tidak semata opini belaka, namun juga disertai dengan realita bahwa potensi laut Indonesia diperkirakan mencapai USD1.200 miliar per tahun.
Dengan menyelisik kembali fakta yang ada, menjadikan ekonomi maritim sebagai prime mover (penggerak utama) bagi pembangunan ekonomi Indonesia saat ini bukanlah tanpa alasan. Potensi ekonomi maritim Indonesia tersebar pada wilayah laut seluas 5,8 juta kilometer persegi yang terdiri atas wilayah teritorial sebesar 3,2 juta kilometer persegi dan wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2.
Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, dengan total panjang 81.000 kilometer. Di sisi lain, secara geografis Indonesia sangat diuntungkan dengan berada di antara dua Samudera Pasifik dan Hindia, dan diapit oleh dua benua Asia dan Australia. Hal tersebut tentunya akan menjadi sebuah potensi yang sangat dahsyat untuk diwujudkan menjadi nilai tambah ekonomi.
Dari kondisi dan potensi yang dimiliki Indonesia saat ini, sudah saatnya mengaitkan kedua hal tersebut dalam mencari sebuah solusi atas keadaan yang terjadi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sisi maritimnya, namun seolah-olah hal ini terlupakan orientasi berlebih masyarakat Indonesia terhadap daratan yang justru dapat menanggalkan predikat Indonesia sebagai negara kaya.
Karena itu, dengan tantangan yang akan terus mendatangi Indonesia, kembali membangkitkan ekonomi maritim Indonesia sudah wajar dilakukan oleh banyak masyarakat Indonesia.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah UI,
Kepala Departemen Penulisan
Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya UI
(Universitas Indonesia)
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini sering disamakan dengan kondisi semasa krisis 1998 banyak membuat masyarakat Indonesia panik. Hal tersebut didorong dengan kenaikan nilai dolar Amerika menembus angka Rp14.000 per satu dolarnya.
Namun, hal ini akan tetap menjadi sebuah masalah apabila masyarakat Indonesia selalu merisaukan keadaan tanpa memikirkan solusi yang bisa ditempuh untuk segera melalui keadaan ini. Adapun salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah dengan mengokohkan fondasi ekonominya di sektor maritim.
Seperti yang dikatakan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjojo bahwa sektor maritim dapat menjadi sebuah terobosan dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Hal ini tentunya tidak semata opini belaka, namun juga disertai dengan realita bahwa potensi laut Indonesia diperkirakan mencapai USD1.200 miliar per tahun.
Dengan menyelisik kembali fakta yang ada, menjadikan ekonomi maritim sebagai prime mover (penggerak utama) bagi pembangunan ekonomi Indonesia saat ini bukanlah tanpa alasan. Potensi ekonomi maritim Indonesia tersebar pada wilayah laut seluas 5,8 juta kilometer persegi yang terdiri atas wilayah teritorial sebesar 3,2 juta kilometer persegi dan wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2.
Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, dengan total panjang 81.000 kilometer. Di sisi lain, secara geografis Indonesia sangat diuntungkan dengan berada di antara dua Samudera Pasifik dan Hindia, dan diapit oleh dua benua Asia dan Australia. Hal tersebut tentunya akan menjadi sebuah potensi yang sangat dahsyat untuk diwujudkan menjadi nilai tambah ekonomi.
Dari kondisi dan potensi yang dimiliki Indonesia saat ini, sudah saatnya mengaitkan kedua hal tersebut dalam mencari sebuah solusi atas keadaan yang terjadi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sisi maritimnya, namun seolah-olah hal ini terlupakan orientasi berlebih masyarakat Indonesia terhadap daratan yang justru dapat menanggalkan predikat Indonesia sebagai negara kaya.
Karena itu, dengan tantangan yang akan terus mendatangi Indonesia, kembali membangkitkan ekonomi maritim Indonesia sudah wajar dilakukan oleh banyak masyarakat Indonesia.
(bbg)