Kebakaran Transjakarta Diduga Sabotase

Kamis, 03 September 2015 - 09:53 WIB
Kebakaran Transjakarta...
Kebakaran Transjakarta Diduga Sabotase
A A A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta menyerahkan kasus terbakarnya pul PT Trans Batavia, Cengkareng, Jakarta Barat, yang menghanguskan 18 bus Transjakarta kepada polisi.

Dugaan sementara, kebakaran akibat sabotase. Kepala Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Leksmono Suryo Putranto mengatakan, berdasarkan keterangan yang didapat, belasanbusyangterbakaradalah bus bekas yang ingin di-scraping dan direkondisi. Anehnya, bus yang tidak berbahan bakar tersebut bisa terbakar.

Polisi pun wajib melakukan penyelidikan. KNKT tidak melakukan penyelidikan karena salah satu standar investigasi KNKT yakni harus ada korban minimal delapan orang. ”Scraping dan merekondisi bus itu perlu proses. Selama proses itu bus tidak terpakai. Jadi, busbus itu dipisahkan dari yang beroperasi.

Nah, kenapa terbakar itu lucu, kan tidak berbahan bakar. Saya menduga ada sabotase,” katanya kemarin. Pengamat Transportasi dari Universitas Tarumanagara itu menuturkan, sesuai Perda No 5/2014 tentang Transportasi, usia operasional bus itu tidak boleh melebihi 10 tahun. Kenyataannya, masih banyak bus yang beroperasi melebihi 10 tahun dengan alasan lolos uji KIR di tempat pengujian kendaraan bermotor (PKB).

Leksmono mengakui, perda tersebut banyak menuai pertentangan di kalangan pengusaha bus. Alasannya, biaya investasi bus tidak murah. Ppabila dirawat dengan baik, usia bus bisa lebih dari 10 tahun. ”Nah yang harus dilakukan ini adalah pengetatan pengujian KIR dan merevisi Perda No 5/2014 tersebut. Ini demi keselamatan,” tegasnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Mohammad Iqbal menuturkan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran. ”Terkait ledakan juga masih ditelusuri, apakah berasal dari gas sisa bahan bakar atau lainnya,” terangnya. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, operator PT Trans Batavia memang selalu bermasalah. ”Itu (armada) memang milik operator.

Masih yang buatan lama. Sudah sampai 10 tahun itu bus. Jadi, yang kebakaran itu barang bekas. Biar polisi saja yang selidiki, udah gitu aja ,” kata Ahok di Balai Kota kemarin. Ahok menjelaskan, sesuai peraturan, seharusnya kalau kontrak sudah selesai, para operator mendapat kontrak baru. Namun dia tidak menjelaskan mengapa kontrak baru tidak dibuat.

Ahok hanya menuturkan, saat ini kerja sama dengan operator telah menggunakan sistemrupiahperkilometeryang terpampang di e-catalog. Artinya, lanjut Ahok, siapa pun operator yang terbaik, dapat masuk ke dalam PT Transportasi Jakarta. ”Kalau sudah selesai, memang mesti kontrak. Nanti kalau sudah selesai, akan kita putus kontraknya,” tegasnya.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah mengungkapkan, masih banyak armada, khususnya bus Transjakarta, yang sudah beroperasi sejak 2004. Namun, dia menegaskan bahwa bus milik PT Trans Batavia yang terbakar di Rawa Buaya sudah tidak beroperasi. Berdasarkan keterangan, bus-bus tersebut sedang dalam proses scraping .

”Kami akan membentuk tim untuk mengetahui apa sebab bus-bus itu belum juga discraping. Mengapa sudah lewat usia masih banyak yang beroperasi dan lain sebagainya. Anggotanya dari Dishubtrans, akademisi, teknisi, dan polisi,” tegasnya. Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Wi l l iam Yani meminta PT Transportasi Jakarta memperketat perjanjian kerja sama operasional dengan operator lainnya.

Apabila ditemukan kejanggalan ataupun operasional bus tua, lebih baik kontrak kerja sama dihentikan. Wakil Kepala Dishubtrans DKI Jakarta Pargaulan Butar Butar memastikan, kebakaran tidak memengaruhi operasional Transjakarta di koridor III. Karena, armada yang terbakar adalah bus pengadaan 2007 dan seluruhnya sudah rusak sehingga tidak dioperasionalkan.

Direktur Operasional PT Trans Batavia Jabes Sihombing memastikan, ke-18 bus yang terbakar itu adalah rongsokan. Bus itu telah terparkir selama 1,2 tahun di lokasi itu. Sebelum bus itu terbakar, oleh tim appraisal sudah ditaksir nilai jualnya dan rencananya akan dipotong serta dijual terpisah.

”Sejak September 2014 bus sudah dijejerin di situ. Itu bukan bus yang aktif beroperasi, istilahnya sudah mati dan mau dijual per kilogram,” tandasnya. Jabes memperkirakan, kebakaran yang menghanguskan 18 bus itu membuat pihaknya mengalami kerugian sekitar Rp450 juta.

Sebelum terbakar, bus memiliki nilai jual Rp50 juta per unit. Dengan kondisi terbakar, satu bus diperkirakan hanya laku Rp25 juta per unit. ”Kami meminta maaf atas insiden ini karena akibat masalah ini, membuat citra buruk bus Transjakarta semakin panjang,” tandasnya.

Bima setiyadi/ yan yusuf/ helmi syarif
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0964 seconds (0.1#10.140)