Nantinya, Robot Bisa Berkembang Biak

Minggu, 16 Agustus 2015 - 09:25 WIB
Nantinya, Robot Bisa Berkembang Biak
Nantinya, Robot Bisa Berkembang Biak
A A A
Ilmuwan Inggris berhasil mengembangkan robot yang bisa membuat robot lainnya tanpa campur tangan manusia.

Robot yang dibuat di Universitas Cambridge bekerja sama dengan Universitas Zurich ini bisa ”membuat keturunan”. Selanjutnya, robot tersebut bisa menilai sebaik apa gerakan si ”anak, kemudian memperbaiki rancangan untuk ”anak robot” berikutnya.

Secara alamiah, evolusi robot itu dilakukan dengan cara ”mutasi” di mana komponen dari satu gen dimodifikasi atau ditambah atau dikurangi atau disilang. Satu gen robot itu juga dibentuk dengan penggabungan gen dari dua robot. Pada proyek ini, si ”ibu robot” ini membuat sepuluh robot, dan robot yang kesepuluh berhasil bergerak dengan jarak dua kali lipat dari robot yang pertama kali dia buat.

Bahkan, ibu robot bisa memberikan penilaian seberapa jauh bayi mampu bergerak. Itu dilakukan tanpa campur tangan manusia. Selain itu, ibu robot juga dapat meningkatkan desain sehingga bayi berikutnya dapat bergerak lebih jauh. Hanya, robot-robot ini masih jauh dari gambaran kecerdasan buatan yang ada dalam film fiksi ilmiah. Karena, apa yang disebut ”anak robot” ini sebetulnya kubus plastik dengan sebuah motor di dalamnya.

Meskipun sangat sederhana, sistem ini teramat cerdas. Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal PLOS One, memiliki tujuan utama yakni mengembangkan robot yang beradaptasi dengan lingkungan mereka. Para peneliti juga ingin robot yang menghasilkan robot lainnya yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Selain itu, proyek itu bertujuan mengembangkan sistem robot yang bisa berevolusi dan berkembang.

”Seleksi alam pada dasarnya adalah reproduksi, penilaian, reproduksi, penilaian dan terus berlanjut,” kata Fumiya Iida dari Universitas Cambridge yang memimpin riset pengembangan robot, dikutip Daily Mail . ”Yang paling esensial dari apa yang dilakukan robot di mana kita mengamati adanya peningkatan dan diversifikasi spesies,” imbuhnya. Iida menyatakan bahwa salah satu tujuan utamanya adalah memahami bagaimana makhluk hidup berevolusi.

”Satu rahasia besar dalam biologi adalah bagaimana kecerdasan itu terbentuk. Kami menggunakan robot untuk menjelajahi hal ini,” katanya. Iida mengungkapkan, robot sebagaimana mestinya melakukan tugas yang berulang, dan mereka biasanya dirancang untuk produksi massal, bukannya kustomisasi massal. Namun, dia dan tim peneliti melihat robot yang mampu inovasi dengan kreativitas.

Sebagian besar penelitian itu dilakukan menggunakan simulasi komputer. Meski demikian, para peneliti melakukan uji coba ribuan kali hingga jutaan kali. Itu dilakukan untuk menghindari ”kesenjangan realita” antara simulasi dan tingkat laku di dunia nyata. Penelitian juga melihat robot dapat melihat inspirasi dari alam, apakah bisa belajar tentang intelijen atau menemukan cara untuk meningkatkan daya penggerak.

Namun, robot membutuhkan 10 hingga 100 kali energi lebih banyak dibandingkan binatang untuk melakukan hal yang sama. ”Tapi, kita memiliki banyak teknologi yang membantu kita memasukkan aspek biologi ke dunia teknik robot,” tuturnya. Menurut Andre Rosendo, anggota tim peneliti, tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan robot yang dapat meningkatkan dan beradaptasi dengan situasi baru.

”Anda bisa membayangkan mobil yang dibangun di pabrikpabrik dan robot mencari cacat di dalam mobil tersebut dan memperbaiki mereka dengan sendirinya,” tuturnya dilansir BBC . Rosendo mengutarakan robot yang digunakan dalam pertanian bisa mencoba cara yang sedikit berbeda dari tanaman panen untuk melihat apakah mereka dapat meningkatkan hasil.

”Dr Iidya mengatakan kepada saya bahwa dia datang ke robotika karena dia kecewa dia melihat robot dalam kehidupan nyata tidak sebagus yang ia lihat di filmfilm fiksi ilmiah seperti Star Wars dan Star Trek,” tuturnya. Menurut Rosendo, tujuannya adalah untuk mengubah itu melalui pendekatan dan untuk menarik pelajaran dari alam untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dari sistem robot tradisional.

”Kami belum ada di sana, tapi pasti, mengapa tidak, mungkin dalam waktu sekitar 30 tahun lagi,” yakin Rosendo.

Arvin/nara
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3686 seconds (0.1#10.140)