HT: Generasi Muda Motor Penggerak Perubahan
A
A
A
SEMARANG - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) menyatakan, generasi muda harus berperan aktif dalam pembangunan Indonesia, dan menjadi penggerak perubahan, agar pertumbuhan ekonomi nasional bisa maksimal.
“Generasi muda harus sadar, harus ada yang berubah. Masa depan Indonesia sangat tergantung pada generasi muda,” ujar HT dalam kuliah umum Membangun Ekonomi Indonesia Menghadapi Persaingan Ekonomi Global, di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, Rabu (3/6/2015).
Dia mengatakan, hanya 9% penduduk Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Karenanya, dia berharap yang 9% itu bisa memberikan kontribusinya membangun perekonomian Indonesia.
"Yang 9% ini harus berkualitas untuk membangun Indonesia. Sebagai generasi muda yang mengerti dan kesempatan bersekolah, harus memberikan kontribusi masksimal,” terangnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki segalanya untuk menjadi negara maju. Wilayah luas, laut luas dan kaya, tanah subur dan hanya dua musim, sehingga bisa lebih sering panen.
"Sumber daya manusianya pun besar, ke-empat terbanyak di dunia. Masa depan Indonesia sangat baik, karena semua syarat dimiliki. Indonesia punya, negara lain tidak punya. Kita harus bangga,” ungkapnya.
Hanya saja, menurutnya potensi itu belum dikelola dengan baik, sehingga belum bisa mensejahterakan rakyatnya. Saat ini, kelebihan yang dimiliki Indonesia justru menjadi kekurangan.
"Misalnya, Indonesia yang merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar harus mengimpor listrik dari Malaysia. Bahan pangan seperti kedelai, garam, cabai, juga masih didatangkan dari negara lain. Ironis, padahal Indonesia punya dua musim,” ungkapnya.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang Januari-Maret 2015, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,71%, di bawah tahun angka tahun lalu yang mencapai 5,14%.
“Pusat grosir Tanah Abang perputarannya juga mulai turun 20-30%. Ekonomi kita mulai melambat, adn jauh dari maksimal,” tegasnya.
Jika dibiarkan, lanjut HT, Indonesia tidak akan pernah menjadi negara maju. Sebaliknya, Indonesia akan terus bergantung pada pinjaman luar negeri. “Jika seperti ini terus, kita tetap jadi negara gali lubang tutup lubang," ungkapnya.
Pemerintah, kata HT, seharusnya tidak hanya fokus pada pembangunan ekonomi makro saja, tetapi juga mikro. Masyarakat bawah seperti petani, nelayan, buruh, dan UMKM harus didorong untuk berkembang agar penggerak ekonomi semakin banyak.
"Indonesia harus berubah dari negara konsumtif menjadi produktif. Jika bisa begitu, kesenjangan akan mengecil. Jika kesenjangan mengecil, pertumbuhan ekonomi akan lebih tingi, negara akan kaya, pembangunan kaya,” pungkasnya.
“Generasi muda harus sadar, harus ada yang berubah. Masa depan Indonesia sangat tergantung pada generasi muda,” ujar HT dalam kuliah umum Membangun Ekonomi Indonesia Menghadapi Persaingan Ekonomi Global, di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, Rabu (3/6/2015).
Dia mengatakan, hanya 9% penduduk Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Karenanya, dia berharap yang 9% itu bisa memberikan kontribusinya membangun perekonomian Indonesia.
"Yang 9% ini harus berkualitas untuk membangun Indonesia. Sebagai generasi muda yang mengerti dan kesempatan bersekolah, harus memberikan kontribusi masksimal,” terangnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki segalanya untuk menjadi negara maju. Wilayah luas, laut luas dan kaya, tanah subur dan hanya dua musim, sehingga bisa lebih sering panen.
"Sumber daya manusianya pun besar, ke-empat terbanyak di dunia. Masa depan Indonesia sangat baik, karena semua syarat dimiliki. Indonesia punya, negara lain tidak punya. Kita harus bangga,” ungkapnya.
Hanya saja, menurutnya potensi itu belum dikelola dengan baik, sehingga belum bisa mensejahterakan rakyatnya. Saat ini, kelebihan yang dimiliki Indonesia justru menjadi kekurangan.
"Misalnya, Indonesia yang merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar harus mengimpor listrik dari Malaysia. Bahan pangan seperti kedelai, garam, cabai, juga masih didatangkan dari negara lain. Ironis, padahal Indonesia punya dua musim,” ungkapnya.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang Januari-Maret 2015, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,71%, di bawah tahun angka tahun lalu yang mencapai 5,14%.
“Pusat grosir Tanah Abang perputarannya juga mulai turun 20-30%. Ekonomi kita mulai melambat, adn jauh dari maksimal,” tegasnya.
Jika dibiarkan, lanjut HT, Indonesia tidak akan pernah menjadi negara maju. Sebaliknya, Indonesia akan terus bergantung pada pinjaman luar negeri. “Jika seperti ini terus, kita tetap jadi negara gali lubang tutup lubang," ungkapnya.
Pemerintah, kata HT, seharusnya tidak hanya fokus pada pembangunan ekonomi makro saja, tetapi juga mikro. Masyarakat bawah seperti petani, nelayan, buruh, dan UMKM harus didorong untuk berkembang agar penggerak ekonomi semakin banyak.
"Indonesia harus berubah dari negara konsumtif menjadi produktif. Jika bisa begitu, kesenjangan akan mengecil. Jika kesenjangan mengecil, pertumbuhan ekonomi akan lebih tingi, negara akan kaya, pembangunan kaya,” pungkasnya.
(san)