Adu Tanding Aksi

Senin, 05 Desember 2016 - 07:55 WIB
Adu Tanding Aksi
Adu Tanding Aksi
A A A
BELAKANGAN bangsa ini seperti saling tanding aksi. Suatu aksi seperti dibalas dengan aksi yang lain. Tidak berhenti di situ, caci maki pun saling dilontarkan antarpendukung aksi. Tentu menjadi hal yang menyedihkan jika kita terus berkutat dengan situasi seperti ini.

Namun, tak sedikit pihak yang mungkin merasa jengah mengatakan bahwa urusan aksi ini sudah berlebihan. Lalu, apakah demo, aksi, atau doa bersama dan berbagai varian berkumpulnya massa dalam jumlah besar perlu dilarang?

Tentu tidak. Hanya rezim otoriter dan rezim fasis yang melarang-larang warganya untuk menyampaikan pendapatnya. Namun, jika kita tak juga menemukan solusinya, akan merugikan bangsa ini. Minimal akan ada beberapa dampak negatif jika kita mempertahankan situasi adu tanding aksi seperti yang muncul belakangan ini.

Pertama, adu tanding aksi akan mengeraskan masalah identitas di masyarakat. Selama ini para pendiri bangsa ini (founding fathers) sudah bersusah payah untuk meneguhkan identitas keindonesiaan di atas identitas primordial. Namun, adu tanding aksi justru pada kadar tertentu bisa menajamkan perbedaan yang dengan sendirinya menajamkan perbedaan identitas.

Misalnya saat Aksi Bela Islam III para peserta aksi umumnya menggunakan pakaian dengan nuansa putih, namun para peserta aksi Kita Indonesia ada yang menyindir bahwa Indonesia itu beragam warna, bukan hanya putih. Bukan berusaha meleburkan kita semua sebagai bangsa Indonesia yang mengusung Bhinneka Tunggal Ika, justru perbedaan makin ditegaskan.

Kedua, situasi belakangan adu tanding aksi menebalkan rasa saling curiga di masyarakat. Kita bisa lihat bagaimana antarkubu aksi terjadi saling curiga yang kental mengenai motif masing-masing.

Kecurigaan seperti ini tentu akan sangat merugikan karena dengan sendirinya memecah persatuan bangsa. Kalau ada yang mengatakan bahwa curiga itu hal yang biasa, skala saat ini sudah sangat mengkhawatirkan karena kubu seberang pasti dianggap salah. Padahal, idealnya kita selalu mengambil yang benar dari setiap pola pikir atau tindakan dan meninggalkan yang salah darinya.

Ketiga,
saling fitnah kian gencar. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya terjadi saling fitnah di dalam masyarakat yang kian mengeras identitasnya ini. Tak ayal kondisi saling tidak percaya ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang berusaha mengail di air keruh demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Lihat saja para buzzer dengan tanpa memikirkan dampak besar yang mungkin ditimbulkan mengedit berbagai gambar menjadikan meme hoax yang sungguh sangat disayangkan dipercaya oleh para pihak yang berseberangan. Selama mendiskreditkan kubu seberang, tak peduli benar atau tidak, akan dipercaya sebagai kebenaran dan disebarkan.

Keempat, saling mengecilkan, merendahkan orang lain untuk meninggikan posisi diri sendiri dan kelompok. Di sini budaya bangsa Indonesia yang berpikir positif seperti terkikis. Banyak yang kian senang mengecilkan kebesaran tindakan orang lain, namun membesar-besarkan kekurangan orang lain. Seperti ada kepuasan ketika orang lain itu lebih rendah dari dirinya, padahal bisa dikatakan itu aksi merendahkan diri sendiri juga.

Kelima, menghabiskan energi dan sumber daya yang dalam masa sulit ini sangat terbatas. Perhatian kita tersedot sedemikian hebatnya untuk saling gontok-gontokan. Akhirnya kita pun lupa bangsa yang sedang menghadapi perlambatan ekonomi ini tidak juga maju.

Situasi ini tentu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Dalam konteks ini kita butuh figur yang menyatukan. Jangan lagi selalu meneguhkan perbedaan. Kalau para founding fathers kita meneguhkan perbedaan, yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bisa jadi tak akan ada di peta dunia.

Sudah saatnya kita semua saling menahan diri dan memperbaiki pola komunikasi. Kita bisa lihat bahwa semua keramaian ini ditarik akarnya pada masalah komunikasi. Bangsa Indonesia selama ini dikenal komunikatif, mari kita buktikan kembali.

Presiden Joko Wi dodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan segenap pemerintah harus mencari cara untuk menurunkan tensi dan mengingatkan kita semua bahwa kita harus maju.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9414 seconds (0.1#10.140)