Rekonstruksi Sejarah Kakbah dan Haji

Sabtu, 12 September 2015 - 10:33 WIB
Rekonstruksi Sejarah Kakbah dan Haji
Rekonstruksi Sejarah Kakbah dan Haji
A A A
Faisal Ismail
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakara

Salah satu rukun haji adalah para jamaah wajib mengerjakan tawaf atau mengelilingi Kakbah (Baitullah) sebanyak tujuh kali putaran. Berbicara tentang Kakbah, kapan rumah suci itu didirikan? Alquran menyebut Kakbah merupakan rumah pertama yang didirikan bagi manusia untuk beribadah kepada Allah.

Konfirmasi ini dapat dibaca dalam Surat Ali Imran ayat 95-96: ”Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun (untuk tempat beribadat) ialah Baitullah yang ada di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Di dalam Kakbah itu terdapat tandatanda yang nyata (di antaranya) makam (tempat Nabi) Ibrahim membangun Kakbah; barang siapa memasukinya, ia aman.

” Alquran tidak menyebut secara pasti siapa dan kapan Kakbah itu didirikan. Alquran bukan buku sejarah yang memaparkan peristiwa sejarah secara detail dan lengkap. Alquran adalah kitab suci yang antara lain berisi poin penting peristiwa sejarah. Menurut beberapa kitab tafsir, Kakbah itu didirikan oleh malaikat. Kemudian Nabi Adam dan istrinya, Hawa, mempunyai andil dan peran signifikan dalam merekonstruksi Kakbah.

Setelah berabad-abad berlalu Nabi Ibrahim dan istrinya, Hajar, datang dari Palestina dan tinggal di Mekkah. Nabi Ibrahim dan Hajar mempunyai anak Ismail (kelak diutus oleh Allah sebagai nabi). Nabi Ibrahim dan Ismail mempunyai peran dan kontribusi besar dalam merekonstruksi Kakbah dalam rangka difungsikan kembali sebagai tempat beribadah dan haji sesuai ajaran agama hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.

Bisa jadi Kakbah pada masa itu mengalami pelapukan atau kerusakan karena termakan waktu. Itulah sebabnya Nabi Ibrahim dan Ismail atas petunjuk Allah merenovasi Kakbah untuk difungsikan sebagai rumah suci untuk beribadah kepada-Nya. Di Mekkah Ismail menikah dengan salah seorang putri dari Suku Jurhum. Suku ini sebelumnya mengalahkan Suku Amaliqah.

Kekuasaan atas Kota Mekkah berpindah ke tangan Suku Jurhum. Ada kesepakatan antara pimpinan Suku Jurhum dan Bani Ismail. Suku Jurhum diberi wewenang menangani urusan politik dan pemerintahan, sedangkan pihak Ismail diberi tugas khusus mengelola urusan keagamaan dan Kakbah. Ismail memiliki beberapa keturunan, antara lain suku Quraisy.

Setelah lama berkuasa, Suku Jurhum dikalahkan oleh Suku Khuzaah dan kekuasaan atas Kota Mekkah beralih ke tangan Suku Khuzaah. Pada abad V Masehi, seorang pemimpin Suku Quraisy yang cakap bernama Qushai dapat merebut kekuasaan dari Suku Khuzaah. Lalu Suku Quraisy menjadi penguasa Kota Mekkah.

IbadahhajidanfungsiKakbah sudah didistorsi pada masa pra- Islam. KaumQuraisymeletakkan sebanyak 360 berhala di Kakbah dan ibadah haji sudah tidak lagi sesuai ajaran Nabi Ibrahim dan Ismail. Walau demikian, kaum Quraisy dan suku-suku Arab di Jazirah Arab tetap memuliakan dan menziarahi Kakbah dalam jumlah yang besar.

Qushai sebagai pemimpin Quraisy menata pemerintahannya di Mekkah dengan membentuk beberapa lembaga. Tiga lembaga yang terkait de-ngan kepentingan para peziarah Kakbah adalah al-hijabah (mengurusi dan memegang kunci Kakbah), ar-rifadah (bertanggung jawab menyediakan makanan bagi para peziarah Kakbah), dan as-siqoyah (bertugas memberi air minum bagi para peziarah Kakbah).

Dengan adanya tiga lembaga ini kepentingan para peziarah Kakbah terlayani dengan baik, lancar, dan memuaskan. Kunjungan orang-orang Arab ke Kakbah di Mekkah dalam jumlah yang besar menimbulkan kecemburuan dan iri hati Abrahah, gubernur Yaman yang diangkat oleh Raja Habsyah/ Ethiopia. Abrahah mendirikan pusat ziarah di Sana (ibu kota Yaman) yang fungsinya mirip Kakbah di Mekkah.

Untuk merealisasi obsesi dan ambisinya, Abrahah mengerahkan pasukan gajah untuk menghancurkan Kakbah. Jika Kakbah dapat dihancurkan, begitu skenario dalam pikiran Abrahah, orang-orang akan mengalihkan kunjungan mereka ke pusat ziarah yang ia bangun di Sana. Abdul Muthalib, pemimpin Quraisy pada waktu itu, menentang keras invasi dan agresi Abrahah.

Pada momen kritis dan genting inilah, saat pasukan gajah itu sudah mendekati kota Mekkah, Allah mengirim burung- burung ababil yang melemparkan kerikil-kerikil panas membakar ke pasukan gajah pimpinan Abrahah itu. Wajah dan tubuh pasukan gajah itu luluh dan lumat seperti daun yang dimakan ulat.

Invasi dan agresi pasukan gajah yang hendak merobohkan Kakbah gagal total. Episode sejarah ini direkam dalam Alquran Surat Al-Fil ayat 1-5. Pada Tahun Gajah (Amul Fil) ini, bertepatan dengan tahun 570 M, Muhammad dilahirkan. Kakbah rusak berat karena dilanda banjir besar yang terjadi di Mekkah.

Peristiwa ini terjadi lima tahun sebelum Muhammad diutus menjadi nabi. Klanklan dalam suku Quraisy bergotong- royong memperbaiki Kakbah. Setelah renovasi Kakbah hampir rampung, timbul perselisihan tajam antarklan Quraisy tentang siapa yang pantas mengembalikan hajar aswad (batu hitam) ke tempat asalnya. Mereka saling mengklaim, klannyalah yang paling berhak tetapi klan lain menolaknya.

Tensi semakin tinggi, memanas, dan hampir pecah perang saudara. Akhirnya, semua klan sepakat menyerahkan persoalan sensitif ini kepada Muhammad untuk dipecahkan. Muhammad lantas menghamparkan sehelai kain, meletakkan hajar aswad itu di tengahnya, meminta semua kepala klan itu membawa hajar aswad itu menuju tempat asalnya, lalu Muhammad sendiri yang meletakkan hajar aswad di tempat semula.

Semua kepala klan merasa terakomodasi kepentingan mereka dan merasa puas dengan solusi yang diberikan oleh Muhammad. Solusi yang sangat elegan dan demokratis. Ketika terjadi penaklukan Mekkah (fathu Makkah ) pada 6 H/628 M, sekitar 360 berhala yang ditempatkan oleh kaum Quraisy di Kakbah dihancurkan oleh kaum muslimin.

”Telah datangkebenarandantelahhancur kebatilan. Sesungguhnya yang batil itu pasti hancur,” demikian Alquran merekam peristiwa ini (Al-Isra: 81). Simbol kemusyrikan dan lambang kekafiran dilenyapkan dari Kakbah dan sekitarnya. Nabi Muhammad lantas mengajarkan dan mencontohkan tata cara dan pelaksanaan ibadah haji yang benar sesuai ajaran Allah.

Kakbah dikembalikan kepada fungsi semula, yaitu sebagai tempat beribadah kepada Allah dan dipakai sebagai tempat bertawaf bagi seluruh umat Islam dari seluruh dunia yang melaksanakan ibadah haji dan umrah.

(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3144 seconds (0.1#10.140)