Imam Soedja’i, Sosok Jenderal TNI yang Mendirikan Perguruan Silat untuk Melawan Penjajah

Rabu, 18 Januari 2023 - 16:30 WIB
loading...
A A A
Dalam hal ini, Imam Soedja’i merekrut para pemuda dalam wadah pencak silat saat membentuk Pencak Organisasi (PO) pada 1 Agustus 1927. Perguruan silat ini tak hanya ditujukan sebagai ajang “olah persilatan”, melainkan juga sebagai alat pergerakan untuk melawan penjajahan Belanda.

Beralih saat pendudukan Jepang, saat itu para pemimpin bangsa melakukan kebijakan politik korporasi. Para tokoh daerah mengikutinya, termasuk Imam Soedja’i juga yang akhirnya dipilih sebagai ketua Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA).

Baca juga : Mengenal Mayjen (Purn) Rochadi, Komandan Pertama Pasukan Elite 3 Matra Koopssus TNI

Selain itu, dia juga mengikuti pelatihan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Pasca pelatihan, Raden Imam ditugaskan di Malang sebagai Komandan Batalyon PETA (Daidancho).

Setelah PETA bubar, Imam Soedja’i juga bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian, saat terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dia diangkat menjadi Komandan Divisi VII Untung Suropati untuk wilayah Karesidenan Malang-Besuki dengan pangkat Mayor Jenderal.

Perjuangannya berlanjut kala Belanda melakukan Agresi Militer. Saat itu, Imam Soedja’i berstatus sebagai Panglima Divisi VII Untung Suropati.

Sekitar tahun 1948, dia dinonaktifkan sebagai tentara. Tak lama berselang, Raden Imam memutuskan kembali ke Lumajang dan tetap aktif membina pemuda-pemuda di Pencak Organisasi.

Di akhir hayatnya, Mayjen TNI (Purn) Imam Soedja’i wafat pada 29 Januari 1953. Pejuang Indonesia ini dimakamkan di Jojoyudan Lumajang.
(bim)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0693 seconds (0.1#10.140)