Pidato Pemimpin dan Calon Pemimpin
loading...
A
A
A
Pidato seorang pemimpin adalah arahan yang paling ditunggu tunggu para pengikutnya. Kharisma seorang pemimpin bisa diukur dari seberapa patuh para pengikutnya menerapkan atau menjalankan apa yang disampaikan dalam pidato. Mulai dari penguatan nilai nilai ideologis, inspirasi hidup dari sang pemimpin hingga tindakan nyata yang harus dilakukan sesuai yang dimaui seorang pemimpin.
Sebagian besar pemimpin kharismatik jago sekali berpidato alias mampu menjadi orator ulung. Sebutan tenarnya Singa Podium. Pemimpin di bidang apa pun yang pandai membakar semangat audiens akan lebih mudah melakukan persuasi dan mengajak massa untuk bertindak sesuai kemauan sang orator.
Karena itu, jika Anda berminat menjadi pemimpin besar, satu syarat yang tidak tertulis tapi amat penting adalah kemampuan berpidato. Pemimpin yang cakap, kharismatik, gagah berani dan merakyat (dalam politik) tapi kurang bisa berpidato akan mudah dikalahkan oleh mereka yang memiliki kecakapan lebih rendah tapi mampu mempengaruhi publik dengan orasi dan pidatonya yang menggelegar.
Di Indonesia, sejak zaman kemerdekaan sudah melahirkan para pemimpin yang pandai dan jago berpidato. Selain pintar, para pejuang juga sangat piawai menguasai mimbar di depan rakyat atau ketika bernegosiasi dengancounterpart-nya dalam diplomasi memperjuangkan kemerdekaan.
Selain berpidato, parafounding fatherjuga dikenal jago berdebat karena sangat menguasai materi dan bahasa asing yang sangat fasih dan mumpuni. Ini bisa dilihat dari sosok Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Haji Agus Salim, Tan Malaka, Sutan Syahrir dan para pahlawan kemerdekaan lainnya. Belum lagi para tokoh agama baik itu ulama, kiai, ustad, pendeta, biksu yang juga memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Bagaimana dengan gaya pidato para pemimpin pascakemerdekaan? Di masa Orde Baru kita mengenal gaya memimpin Pak Harto yang kalem, santun dalam bertutur kata namun berwibawa. Di luar negeri Pak Harto begitu disegani termasuk oleh para pemimpin negara besar seperti Amerika Serikat, China, Rusia (Uni Soviet), Timur Tengah, Afrika, Eropa, Asia dan Amerika Latin.
Presiden Soeharto memang beda gaya dengan Bung Karno yang terkenal dengan pidatonya yang berapi-api sehingga menjadi salah satu pemimpin dunia yang dikagumi. Para penerus Bung Karno dan Pak Harto pun juga tidak kalah membanggakan bangsa dan negeri di luar negeri. Mulai Presiden BJ Habibie yang dikenal sangat pandai di bidang teknologi tinggi, Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur yang juga memiliki pergaulan luas dengan pendukung yang sangat loyal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Penggantinya, Presiden Megawati Soekarno Putri juga sangat dikenal di dunia internasional. Bukan hanya karena anak kandung Bung Karno, tapi juga komitmennya memegang teguh konstitusi dan menjunjung tinggi demokrasi. Megawati juga memiliki basis massa yang besar dan loyal dari kalangan nasional. Pidato pidato Mega cukup terkenal dan selalu menjadi barometer bagi siapa pun yang ingin mengetahui seluk beluk politik Indonesia hingga saat ini.
Suksesor Mega, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki gaya memimpin dan berpidato yang agak lain. SBY dikenal sebagi sosok jenderal yang sangat intelektual, rapi, presisi dan terukur. Ini tercermin dalam pidato pidatonya selama 10 tahun berkuasa.
Bagaimana dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)? Presiden Jokowi memang terhitung tidak terlalu menonjol berpidato di forum internasional. Namun, sosok asal Solo ini begitu menguasai panggung ketika berorasi di depan masyarakat umum dan massa pendukungnya.
Tutur katanya simple, sederhana tapito the point. Sebagai pribadi Jawa, Jokowi juga sangat piawan menyampaikan pesan tersirat yang ternyata banyak yang salah menerjemahkan jika tidak mengenal betul keseharian Jokowi. Presiden Jokowi juga mampu membuktikan sebagai pimpinan besar ketika sukses mempimpin Presidensi Indonesia pada ajang G20 di Bali tahun lalu.
Lantas bagaimana pemimpin selanjutnya setelah Presiden Jokowi? Ini yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Pemimpin yang baik harus diuji dulu apa visi misi dan gagasan gagasan besarnya. Serta bagaimana cara sang pemimpin menyampaikan gagasan tersebut di mimbar politik. Dari situ kita bisa menilai siapa yang cocok dan pantas menjadi Presiden Indonesia berikutnya agar tidak terlalu njomplang dengan raihan para pemimpin sebelumnya.
Sebagian besar pemimpin kharismatik jago sekali berpidato alias mampu menjadi orator ulung. Sebutan tenarnya Singa Podium. Pemimpin di bidang apa pun yang pandai membakar semangat audiens akan lebih mudah melakukan persuasi dan mengajak massa untuk bertindak sesuai kemauan sang orator.
Karena itu, jika Anda berminat menjadi pemimpin besar, satu syarat yang tidak tertulis tapi amat penting adalah kemampuan berpidato. Pemimpin yang cakap, kharismatik, gagah berani dan merakyat (dalam politik) tapi kurang bisa berpidato akan mudah dikalahkan oleh mereka yang memiliki kecakapan lebih rendah tapi mampu mempengaruhi publik dengan orasi dan pidatonya yang menggelegar.
Di Indonesia, sejak zaman kemerdekaan sudah melahirkan para pemimpin yang pandai dan jago berpidato. Selain pintar, para pejuang juga sangat piawai menguasai mimbar di depan rakyat atau ketika bernegosiasi dengancounterpart-nya dalam diplomasi memperjuangkan kemerdekaan.
Selain berpidato, parafounding fatherjuga dikenal jago berdebat karena sangat menguasai materi dan bahasa asing yang sangat fasih dan mumpuni. Ini bisa dilihat dari sosok Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Haji Agus Salim, Tan Malaka, Sutan Syahrir dan para pahlawan kemerdekaan lainnya. Belum lagi para tokoh agama baik itu ulama, kiai, ustad, pendeta, biksu yang juga memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Bagaimana dengan gaya pidato para pemimpin pascakemerdekaan? Di masa Orde Baru kita mengenal gaya memimpin Pak Harto yang kalem, santun dalam bertutur kata namun berwibawa. Di luar negeri Pak Harto begitu disegani termasuk oleh para pemimpin negara besar seperti Amerika Serikat, China, Rusia (Uni Soviet), Timur Tengah, Afrika, Eropa, Asia dan Amerika Latin.
Presiden Soeharto memang beda gaya dengan Bung Karno yang terkenal dengan pidatonya yang berapi-api sehingga menjadi salah satu pemimpin dunia yang dikagumi. Para penerus Bung Karno dan Pak Harto pun juga tidak kalah membanggakan bangsa dan negeri di luar negeri. Mulai Presiden BJ Habibie yang dikenal sangat pandai di bidang teknologi tinggi, Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur yang juga memiliki pergaulan luas dengan pendukung yang sangat loyal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Penggantinya, Presiden Megawati Soekarno Putri juga sangat dikenal di dunia internasional. Bukan hanya karena anak kandung Bung Karno, tapi juga komitmennya memegang teguh konstitusi dan menjunjung tinggi demokrasi. Megawati juga memiliki basis massa yang besar dan loyal dari kalangan nasional. Pidato pidato Mega cukup terkenal dan selalu menjadi barometer bagi siapa pun yang ingin mengetahui seluk beluk politik Indonesia hingga saat ini.
Suksesor Mega, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki gaya memimpin dan berpidato yang agak lain. SBY dikenal sebagi sosok jenderal yang sangat intelektual, rapi, presisi dan terukur. Ini tercermin dalam pidato pidatonya selama 10 tahun berkuasa.
Bagaimana dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)? Presiden Jokowi memang terhitung tidak terlalu menonjol berpidato di forum internasional. Namun, sosok asal Solo ini begitu menguasai panggung ketika berorasi di depan masyarakat umum dan massa pendukungnya.
Tutur katanya simple, sederhana tapito the point. Sebagai pribadi Jawa, Jokowi juga sangat piawan menyampaikan pesan tersirat yang ternyata banyak yang salah menerjemahkan jika tidak mengenal betul keseharian Jokowi. Presiden Jokowi juga mampu membuktikan sebagai pimpinan besar ketika sukses mempimpin Presidensi Indonesia pada ajang G20 di Bali tahun lalu.
Lantas bagaimana pemimpin selanjutnya setelah Presiden Jokowi? Ini yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Pemimpin yang baik harus diuji dulu apa visi misi dan gagasan gagasan besarnya. Serta bagaimana cara sang pemimpin menyampaikan gagasan tersebut di mimbar politik. Dari situ kita bisa menilai siapa yang cocok dan pantas menjadi Presiden Indonesia berikutnya agar tidak terlalu njomplang dengan raihan para pemimpin sebelumnya.
(ynt)