UMKM dan Pangan: Isu Kuat Ekonomi 2023
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Gerbang tahun 2023 telah di depan mata. Secercah harapan optimisme ekonomi masih tersimpan, meski tak mudah lantaran ancaman gejolak ekonomi terus menghadang. Memasuki kuartal akhir2022, perekonomian global masih terus menghadapi suasana ketidakpastian sebagai bagian dari efek lanjutandownside risksdari pandemi.
Selain itu, konflik geopolitik, krisis pangan, krisis energi dan keuangan adalah beberapa tekanan pada perekonomian dunia yang tentu akan berimbas (spillover) pada perekonomian nasional.
Tahun 2023 identik dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), mengacu pada kondisi ekonomi yang bergejolak, kompleks, dan penuh ketidakpastian. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas outlook pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9% pada Juli lalu.
Demikian pula, Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3% pada 2022, dan akan turun menjadi 2,6% pada tahun depan. Ketidakpastian yang tinggi biasa juga disebut pusaran badai yang sempurna,the perfect storm, yang mendorong pada prognose munculnya ancaman resesi global di 2023.
Beberapa pandangan ekonom Indonesia melihat bahwa pada 2023 sektor ekonomi perlu lebih hati-hati meski ada pendapat bahwa ekonomi domestik kita relatif less connected dengan perekonomian global. Keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia pun tak bisa dipandang remeh, terutama dalam jalur ekspor-impor dan jalur aliran modal asing.
Komponen ekspor-impor dalam perekonomian Indonesia berkontribusi sekitar 20%, sedangkan resesi global dipastikan akan melemahkan ekspor yang merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan dan "menjadi penyelamat" Indonesia ketika berada di masa pemulihan pasca pandemi ini.
Selanjutnya, melemahnya ekspor yang diikuti menciutnya aliran modal asing, baik investasi asing langsung (FDI) maupun investasi portofolio, pun akan melemahkan nilai tukar rupiah, terlebih aliran modal keluar berpotensi meningkat seiring kenaikan bunga acuan di negara-negara maju.
Penguatan Ekonomi Domestik
Jika kita berandai-andai bahwa dunia akan mengalami resesi, maka dampaknya baik langsung maupun tidak langsung akan menghantam ekonomi dalam negeri, dimanapun. Oleh sebab itu, setiap negara perlu menyiapkan diri dalam menghadapi ancaman resesi.
Pada kondisi ini, Indonesia perlu meningkatkan kemandirian ekonomi melalui penguatan ekonomi dalam negeri yang tak lain dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Artinya, di tengah situasi ketidakpastian ekonomi yang kian meningkat, UMKM dapat menjadi penyelamat ekonomi Indonesia.
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Gerbang tahun 2023 telah di depan mata. Secercah harapan optimisme ekonomi masih tersimpan, meski tak mudah lantaran ancaman gejolak ekonomi terus menghadang. Memasuki kuartal akhir2022, perekonomian global masih terus menghadapi suasana ketidakpastian sebagai bagian dari efek lanjutandownside risksdari pandemi.
Selain itu, konflik geopolitik, krisis pangan, krisis energi dan keuangan adalah beberapa tekanan pada perekonomian dunia yang tentu akan berimbas (spillover) pada perekonomian nasional.
Tahun 2023 identik dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), mengacu pada kondisi ekonomi yang bergejolak, kompleks, dan penuh ketidakpastian. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas outlook pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9% pada Juli lalu.
Demikian pula, Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3% pada 2022, dan akan turun menjadi 2,6% pada tahun depan. Ketidakpastian yang tinggi biasa juga disebut pusaran badai yang sempurna,the perfect storm, yang mendorong pada prognose munculnya ancaman resesi global di 2023.
Beberapa pandangan ekonom Indonesia melihat bahwa pada 2023 sektor ekonomi perlu lebih hati-hati meski ada pendapat bahwa ekonomi domestik kita relatif less connected dengan perekonomian global. Keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia pun tak bisa dipandang remeh, terutama dalam jalur ekspor-impor dan jalur aliran modal asing.
Komponen ekspor-impor dalam perekonomian Indonesia berkontribusi sekitar 20%, sedangkan resesi global dipastikan akan melemahkan ekspor yang merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan dan "menjadi penyelamat" Indonesia ketika berada di masa pemulihan pasca pandemi ini.
Selanjutnya, melemahnya ekspor yang diikuti menciutnya aliran modal asing, baik investasi asing langsung (FDI) maupun investasi portofolio, pun akan melemahkan nilai tukar rupiah, terlebih aliran modal keluar berpotensi meningkat seiring kenaikan bunga acuan di negara-negara maju.
Penguatan Ekonomi Domestik
Jika kita berandai-andai bahwa dunia akan mengalami resesi, maka dampaknya baik langsung maupun tidak langsung akan menghantam ekonomi dalam negeri, dimanapun. Oleh sebab itu, setiap negara perlu menyiapkan diri dalam menghadapi ancaman resesi.
Pada kondisi ini, Indonesia perlu meningkatkan kemandirian ekonomi melalui penguatan ekonomi dalam negeri yang tak lain dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Artinya, di tengah situasi ketidakpastian ekonomi yang kian meningkat, UMKM dapat menjadi penyelamat ekonomi Indonesia.