Otak-Atik Daya Saing Industri dan Kelestarian

Senin, 19 Desember 2022 - 08:11 WIB
loading...
Otak-Atik Daya Saing Industri dan Kelestarian
Candra Fajri Ananda/FOTO.DOK KORAN SINDO
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

Sektor industri memegang kedudukan penting bagi perekonomian suatu negara dan bisa diibaratkan sebagai mesin pembangunan. Itu itu tak lain karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam akselerasi pembangunan bagi setiap negara, termasuk di Indonesia.

Selain sektor pertanian , kontribusi sektor industri terhadap pembangunan nasional di Indonesia dari tahun ketahun menunjukkan peran signifikan. Tolok ukur peranan industri dalam pertumbuhan struktural pada suatu perekonomian antara lain terlihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah penyerapan tenaga kerja, nilai tambah, serta sumbangan produk industri terhadap ekspor barang dan jasa.

Proses pengembangan industri merupakan proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, kesiapan sumber daya manusia dan perdagangan antarnegara yang sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Oleh karenanya, tak heran bila penguatan sektor industri dipercaya dapat menjadi salah satu kunci mendorong Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). Fenomena middle income trap menggambarkan negara yang mengalami stagnasi atau terjebak dalam tingkat daya saing yang tetap bahkan terus menurun sehingga tidak mampu meningkatkan nilai tambah sektor industri, artinya tidak ada lompatan tingkat pendapatan negara.

Bank Dunia mengklasifikasikan negara Indonesia ke dalam kelompok negara dengan pendapatan menengah ke bawah (lower-middle income country) selama lebih dari 10 tahun terakhir. Hal ini, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stagnan dalam waktu yang lama dan memberikan potensi bagi Indonesia masuk dalam jebakan pendapatan menengah sangat besar.

Sejarah mencatat bahwa Indonesia telah masuk sebagai negara kelas menengah di awal 1990-an dan pada perkembangannya akan sulit menjadi negara maju apabila Indonesia tetap bergantung dari produksi sumber daya alam (SDA) dan upah buruh rendah. Sehingga, demi menghindari jebakan negara berpenghasilan menengah, sekaligus menjadi negara maju berpendapatan tinggi, maka Indonesia perlu memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis inovasi dan teknologi.

Hal ini karena inovasi dan teknologi merupakan akar dari solusi yang dapat diupayakan pemerintah untuk mendorong produktivitas, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Korea Selatan sehingga Negeri Ginseng itu mampu menjadi negara maju dalam waktu 15 tahun.

Urgensi Transformasi Struktural
Indonesia memiliki potensi pembangunan yang lengkap dan luar biasa besar untuk berlari menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan berdaulat. Proyeksi Indonesia maju pun telah menjadi diskursus intelektual yang hangat dibicarakan di forum-forum internasional.

Pada publikasi PwC dalam terbitan berkalanya berjudul “The Long View: How will the global economic order change by 2050?” memproyeksikan Indonesia sebagai menjadi negara keempat terbesar dunia setelah China, India dan Amerika Serikat pada 2050.Hal senada juga pernah disampaikan McKinsey Global Institute (MGI) pada September 2012 dalam laporannya yang berjudul “The Archipelago Economy: unleashing Indonesia’s potential”. Lembaga ini memprediksi, Indonesia yang mencapai peningkatan perekonomian dari peringkat ke-17 pada 2012 menjadi peringkat ke-7 pada 2030.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1781 seconds (0.1#10.140)