Laksdya TNI Amarulla Octavian Dinilai Layak Jadi KSAL karena Paham Geopolitik Kawasan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI yang baru Laksamana Yudo Margono segera dilantik Presiden. Publik kini menunggu-nunggu siapa yang akan menjadi pengganti Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) berikutnya.
Peneliti militer dan intelijen Ridlwan Habib menilai calon KSAL berikutnya adalah figur yang paham tentang dinamika geopolitik di kawasan sekitar Indonesia. "Indonesia perlu KSAL yang cerdas, yang mengikuti situasi Laut Cina Selatan, paham dinamika ancaman perairan sekitar kita, " ujar Ridlwan di Jakarta, Minggu, (4/12/2022).
KSAL yang baru juga musti menguasai dan paham peta persenjataan maritim terbaru. Termasuk mengetahui secara detail perlombaan senjata di antara negara negara besar terutama sekitar Indonesia. "KSAL yang cerdas sangat dibutuhkan agar maritim kita semakin aman dan berwibawa di mata negara lain," ujar alumni S2 Kajian Intelijen Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Syarat ketiga adalah pemahaman bahasa asing dan keahlian diplomasi internasional. "KSAL baru nanti akan menjadi duta utama diplomasi laut kita di pergaulan internasional, karena itu pemahaman bahasa asing wajib, lebih utama lagi jika memahami bahasa selain Inggris," ujar Ridlwan.
Tiga syarat utama itu, menurut Ridlwan, ada di figur Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksmana Madya (Laksdya) TNI Amarulla Octavian. "Secara kepangkatan juga masuk karena beliau bintang tiga, " ujarnya
Octavian lanjut Ridlwan bisa membawa perubahan baik terutama dalam pengembangan kurikulum pendidikan TNI Angkatan Laut. "Ini juga sejalan dengan visi Panglima TNI Laksamana Yudo yakni perbaikan kualitas SDM prajurit TNI, termasuk kualitas SDM Angkatan Laut, " katanya.
Apalagi saat ini banyak persoalan kemaritiman yang harus dijawab KSAL yang baru. Di antaranya, di Laut Natuna Utara, Indonesia meskipun berstatus netral, tapi jelas berhadapan dengan kekuatan Cina. Kapal-kapal ikan Vietnam sudah seringkali melanggar perbatasan ZEE Indonesia. Semuanya jelas persoalan geopolitik maritim.
“Apalagi Presiden Jokowi sudah mencanangkan Poros Maritim Dunia. Maka KSAL sudah harus paham geopolitik maritim. Untuk bisa menyelesaikan persoalan geopolitik maritim, maka perlu kita cermati siapa calon KSAL yang memiliki kemampuan geopolitik maritim. Dari sekian banyak pilihan yang ada, Laksdya TNI Amarulla Octavian dikenal memiliki kemampuan geopolitik maritime,” katanya.
Peneliti militer dan intelijen Ridlwan Habib menilai calon KSAL berikutnya adalah figur yang paham tentang dinamika geopolitik di kawasan sekitar Indonesia. "Indonesia perlu KSAL yang cerdas, yang mengikuti situasi Laut Cina Selatan, paham dinamika ancaman perairan sekitar kita, " ujar Ridlwan di Jakarta, Minggu, (4/12/2022).
KSAL yang baru juga musti menguasai dan paham peta persenjataan maritim terbaru. Termasuk mengetahui secara detail perlombaan senjata di antara negara negara besar terutama sekitar Indonesia. "KSAL yang cerdas sangat dibutuhkan agar maritim kita semakin aman dan berwibawa di mata negara lain," ujar alumni S2 Kajian Intelijen Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Syarat ketiga adalah pemahaman bahasa asing dan keahlian diplomasi internasional. "KSAL baru nanti akan menjadi duta utama diplomasi laut kita di pergaulan internasional, karena itu pemahaman bahasa asing wajib, lebih utama lagi jika memahami bahasa selain Inggris," ujar Ridlwan.
Tiga syarat utama itu, menurut Ridlwan, ada di figur Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksmana Madya (Laksdya) TNI Amarulla Octavian. "Secara kepangkatan juga masuk karena beliau bintang tiga, " ujarnya
Octavian lanjut Ridlwan bisa membawa perubahan baik terutama dalam pengembangan kurikulum pendidikan TNI Angkatan Laut. "Ini juga sejalan dengan visi Panglima TNI Laksamana Yudo yakni perbaikan kualitas SDM prajurit TNI, termasuk kualitas SDM Angkatan Laut, " katanya.
Apalagi saat ini banyak persoalan kemaritiman yang harus dijawab KSAL yang baru. Di antaranya, di Laut Natuna Utara, Indonesia meskipun berstatus netral, tapi jelas berhadapan dengan kekuatan Cina. Kapal-kapal ikan Vietnam sudah seringkali melanggar perbatasan ZEE Indonesia. Semuanya jelas persoalan geopolitik maritim.
“Apalagi Presiden Jokowi sudah mencanangkan Poros Maritim Dunia. Maka KSAL sudah harus paham geopolitik maritim. Untuk bisa menyelesaikan persoalan geopolitik maritim, maka perlu kita cermati siapa calon KSAL yang memiliki kemampuan geopolitik maritim. Dari sekian banyak pilihan yang ada, Laksdya TNI Amarulla Octavian dikenal memiliki kemampuan geopolitik maritime,” katanya.